1. What's going on?

797 147 15
                                    


Sakura merasakan kedua tangannya dingin, sementara jantungnya bekerja terlalu keras. Ia berkali kali menghentikan langkah karena ragu di koridor perpustakaan.

"Kau bisa melakukan ini Sakura, kau pasti bisa," ucapnya menyemangati diri sendiri.

Suasana perpustakaan lebih ramai dari hari hari biasa. Hampir semua meja dan sofa baca terisi murid murid Gakusha, Sakura mencari cari Sasuke di antara mereka, nihil.

Lantas ia berjalan melintasi lorong lorong yang diapit rak rak buku tinggi, namun belum juga menemukan Sasuke.

"Apa dia sudah pergi?" Monolognya pelan.

Sakura hampir menyerah, namun ketika ia tiba di lorong paling belakang ia akhirnya menemukan pemuda itu. Masih sambil berdiri, Sasuke membaca entah buku apa di sana. Namun, sakura yakin buku itu berbahasa asing karena Sasuke berada di blok Sastra Inggris.

Mengamati raut wajah Sasuke ketika membaca buku adalah hal menakjubkan. Jika saat saat biasa pemuda itu tak banyak berekpresi, maka ketika membaca rautnya akan berubah ubah. Kadang alisnya bertaut bingung, bibirnya tersenyum kecil, atau memutar mata bosan.

Karena itu pula Sakura jadi tak heran mendapati sekelompok gadis bersembunyi di balik rak buku, memerhatikan Sasuke sambil cekikikan.

"Permisi, hm boleh ... Boleh kah aku meminta tolong?"

Sakura mengurungkan langkahnya mendekati Sasuke ketika seorang gadis berpostur mungil menghampiri pemuda itu lebih dulu. Sasuke mengangkat wajahnya dari halaman buku, menghadap gadis itu.

"A... Anu, bisakah kau mengambilkan buku itu?" Ia menunjuk sebuah buku tebal di rak paling atas yang tak bisa dijangkaunya.

Sasuke bergerak mengambil buku yang dimaksud dan nenyerahkannya tanpa berkata apapun, lalu kembali membaca.

Itu adalah gerakan sederhana, tapi mengapa ketika Sasuke yang melakukannya begitu terlihat... Menawan? Ia seperti tengah shooting film.

"Terimakasih." Gadis itu merona, dan sepertinya tak berniat pergi. Ia lebih tertarik mengamati buku bacaan Sasuke dan meski gugup, ia memberanikan diri bertanya, "Kau menyukai karya Jane Austen?"

Kini Sasuke tak mengangkat wajahnya, melainkan langsung menutup buku yang ia baca dan menyimpannya kembali di rak.

"Mau...  Kutunjukkan... Buku buku lainnya?" Gadis itu jelas cari kesempatan untuk mendapatkan topik obrolan dengan Sasuke.

"Tak perlu. Aku sangat membenci orang yang mengganggu." Sasuke mengambil beberapa buku lain dengan cepat, terlihat seperti ia telah menghafal seluruh letak buku di perpustakaan. "Enyahlah."

Sakura tahu kalimat pedas itu bukan ditujukan untuknya, tapi mengapa ia jadi ikut tegang. Membuatnya semakin takut meminta bantuan Sasuke.

Gadis itu terlihat sangat malu, matanya berkaca kaca. Dan karena terlalu sibuk mengamatinya, Sakura tak menyadari Sasuke berjalan ke tempatnya berdiri. Mereka berdua sama sama terperanjat.

"Eh, Sasuke? Hai?"

Bodoh. Bodoh. Bodoh. Aku kehilangan semua kosa kataku. Dia begitu menyeramkan!

Sasuke terlihat tak akan mengatakan apapun, jadi Sakura berkata pelan, "Aku... Eng, apakah mengganggumu bila aku mengajakmu bicara sekarang?"

"Tidak."

Padahal sakura berharap sebaliknya. Kenapa tidak katakan 'iya' saja, jadi aku tak perlu lama lama berbicara denganmu.

"Jadi... Aku mau meminta sedikit bantuanmu pulang sekolah nanti, apakah kau... Keberatan?"

Sasuke menaikkan alisnya. "Tidak."

"Dan... Apakah aku boleh meminjam buku... Fisikamu? Tapi tak masalah kalau kau mungkin... Tak bisa meminjamkannya. Aku tahu kau tak suka barang barang pribadimu disentuh."

"Tidak," jawab Sasuke lagi. Ia bersandar pada rak buku di sampingnya. "Kau boleh meminjamnya, Sakura."

Sakura yakin ia terlihat pucat sekarang, ia juga merasakan tangannya sedikit gemetar. "Emh... Well, maaf sudah mengganggumu maksudku terimakasih aku tahu aku mengganggumu, ya tapi, terima-Oh ya ampun apa yang coba kau katakan Sakura?!"

"Ya, sama sama Sakura." Sasuke kemudian berjalan melewatinya yang berdiri kaku.

Seketika aroma parfum Sasuke memasuki indra penciuman Sakura. Wood sage dan sea salt, wanginya ringan namun memabukkan. Membuat tiap orang teringat akan aroma hutan juga pantai. Aku ingin berlama lama menciumnya, atau memeluk Sasuke juga ide bagus.

Sakura tersentak lalu memukul mukul kepalanya. "Ugh, apa yang kau pikirkan?! Kau bodoh sekali Sakura. Jangan jangan otakmu tertukar dengan milik Naruto."

(*)

Sakura's point of view

"Jadi, pulang nanti kau memintanya mengerjakan soal itu? Bagaimana dengan buku fisikanya?"

Ino tak berhenti merecokiku selama kelas berlangsung. Aku berusaha memusatkan perhatian pada latihan soal Matematika yang telah ditulis Guru Iruka di bor.

"Diamlah Ino," desisku pelan.

"Lihat? Sasuke tak pernah sekali pun menolak permintaanmu kan? Kau pura pura bego atau apa Sakura?"

"Aku sudah bego, jadi tak perlu berpura pura," sarkasku.

Ino mendengus. "Kau benar, Naruto bahkan lebih pintar darimu. Ia jelas tahu apa yang sedang terjadi di antara kalian."

"Apa memangnya? Kau tak tahu saja bagaimana perihnya mataku melihat tatapan tajam Sasuke," gerutuku.

"Justru itu yang disukai para gadis darinya, ia terlihat berkali lipat lebih tampan." Ino menyikutku dan berbalik ke belakang. "Lihat ini."

Ketika aku menoleh, jantungku rasanya jatuh ke perut.

"Psst! Sasuke! Sasuke!"

Ino cari mati. Selain sedang membaca, Sasuke paling benci diganggu saat belajar. Lihat saja, sekarang alisnya menukik dan matanya menyipit tajam.

Ino setengah berbisik, "Sakura bilang, ia tak mengerti soal soal itu."

Aku melotot dan mencubit pahanya. Tapi Ino malah berkata lagi, "Ia mau meminjam bukumu."

Di sebelah Sasuke, Naruto terkekeh melayangkan pandangan 'boleh juga idemu' pada Ino. Namun Sasuke tak bereaksi apapun, ia kembali fokus pada pekerjaannya.

"Tunggu sebentar lagi Sakura, dan kau akan lihat."

Aku menggelengkan kepala pada kebodohan Ino. "Aku ikut berduka atas hilangnya akal sehatmu."

Namun berikutnya, yang membuat nafasku tersekat di tenggorokan adalah sebuah buku yang tiba tiba diletakkan dengan lembut oleh seseorang si atas mejaku.

Ketika aku mendongak, Sasuke sudah berjalan menjauh ke depan meja guru, berkata pelan pada Guru Iruka. "Aku izin ke toilet."

"Sialan Sakura! Kau benar benar keberuntunganku!"

Ino mengambil alih buku Sasuke, yang tulisan tangannya benar benar rapi dan semua detail penjelasan yang mengagumkan.

Aku tak mengerti, karena minggu lalu Sasuke bahkan mengomeli Shino yang meminjam bukunya sembarangan. Tapi sekarang ia memberikannya padaku? Kenapa?

To be continued-

Haitoiu-はいと言うDove le storie prendono vita. Scoprilo ora