18 - Sakit 1

39.2K 3.3K 143
                                    

"Iya, bener sakit. Sakit karena terus dipojokkin!"

Lana killer

Happy reading____

****

Aku mengerjapkan mataku pelan. Perlahan, cahaya lampu bercampur cahaya matahari dari luar mulai menyilaukan mataku. Saat mataku sudah terbuka sempurnya, aku baru sadar jika tanganku sudah di infus. 

"Lana, masih pusing?" tanya Anggre di sampingku.

Aku menggeleng pelan. "Masih lemas," ucapku lirih, bahkan sangat lirih.

"Kamu sakit tifus, Lan."

Aku tersenyum menanggapinya. Ya, karena dari SMA aku memang sering tumbang karena tifus. "Sorry, Nggre. Gue ngerepotin lo sama yang lain."

"Kita kan sahabat," jawabnya dengan senyum dibibirnya. "Aku hubungin Tante—"

"Gaperlu, Nggre. Gue gak mau mereka khawatir," selaku berusaha memotong ucapan Anggre. Tentu setiap anak yang jauh dari orang tua akan enggan memberitahu jika dia sedang sakit. Begitu pun aku, apalagi mereka sedang sibuk.

"Ok. Kamu istirahat ya. Aku pergi dulu, nanti malem aku ke sini lagi."

Lagi-lagi aku hanya mengangguk pelan dan tersenyum menanggapinya. Anggre ikut tersenyum lalu berjalan keluar. Aku langsung menutup kedua mataku, jujur aku memang masih lemas.

****

"Sini gue aja yang suapin, Lana."

"Gue aja, Ta!" kata Daniel merebut bubur dari tangan Dita, dan begitu seterusnya. Padahal belum ada sesuap yang masuk dalam mulutku.

Boleh gak sih gue ngeluh punya sahabat kayak gini?

Sejak mereka datang sore tadi, ruangan ini menjadi sangat berisik. Dan sekarang waktunya makan malam pun mereka masih saja berdebat dulu.

Ceklek

Akhirnya Anggre datang bersama Nino di belakangnya.

"Heh heh. Kok malah pada ribut sih?! Kasian nih Lana gak makan-makan!" ucap Nino langsung merebut bubur dari tangan Daniel. "Sini biar gue aja." Dengan cekatan, Nino menyendokkan sedikit bubur itu dan mulai menyuapiku. Jangan ditanya lagi, tentunya Daniel dan Dita hanya bisa manyun.

"Lagian, kalian ini gak siang gak malam ribut mulu deh!" Anggre ikut bersuara setelah meletakkan bolu di atas meja.

"Iya iya, Nggre. Lo jangan galak gitu dong. Gak cocok!" Daniel melirik bolu yang dibawa Anggre dengan meneguk salivanya. "Lagian lo gak bawa makanan buat kita-kita, Nggre? Laper nih!"

"Lupa!"

"Ntar gue beliin," sahut Nino menengahi.

"Ok. Bos!" kata Daniel semangat dengan tangan hormat di kepala, lalu mengambil ponsel di sakunya. Kurasa dia akan bermain game.

Nino masih menyuapiku dengan telaten, sesekali dia memintaku untuk minum.

Senang sekali rasanya memiliki sahabat seperti mereka. Nino dan Anggre yang sangat perhatian. Begitu juga Daniel dan Dita seperti paket komplit yang tingkahnya tidak perlu ditanyakan lagi.

"Lo jaga pola makan lo dong, Lan. Jangan stress juga. Kita-kita khawatir lo kenapa-napa," ucap Dita mulai membuaka suara.

Daniel yang berada di samping Dita ikut menyahut. "Tetangga gue cakep banget juga sakit kayak lo," ucapnya tanpa mengalihkan perhatiannya.

"Terus apa hubungannya Lana sama tetangga lo!?" Dita mulai jengah dengan Daniel yang selalu melenceng dari pembahasan.

"Yakan sama-sama cakep, Ta."

Dosen Killer!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang