12

1.8K 94 3
                                    

Tamparan itu tidak sepadan dengan rasa sakit yang dia berikan pada Indria.Vik seperti telah menghujamkan ratusan belati pada hatinya,tidak satupun janji yang dia tepati.Janji untuk tetap setia,saling menjaga dalam keadaan apapun.Kini Vik telah berubah,dia bukanlah Vik yang dia kenali.Arogannya kembali lagi,dia tak ubah dari seorang diktator sekarang.

"Aku suamimu sampai kapanpun itu.jadi hormati setiap keputusanku!"bisik Vik sembari mencengkeramnya kuat.

Indria tidak pernah mendapati kemarahan Vik yang seperti itu.Dia ingin menelepon keluarganya di Solo,tapi Vik mencegahnya.Dia beralasan tidak ingin membuat semua orang khawatir dengan hal ini.Vicya masih terbaring lemah walaupun badannya sudah tidak begitu panas lagi.Di usap rambut Vicya dan memandanginya,dia mempunyai garis wajah yang persis dengan Ayahnya.Bahkan ketika tidur pulas seperti ini mereka mempunyai wajah yang sama.

"Aku mau pulang sebentar untuk mengganti bajuku dan kembali lagi"pamit Vik pada semua orang disitu.

Lalu Vivek menjawabnya dari arah pintu.

"Lo nggak perlu pulang,gue udah bawain baju ganti lo!bisa mandi di sini"ucapnya pada Vik sambil meletakkan tas kecil itu.

"Biarkan dia pulang kak,aku bisa menjaganya disini sendiri"ucap Indria dengan senyum yang dingin.

"Ayah....!!"panggil Vicya yang ternyata tidak mau berpisah dari Ayahnya.

Akhirnya Vik mengalah dan tetap tinggal di rumah sakit.Karena Vicya selalu mengenggam tangan Vik ketika mau tidur.Malam semakin larut dan Vik masih duduk di sebelah ranjang itu,hingga berpindah saat Vicya sudah lelap.

Vik akan berbaring di sofa,dan Indria menyodorinya bantal.Vik menerimanya dan ada sesuatu yang menarik fokusnya.Lalu dia menarik dagu Indria untuk melihatnya.

"Sudah,nggak apa-apa"kata Indria sembari menepis tangan Vik yang memeriksa luka di sudut bibirnya karena tamparan Vik yang lumayan keras di siang tadi.Lalu Indria menjauh darinya dan duduk di kursi sebelah ranjang anaknya yang tertidur pulas.

Dalam hati kecil Vik,dia sangat terluka jika harus melukai Indria.Dia tidak ingin menjadi seperti ini,tapi dia tidak bisa meninggalkan Milan begitu saja.Milan begitu melekat dalam hati Vik jauh sebelum Indria ada dalam hidupnya.Keadaan yang membuatnya runyam,andaikan dia tidak merenggut kegadisan Indria pada malam itu mungkin kini hidupnya akan jauh lebih tenang.

Orangtuanya sama sekali tidak bisa menerima Indria,karena dia bukanlah keturunan india.Dia juga berasal dari keluarga sederhana,dan berbeda seratus delapan puluh derajat dengannya.Mungkin dia bisa saja tidak mengambilnya menjadi istri,tapi itu bertentangan dengan nuraninya waktu itu.Bagaimana mungkin dia sampai hati tidak bertanggungjawab dengan buah hatinya sendiri.Dia merasakan kesetiaan dan kepatuhan Indria menjadi seorang istri,dan Vik merasa Indria menjalankan tugasnya sebagai istri dan ibu yang baik untuk anak-anaknya.

Indria selalu membutuhkannya dalam keadaan apapun.Dia benar-benar menggantungkan hidupnya dengan Vik.Bahkan untuk sesuatu hal selalu dia bicarakan dan meminta persetujuannya Vik terlebih dahulu.Dan kini dia melawan untuk pertama kalinya,kekhilafan Vik yang membuat sudut bibirnya terluka.

Selama seminggu mereka bersama di rumah sakit,dan Vicya boleh di bawa pulang.Dia masih manja kepada Ayahnya dan tidak mau Ayahnya pergi.Indria memberi pengertian kepada Vicya dengan sebisanya,karena dia tahu Vik harus kembali pada Milan.

"Ayah kerja dulu ya,kasian ayah udah seminggu nemenin kamu.nanti setelah kerjaannya selesai,ayah langsung pulang.iya kan yah?"kata Indria lembut dan di sambut anggukan Vik.

"Tapi Ayah pulangnya lama mah"rengek Vicya.

"Ayah janji setelah selesai ayah pulang.okey?"ucap Vik pada putranya.

Istri Rahasia [END]Where stories live. Discover now