15

50.4K 2.7K 96
                                    

''Baby, kamu kenapa?" tanya Enrico saat melihatku tak berdaya memegangi kepala yang mau pecah, gara-gara diteror brondong kacrut.

"Ngga apa," jawab lemes. "Mungkin kelelahan?"

"Bersandarlah," Enrico menarikku kebahunya. "Jangan berfikir terlalu berat," membelai puncak kepalaku lembut.

Kenapa mendadak rasanya seperti selingkuh dan membohongi seseorang? Padahal ini belum ngapa-ngapain.

Ya, Tuhan. Rasa bersalah ini datangnya nanti aja kalau sudah beneran selingkuh, kalau sekarang bisa-bisa ngga jadi selingkuh.

Lagian kesannya aku GR banget, belum tentu juga Raskal naksir aku. Bisa saja dia ngga terima adiknya aku dzolimi. Setiap kemungkinan bisa terjadi, jadi harus relistis, mikir pakek logika ngga boleh tertalu pede. Inget umur, mana ada brondong nyasar naksir tanpa sebab.

Cuma Om-om sarap yang keblek mau denganku. "Om, lo masih bisa nyetir kayak gini?" cibirku dengan menarik kepala dari bahunya.

"Aku justru senang," ucapnya bangga dan menarikku kembali bersandar padanya. "Karena kita tampak seperti keluarga sesungguhnya," lanjutnya dengan mengedipkan mata genitnya.

"Om, anak lo sudah tiga ngga malu sama kucing?" sambil berdecak kesal."Kelakuan masih absurd."

"Bukankah ini juga karena Aunty!" sahut Rosalyn sadis di jok belakang.

"Aku rasa pendapat kakak ada benarnya," Daynant mengiyakan yang Rosalyn katakan.

Seluruh keluarga ini membuatku gila, hebat sekali mereka!

Saling membela dan menekanku, benar-benar membuatku menjadi orang asing sesungguhnya.

***

Pulang ke rumah, ditinggal kerja lagi kalau begini ceritanya musuhku bukan cuma Irene yang sudah tiada tapi juga pekerjaannya yang segambreng dan ngga bisa diganggu gugat.

Di meja makan cuma ada aku dan anak-anak, terasa sangat berbeda. Ada sesuatu yang hilang. Ditambah Nyonya Matsuyama mendadak cuti.

Hellow, duniaku sangat indah bukan?

"Aunty, Jangan melamun!" tegur Rosalyn sambil menyendok makanan. "Lihat ponselmu, sepertinya penting," lanjutnya menunjuk ponsel milikku yang terus bergetar karena bom ping.

Brondong kunyuk, kurang kerjaan!

Tak mau terganggu segera ku matikan ponsel dan membawa Baby Jo masuk kamar untuk tidur malam. Malam ini aku tidak hanya tidur berdua dengan Baby Jo. Daynant juga ikut tidur bersama kami malam ini.

Di luar hujan deras, sepertinya Daynant tidak suka dengan petir yang membuatnya lari masuk ke dalam kamarku. Rosalyn menyusul saat listrik padam di tengah malam. Keluarga ini makin aneh, kalau yang satu begini yang lain ikutan.

"Kenapa kalian tidak tidur dengan Papi kalian?" gerutuku dengan mata merem, di kamar ini hanya ada satu lampu darurat itupun baterainya hampir habis.

"Papi sedang di luar kota seminggu," jawab Daynant lesu. "Padahal seharusnya besok kita bisa main di pantai sepuasnya."

Pantai?

Mendengar kata pantai, hal pertama yang terbayang adalah berjemur dengan bikini super sexy sambil mlototin bule-bule Sexy dengan kulit karamel yang menggoda iman, ditambah gerakan mereka yang meliuk-liuk diatas papan selancar.

Aiihhh gue jilatin. Mupeng, kagak ada pelampiasan!

"Padahal aku sudah membeli tiket ke Bali," ucap Rosalyn dengan nada kecewa, tangannya membelai Boneka beruang raksasa yang bikin sesek ranjang bergoyang.

My Love Is Angry BirdWhere stories live. Discover now