Part 3

4.4K 378 13
                                    

"Anak haram, anak haram."
"Anak sial, anak sial." Pekikan dan teriakan anak kecil itu sampai di telinga Ara yang sedang memetik sayuran di kebun sekolah. Ara langsung mencari sumber suara dan meninggalkan keranjangnya untuk segera ke halaman depan, perasaannya tidak enak dan dia menguatirkan Peter.
Dugaannya ternyata benar, dia melihat Peter menutup telinganya dan anak-anak lain mengelilinginya, namun saat dia baru akan mendekat, Peter mengamuk, dia mendorong semua anak-anak itu jika Ara tidak sampai di sana lebih dulu, mungkin Peter sudah dikeroyok atau memukul mereka.

Ara langsung menarik Peter ke dalam pelukannya dan Peter yang menyadari siapa yang memeluknya langsung menangis. Saat itulah beberapa orang tua yang sedang menunggu putranya tiba lokasi dan berteriak panik saat melihat putra-putra mereka terjatuh.

Ara langsung membawa Peter pergi dari sana sebelum mereka kembali menghina Peter.
"Jangan menangis, nanti ketampananmu hilang." Goda Ara dan dia menghapus airmata Peter.
"Aku punya daddy dan mommy, kenapa mereka mengatakan aku anak haram?" kata Peter disela-sela isakannya.
"Mereka tidak tahu arti kata itu, mereka hanya mendengar dan kamu tidak perlu memasukkannya dalam hatimu karena kamu tahu yang mereka katakan tidak benar." jawab Ara. Peter hanya mengangguk, pelukan Ara sangat menenangkannya.

***

"Kamu sakit?" tanya Alex pada Peter siang itu di mobil dan Alex langsung meletakkan tangannya di kening Peter.
Biasanya sejak masuk mobil Peter pasti akan mengajaknya berbicara dan sering membuatnya kesal, tetapi hari ini sejak masuk dia hanya diam.
"Daddy, apa arti anak haram?" tanya Peter akhirnya, setelah dia menggeleng saat Alex memegang keningnya.
"Darimana kamu dengar kata-kata itu, kamu masih belum cukup besar untuk memahami artinya. Nanti saja tunggu kamu sudah besar kamu apsti akan mengerti." jawab Alex.
Peter hanya diam, tidak menanggapi, membuat Alex semakin bingung dengan tingkah keponakan kesayangannya itu, tetapi saat dia akan bertanya lebih lanjut lagi  teleponnya berdering dan saat dia selesai dengan teleponnya, mereka sudah tiba di rumah.

"Aku kembali ke kantor nanti setelah urusan kantor selesai aku akan pulang kemari, selama aku tidak ada jangan nakal." Pesan Alex sebelum Peter turun. Kedua orangtuanya sedang pergi dan kakaknya yang harusnya menjaga putranya harus pergi mendadak tadi pagi saat mendengar kabar Joshua mengalami shock.

Alex kasihan pada Helena dan Peter, dia bisa melihat ketulusan cinta Helena pada Joshua dengan mempertahankannya selama bertahun-tahun bahkan dalam kondisi yang tidak ada kepastian. Helena bahkan mengoperasi dan menyembuhkan luka bakar yang diderita Joshua, karena dia ingin putranya mengenal Joshua seperti yang dia kenal, bukan penuh dengan luka bakar. Oleh karena itu Alex tidak pernah keberatan menjaga Peter ketika diperlukan, karena dia tahu Peter anak yang pandai dan Alex juga senang menggoda Peter dan hal itu juga berlaku kebalikannya.

***

Pagi itu, begitu turun dari mobil dan meletakkan barang-barangnya, Peter langsung berlari kecil ke dapur sekolah, tempat dia bisa menemukan Ara tetapi dia tidak menemukannya. Dia bertanya pada salah satu bibi yang dikenalnya dan betapa terkejutnya dia ketika bibi itu mengatakan jika Ara sudah tidak bekerja di sana mulai hari ini.
Peter tahu telah terjadi sesuatu pada Ara karena Ara tidak mungkin pergi tanpa berpamitan padanya, saat dia akan meninggalkan dapur dia mendengar percakapan beberapa bibi yang bekerja di sana. Dia tahu menguping pembicaraan orang tidak diijinkan tetapi dia penasaran dengan keberadaan Ara-nya jadi dia mendengarkan pembicaraan itu dari balik dinding dapur.

"Dasar anak haram dan pembawa sial, benar saja yang dikatakan para ibu-ibu itu, berteman dengannya pasti membawa sial. Lihat saja Ara menolongnya tapi akhirnya Ara dikeluarkan karena ibu-ibu itu menuntutnya ke kepala sekolah karena mendorong putra-putra mereka, padahal Ara tidak melakukan apa-apa."
"Kamu tahu Ara tidak melakukan apa-apa, mengapa kamu tidak membelanya?"
"Aku tidak mau berurusan dengan ibu-ibu kaya itu, aku masih menyayangi pekerjaanku. "

Flavors of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang