Nambah Lagi?

17.9K 759 19
                                    


"Anak ganteng bunda udah wangi, ya, sayang?" Nadya menciumi wajah putranya yang penuh dengan bedak. Membawa bayi itu untuk turun ke ruang keluarga dan berkumpul dengan kakak dan ayahnya.
 
"Adek udah wangi.."
Nadya membawa Nathan duduk di samping ayahnya. Putranya itu terlihat senang begitu diangkat untuk berdiri di pangkuan ayahnya.

Tersenyum senang dengan sesekali tangan kecilnya itu meraih wajah ayahnya untuk Ia cubit dan pukuli. Steve sendiri hanya bisa meringis mendapatkan perlakuan seperti itu dari putranya.

"Nakal, ya."

Suara tawanya tercekat begitu Steve mulai menciumi perut buncitnya. Steve panik, karena detik berikutnya, putranya itu batuk. Mungkin tersedak air liurnya sendiri karena tertawa.

Nadya mengambil alih Nathan dari pangkuan Steve, kemudian menepuk-nepuk punggung putranya untuk meredakan batuknya.

"Sayang, maaf," Steve merasa bersalah dengan kejadian ini. Jika dia tidak membuat geli, putranya itu pasti tidak akan tertawa sampai terbatuk seperti itu.

"Ini biasa, Mas. Nggak papa, jangan panik, " ucap Nadya lembut.

"Ngawur aja. Kasihan tau sampai batuk kayak gitu, ayah, sih!" celetuk Bella yang tidak suka adiknya dibuat batuk seperti itu oleh ayahnya. Ia cukup takut jika terjadi apa-apa kepada adiknya.

"Udah, kak. Adiknya nggak papa, kok."

"Masuk sana, kamu. Ngapain masih disini, kamu nggak mandi? Mana ikut campur aja. Nggak sopan."

"Urusan adek, urusan kakak juga. Sebagai seorang kakak, ya, yah. Bella tuh nggak mau adek kenapa-napa. Kalau Bella yang gituin adek, pasti nih, ayah udah marah. Iya, kan?" ucap Bella mencari kebenaran.

"Udah, Mas. Kamu juga, kak. Mandi dulu sana habis itu turun lagi, bantuin bunda bikin makan malem."

Bella melemas.
"Bun.. "

"Udah, nanti bunda yang ajarin. Sekalian kamu belajar, kan? Udah besar masa nggak bisa masak, sih?" tanya Nadya.

"Bunda ngejek, ya?" selidik Bella. "Kakak bisa, kok."

"Ck. Bisa makan doang, ayah juga bisa!" ucap Steve sewot.

"Nggak ih, sok tau. Bella bisa kok ngerebus mie sama--"

"Jangan bilang sama goreng telur. Terakhir kali kamu bikin masih gosong ya, meskipun bisa di makan," potong Steve.

"Yang penting MASIH bisa di makan."

"Iya, terpaksa."

"Jahat!"

***

"Tumis dulu bumbunya sampai wangi. Habis itu baru masukin air," Nadya memberi arahan kepada Bella yang membantunya memasak sayur. Sedangkan dirinya menyiapkan lauk pauknya.

"Airnya seberapa, bun?"

Jika bersungguh-sungguh, Bella termasuk cepat belajar. Bahkan Ia merasa tenang saat memasak. Kenapa tidak dari dulu Ia mengajari anaknya itu memasak.

Nadya melihat pekerjaan Bella. Membawa wadah berisi air, kemudian menuangkan air itu ke dalam tumisan bumbu.
"Secukupnya aja. Nah, udah, segini aja. Kalau udah masuk, tungguin sampai mendidih dulu."

Bella memperhatikan gerak-gerik bundanya saat memasak. Sama sekali tidak terburu-buru dan tetap tenang. Pekerjaannya juga rapi dan bersih. Suatu saat nanti, Bella ingin seperti bundanya yang bisa mengurus anak dan suaminya sendiri. Terlebih dalam bidang memasak, agar Ia bisa selalu memasakkan makanan untuk anak dan suaminya nanti.

Bella mengenyahkan pikirannya. Bisa-bisanya berpikir sampai ke sana. Fokusnya saat ini hanya untuk bersekolah dengan benar tanpa memikirkan cinta atau suami. Itu urusan nanti.

PRIA TUA-KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang