Perjanjian

134K 2.1K 1.7K
                                    


Sugik tak tahu apa yang terjadi karena ketika pertama kali dirinya membuka mata yang ia lihat adalah seorang wanita tua dengan rambut di sanggul tengah duduk tak jauh dari tempat dirinya berbaring.

Ia duduk dengan anggun menatap ke tempat Sugik dengan ekspresi wajah yang tenang, tak lama kemudian ia berdiri berjalan mendekati Sugik yang kini mengedarkan pandangan meraba-raba di mana dirinya sekarang berada. Sebuah ruangan asing yang tak pernah ia lihat, ruangan dengan tembok batu bata solid di mana di sana –sini tak ada apapun kecuali dipan meja dan satu kursi, tempat ini layaknya seperti sebuah ruang penjara yang di buat dengan kedap suara.

"Saya Karsa Atmojo, saya punya penawaran untuk anda"

Sugik tak langsung menjawab, ia mencoba memikirkan kembali rentetan bagaimana bisa dirinya tiba-tiba berada di tempat ini saat bayangan wajah tuan Sabdo melintas di kepalanya Sugik menatap wanita itu bertanya perihal apa yang terjadi dengan dirinya.

"tenang mas Sugik kalian berdua tidak apa-apa"

"berdua" Sugik mengulang kalimat tersebut menyiratkan maksud dari si wanita bahwa tuan Sabdo mungkin baik-baik saja dan ia bisa saja juga berada di tempat ini, lalu apa yang beliau inginkan dari dirinya, Sugik menatap tajam wanita bernama Karsa Atmojo itu di mana Ia sekarang mengangguk menunjukkan sikap dan suara yang menenangkan.

"saya hanya ingin berbicara denganmu terlebih dahulu sebelum berbicara dengan tuanmu"

"apa yang anda inginkan?"

"tak banyak mas Sugik" katanya lembut, tak lama kemudian terdengar suara ketukan dari pintu Sugik menoleh melihat seseorang melangkah masuk, seorang lelaki tua yang mungkin seumuran dengan Karsa Atmojo, ia mengenakan pakaian putih longgar dengan celana kain hitam sederhana, di tangan lelaki asing ini ada sebuah kotak tua yang tak terlalu besar, Sugik menatap kotak itu lama sebelum kembali menoleh pada Karsa Atmojo meski terkadang pandangan mata Sugik tertuju pada wajah si lelaki asing ini, berbeda dengan Karsa Atmojo, wajah lelaki tua ini tak menunjukkan persahabatan, ia hanya berdiri di belakang Karsa sembari merengkuk kotak tua tersebut, Ia memandang Sugik dengan pandangan meremehkan hal yang membuat Sugik merasa tidak nyaman.

"mbah Tamin, dia adalah abdiku seperti dirimu dengan Kuncoro muda itu" senyum, mbah Karsa menunjukkan gejolak yang membuat Sugik bisa merasakan intimidasi dari intonasi suara yang menenangkan. Aneh. Pikir Sugik, bagaimana hal seperti ini mempengaruhi dirinya.

"bukalah kotak itu dan tunjukkan pada tamu kita tentang penawaran yang kita miliki"

Seseorang bernama Tamin itu lalu meletakkan kotak tersebut di meja dengan berbekal kunci dari kantung celananya Ia membuka perlahan penutup kotak mengeluarkan isinya tempat di mana Sugik bisa melihat jelas sesuatu yang menyerupai boneka jerami  di ikat dengan janur kering, tak lama si lelaki menyerahkan benda itu kepada Sugik yang sama sekali tak mengerti maksud pemberian itu.

"maukah anda membawa ini masuk ke dalam kediaman Kuncoro"

Sugik hanya diam, termangu, Ia merasakan firasat yang tidak enak ketika memegang boneka jerami itu.

"apa maksud anda sebenarnya?" tanya Sugik "lantas benda apa ini dan kenapa saya harus membawanya kedalam kediaman Kuncoro?"

Mbah Tamin berdiri ia bergerak mundur sementara mbah Karsa mendekati Sugik untuk mengambil boneka itu dari tangannya.

"boneka ini akan ku gunakan untuk menghabisi Arjo Kuncoro"

Bagai di sambar petir Sugik tak tahu harus menjawab seperti apa,  tanpa berbelit-belit wanita ini langsung mengatakan maksudnya hal yang sama sekali tak pernah Sugik duga sebelumnya.

JANUR IRENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang