Part 11

73 7 0
                                    

Aku menoleh ke samping, tepat di mana Zidan menatap ku datar. Tentu saja aku takut Zidan marah. Dia sudah mempercayakan ponselnya pada ku, dan apa yang ku lakukan?

Di luar dugaanku, Zidan justru tertawa. Menatapku seolah aku telah melakukan suatu kebodohan.

"Kenapa sih muka kamu gitu banget? Haha...."

"Maaf, HP kamu mati!"

"Yaudahlah, biarin aja! Emang dari pagi belum dicharge. Wajar kalau batreinya habis."

"Nggak apa-apa, Sya. Lagian juga bentar lagi pulang." Tambahnya ketika aku masih menatapnya tidak yakin.

Gini loh. Masalahnya ponselnya Zidan mati gitu aja nggak ada pemberitahuan batreinya lemah atau gimana. Kan aku takutnya HP dia rusak atau gimana gitu gara-gara aku. Terus kalau dia butuhin HP-nya buat apa gitu gimana coba? Berasa jadi temen yang nggak tau diri kan akunya.

🔧🔧🔧

Aku masih ditahan di ruangan pribadi pak Hendra untuk membantu mengumpulkan data siswa baru. Menyebalkan sekali. Aku sudah 3 jam di dalam ruangan yang tidak terlalu luas dengan kertas di mana-mana. Sedangkan teman-temanku? Mereka kini tengah bersantai ria sambil sesekali melayani calon adik kelas yang sedang mendaftar.

Bosan. Dikurung berjam-jam dengan kertas-kertas yang semuanya berisi identitas pribadi orang-orang yang bahkan tidak aku kenal. Kadang aku berpikir, aku lancang sekali ya bongkar-bongkar data pribadi orang lain, hehe....

Begitu aku mengalihkan pandangan ke luar, tempat di mana teman-temanku berada, Anggara melambaikan tangan dengan tawa yang terlihat jelas dimaksudkan mengejek ku. Di sampingnya ada Aryan yang mengepalkan tangannya sambil mengucapkan 'semangat' tanpa suara kepada ku. Tepat ketika Aryan melangkah pergi entah mau kemana, aku bisa melihat Irfan dan Zidan yang duduk saling berhadapan dengan berebut makanan. Mereka benar-benar membuat ku iri!

Pandanganku tak lagi dapat menjangkau mereka tepat ketika bayangan seseorang memasuki pintu ruangan kecil tempat ku berada. Orang itu menghampiri ku dan memberikan beberapa tumpukan map yang berisi berlembar-lembar kertas. Lagi dan lagi. Mau berapa jam aku ditahan di tempat ini?

"Semangat, Ara!" Kata Kak Tedy dengan senyum yang kelewat menyebalkan.

"Gantiin dong, Kak!"

"Nggak bisa gitu. Ini tugas kamu!"

Kak Tedy langsung keluar setelah mengucapkan kalimat yang membuat ku ingin menendang nya itu. Kakak kelasku itu benar-benar ingin menyiksa ku. Kak Tedy sering memberi ku tugas yang selalu bisa menguras tenaga dan pikiran. Padahal kan ketua OSIS-nya Kak Dino, kenapa jadi dia yang berpotensi menyiksa ku?

🔧🔧🔧

Setelah berjam-jam terkurung di ruangan pak Hendra, akhirnya aku bisa keluar tepat di jam makan siang. Ketika Kak Tedy kembali menghampiri ku untuk mengajak keluar mencari makan, rasanya seperti mendapat angin surga. Aku tidak berlebihan. Dikurung di ruangan sendirian bersama satu perangkat komputer dan tumpukan kertas yang bahkan tidak terhitung sedangkan di luar sana kamu melihat teman-temanmu saling melempar canda tawa? Itu benar-benar menyebalkan.

"Hey! Kok diam sih? Ngantuk?"

"Hm."

"Sya, kamu kenapa sih?"

Perjalanan Cewek STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang