Bab 1

12 3 0
                                    


Hari senin adalah hari yang paling sibuk. Dimana semua orang, buru-buru untuk sampai kantor maupun sekolah. Pemberhentian bis dipenuhi orang ber-seragam maupun kemeja kerja. Sesak rasanya. Andai ini dunia yang dulu. Dimana dunia ini penuh dengan manusia. Maksudku, tidak ada...

"Permisi, permisi," seorang? Atau seekor? Tidak baik rasanya mengatakan mahluk yang serupa. Ah eum... Dia memiliki telinga dan ekor. Tentu, anak siluman.

"Mba, permisi, saya mau lewat," aku terkejut dan langsung memojok.

"Maaf, silahkan lewat," aku memperhatikan siluman yang menggunakan seragam sekolahku.

Aku hanya tersenyum mengenang masa sekolah. Aku tidak setua yang kalian bayangkan. Aku baru berumur 19. Muda kan?

Duar!

Aku terkejut dan menengok ke belakang. Ada apa sih? Pagi-pagi gini. Hah... dunia tetaplah dunia. Dimana ada kejadian yang membahayakan, malah posting Instagram. Jalan jadi rusak akibat ledakkan itu.

"Ah~ maaf ya bapak ibu sekalian. Teman saya agak tempramen. Akan saya perbaiki setelah dia selesai," seorang pemuda berambut abu-abu tersenyum. Berkat dia, orang yang berkerumun pegi begitu saja. Ya... aku penasaran sih.

"Tempramen!? Kau meledekku? Dia yang mengajakku ribut duluan!" pemuda yang tidak mengakui dirinya tempramen itu terus menerus berteriak. Hm, warna rambutnya yang terang seperti api... Seperti mewakili sifatnya.

"Hey... masalahku denganmu belum selesai. Kau terus menerus mengalihkan pembicaraan. Kau takut ya? Alex?" ternyata nama si tempramen adalah Alex. Pemuda berambut hitam itu memandang Alex. Oh, sepertinya ia siluman. Telinganya lucu sekali.

"Takut!? Cih! Siapa yang takut dengan orang, eh, aku harus memanggilmu apa ya? Hewan?" uwah... jahat sekali dia. Pasti menusuk ya? Aku memalingkan kepalaku kearah siluman itu. Hoh... matanya berubah menjadi tajam seperti mata seekor singa. Seram-seram.

Aku menyaksikan mereka bertengkar. Hooo seru sekali. Kupikir mereka hanya ber-tiga, setelah kuamati ternyata ada 7 orang. Hah, dasar para keturunan dewa dan siluman. Menggunakan kekuatan semaunya.

"Hey! Itu ada yang menonton tuh! Yakin membiarkannya?" aku melihat ke sumber suara. Tinggi dan tampan. Mungkin ini definisi laki-laki sebenarnya. Sepertinya jadi 8 orang.

Eh? tadi dia bilang ada yang menonton. Maksudnya aku? Aku celingukkan melihat kanan kiri. Oh, tinggal diriku yang disini. Ah! Jam berapa ini! Kerja! Aku-pun lari meninggalkan dari tempat itu.

"Tangkap dia! Mungkin dia akan memberitahu pak Leon!" pak Leon? Dosen kelas malamku? Siapa sih mereka? Bagaimana mereka tahu aku mengenal pak Leon. Perasaan aku tidak pernah melihat mereka. Ah, yang penting lari dulu ke kantor. Gara-gara menonton, aku ketinggalan bis! Untung aku sedang memakai sepatu olahragaku. Waktunya lari!

"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaah," aku menghela nafas saat sampai di lobby kantor.

Ah! Absen! Tapping-tapping! Aku langsung menuju kearah mesin tapping.

Piip

Syukurlah... masih belum telat. Toh aku masuk kerja jam 8. Seperti biasa, aku menuju café di kantorku terlebih dahulu.

"Permisi..."

"Oh! Kanya, akhirnya kau tiba. Aku sampai mau menjemputmu tadi," ucap Nicholas, kakak Hana.

Nama café ini adalah café Kana. Café ini merupakan toko yang Hana dan aku usahakan. Hana adalah teman masa kecilku. Sekarang? Dia sudah bersama keluarganya. Maksudku, dulu kita diasuh bersama. Kita layak disebut anak yang 'hilang'. Ya, tidak memiliki siapa-siapa. Sampai... pertengahan kelas 1 SMP, Hana menemukan keluarganya. Aku bahagia ia akhirnya menemukan keluarganya. Yah, walaupun akhirnya aku harus sendiri sih. Ternyata Hana adalah keturunan dewa. Artinya dia memililki kekuatan seperti orang-orang sebelumnya aku lihat. Namun, karena Hana tidak pernah mengasahnya, kekuatannya belum cukup kuat.

Human and HalfgodWhere stories live. Discover now