Prolog

16 3 2
                                    

Aku... berjalan di sebuah sungai. sungai yang tidak dangkal. Diiringi matahari yang bersinar dan suara hewan di padang rumput. Tempat apa ini? Aku juga tidak tahu. Apa aku sudah mati?Padang rumput ini damai. Nyaman. Aku harap aku bisa mengajak Hana kesini. Kakiku yang terendam di air yang jernih terasa hangat. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi. Kurasa aku sudah cukup bermain di sungai. Aku-pun melangkahkan kakiku yang tidak beralas ke tanah yang empuk. Aku melihat seekor Rusa yang sedang mengintip dibalik rumput-rumput yang tinggi. Saat aku melihatnya, Rusa tersebut kaget dan lari. Karena ia membuatku sangat penasaran, aku mengejar Rusa itu. Aku mengejarnya dengan kakiku yang entah kenapa menjadi sangat cepat. Tubuhku juga menjadi ringan. Kukejar Rusa itu sampai ia terpojok.

"Haa!" seruku sambil meloncat ke punggung Rusa itu. 

Rusa itu tiba-tiba berhenti. Aku-pun turun dari punggungnya. Aku bertatapan dengan rusa itu.

"Kenapa? ada apa?" aku berbicara seolah-olah dia bisa mengerti apa yang aku ucapkan. 

Rusa itu mentapku. Aku mengelus kepalanya berharap ia akan tenang. Tiba-tiba, suara lonceng bergema. Suaranya sangat rendah. Dong-dong-dong... lonceng itu bergema setelah dibunyikan 3 kali. Langit yang semula cerah, menjadi gelap benar-benar gelap. Aku hanya merasakan kehadirann si Rusa. 

"Kau tidak apa?" kataku sambil menengok si Rusa itu.

Setelah lonceng bergema, langit menjadi gelap gulita, dan... Rusanya menjadi... Terang!

"Wah! Hebat!" aku menepuk punggungnya sambil mengamatinya. Karena cahaya yang ia pancarkan, padang rumput menjadi indah. Aku berjalan diiringi Rusa itu. Aku terus bercerita dan tertawa. Meski-pun ia tidak menjawab. Aku tetap senang memiliki teman seperti Rusa ini. 

Keheningan dan kedamaian yang ku nikmati mendadak hilang karena ada sebuah bunyi dari semak-semak. Aku dan Rusa saling menatap. 'Ayo kita pergi' mataku mengisyaratkan hal tersebut. Lonceng berbunyi kembali. Dong-dong-dong-dong-dong. Ketukan lonceng itu semakin cepat. Bunyinya juga semakin tidak enak didengar. Anak panah terlewat dari ujung mataku. Aku dan Rusa lari semakin cepat. Kita bersembunyi di dekat lembah yang cukup tinggi.

Dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong

Berisik sekali lonceng itu! Tidak bisakah kita bersembunyi dengan tenang? Lonceng itu terus berbunyi. Sangat menggangu. 

"Bisakah kau diam!?" Aku berteriak menghadap langit. Suasana kembali tenang. Namun, langit masih gelap. 

"Diam di sini," aku mengelus rusa itu. Tapi, ia menarik bajuku agar tidak keluar dari persembunyian.

Aku terus menerus menarik bajuku. Rusa itu pun tidak menyerah. Sampai-sampai, gaun putihku robek. Aku-pun terjatuh. Lonceng berbunyi kembali. Dengan tempo yang lebih cepat dari sebelumnya. Suaranya bahkan sangat keras.

dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong

Ah! Berisik sekali! Aku menutup telinga dan mataku. 

Jleb-

Suara tusukan panah terdengar. 

DONG! 

Sepertinya itu suara lonceng terakhir. Suaranya begitu keras dan bergema. Saat itu juga aku sadar. Bahwa, aku tertusuk panah. Aku terglepar. Mataku buram, Rusa terlihat terkejut. Oh iya, langit kembali menjadi cerah secara perlahan.

 Dong-dong-dong. 

Oh tidak. Suara itu kembali.

Dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-dong-

Pip-pip-pip-pip

Aku terbangun sambil terengah-engah. Mimpi apa aku tadi? Sepertinya mimpi yang perlu ku-ingat. Ah... dadaku sakit sekali... Apakah sudah saatnya konsultasi? Aku berdiri dan mematikan alaram yang terus berbunyi itu. Peregangan... iya, sangat penting. Aku meregangkan badanku dan mengambil handuk untuk mandi. Selagi mandi, aku terus memikirkan. Tadi aku mimpi apa ya? Keringatku bercucuran sampai wajahku menjadi lengket. Ah! Masa bodo lah! Ada yang lebih penting dari mimpiku. Pekerjaan... ha~ susah sekali hidupku. 

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

A/N: namanya juga prolog... pendek dulu ya :)

Human and HalfgodDonde viven las historias. Descúbrelo ahora