3 - Tugas Pengganti

50.6K 4.1K 258
                                    

"Apapun alasannya, mahasiswa selalu salah!"

Mahasiswa killer

****

AKU menarik nafas dalam-dalam dan kuhembuskan secara perlahan, begitu seterusnya. Saat ini aku sudah sampai di depan pintu Bagas. Aku sudah menyiapkan mental dan fikiran agar tidak terbawa emosi.

Setelah mendengar saran dari teman-temanku, kemarin aku segera menemuinya, tetapi sayang, Bagas sudah tidak ada di ruangannya. Sore ini aku kembali lagi setelah mendapat info bahwa jadwalnya kosong.

Kuketuk pintunya pelan tapi pasti.

Tok Tok Tok

Tak lama kemudian, terdengar suara yang mempersilahkanku untuk masuk. Samar-samar terdengar sangat lirih tetapi horor. Aku segera masuk ke ruangannya. Kulihat Bagas sedang fokus dengan laptopnya. Dia sama sekali tidak melirikku. Aku merasa seperti makhluk gaib disini.

"Permisi, Pak. Saya Lana, yang kemarin telat ngasih resume ke bapak," kataku setelah sampai tepat di depan mejanya.

Sial! Dia hanya melirikku sekilas dan kembali berkutat dengan laptopnya. Aku rasa suhu AC ruangan ini semakin dingin dengan aura dosen killer.

Aku menghela nafas pelan. Lana harus ekkstra sabar. Terpaksa aku mengulangi perkataanku. Dia hanya berdehem tanpa mengalihkan pandangannya. Merasa mendapat respon sedikit darinya, aku berniat untuk dukuk, tapi belum sampai pantatku menyentuh kursi dia sudah bersuara.

"Siapa yang mengizinkan anda duduk?!" tanyanya menyindir masih dalam kegiatan yang sama.

Terpaksa aku urungkan niatku untuk duduk. Tuh mata liatnya kemana, ngomongnya kemana.

Bagas menghela nafas kasar kemudian bersandar pada kursinya. "Dimana letak sopan santun anda?!"

Sabar-sabar.

"Maaf, Pak."

"Silahkan duduk," katanya santai.

Siapapun disana tahan aku supaya vas bunga di depanku ini tidak melayang ke arahnya.

Sekuat mungkin aku menggigit kuat gigiku menahan emosi dan segera duduk. Aku takut dia berubah pikiran memintaku berjongkok. Yakalee jongkok.

Krik Krik

Aku sudah dalam posisi duduk didepannya, tapi kenapa dia malah menatapku dengan tatapan membingungkan?

Merasa terganggu, aku membuang muka ke kanan. "Pengen muntah."

"Anda bilang apa?" tanyanya cepat memastikan ucapanku. Padahal aku hanya menggerakkan bibirku saja, guys. Aku tidak menyangka jika telinganya berfungsi sangat baik.

"A aanu, Pak. I itu, saya sariawan jadi agak ngelantur ngomongnya," jawabku gelagapan dengan cengiran cantik khas Lana Tanjung tentunya.

Aku berharap dia pura-pura percaya. Sariawan sama ngelantur? Mana ada hubungan?

Sungguh kecerdasanku serasa turun jika berhadapan dengan orang ini. Segera aku mengalihkan pembicaraan. Aku sudah eneg melihat mukanya yang super ngeselin. Bawaannya pengen emosi.

"Jadi gini, Pak—"

"Siapa yang mengizinkan anda bicara?" katanya cepat memotong ucapanku. "Dimana letak sopan santun anda?!"

Hahhh! Serba salah emang!

Aku menatapnya tajam. "Maaf, Pak. Bukannya bapak sudah bertanya tadi pada saya, kalo bapak lupa," kataku mengingatkannya. Rasanya sudah hilang letak sopan santunku pada manusia setengah jadi ini.

Dosen Killer!Where stories live. Discover now