20. Doi

95 17 1
                                    

Kalo kalian nemu cerita yang mirip kayak Gelora Cinta bilang ke aku ya. Terserah mau bilang lewat komentar atau chat.

Happy Reading💜

----

Pemandangan malam yang tak kalah indah. Kerlap-kerlip cahaya bermunculan dari gedung-gedung yang menjulang tinggi khas Mesir. Lalu lalang kendaraan di sana juga terlihat begitu menyejukkan mata.

Di pinggiran sungai terpasang di Mesir, terduduk seorang pemuda menatap perahu dan kapal kecil yang tengah melaju.

"Halo Abang," sapa Caca ceria yang baru saja datang bersama wanita muda.

Yang dipanggil menoleh ke arah jam 11. Namun bukan Caca yang ia lihat, melainkan Nur yang tengah tersenyum padanya.

Ilyas membalas senyuman Nur, kemudian berkata, "Eh hai."

Nur langsung tertunduk malu. Ia mengulum senyumnya di bawah sana.

"Aduuuuuuh cie cie cie," goda Caca pada keduanya.

"Caca! Kamu nggak boleh gitu ah, kasian tuh ustazah Nur nya. Malu dia," ujar Ilyas sembari melihat ke arah Nur.

Caca hanya tersenyum geli. Abangnya itu bisa saja menggoda wanita. Dirinya saja pernah baper terhadap sang abang.

"Sini Ca, duduk sebelah Abang. Ajak ustazah Nur juga," imbuh Ilyas sambil menepukkan kursi sebelah kanannya.

Caca memutar bola mata malas.

"Lagi-lagi jadi nyamuk," oceh Caca berbisik, namun bisa terdengar oleh Ilyas dan Nur.

Caca meletakkan dirinya ke sebelas Ilyas, kemudian Nur mengikutinya.

Ilyas menelan salivanya. Menatap kakinya yang sedari tadi digoyangkan. Gugup rasanya.

"Ustazah Nur," panggil Ilyas singkat.

Pemilik nama yang tengah melihat ke arah sungai langsung menoleh le arah pemanggil.

"Iya?" jawabnya dengan raut wajah bertanya-tanya.

Caca bangkit, berjalan ke bagian belakang kursi. Berdiri tepat di antara Ilyas dan Nur. Sementara dua insan yang duduk, memperhatikan Caca heran.

"Caca di sini aja ya, kalo duduk di tengah aneh rasanya."

Gadis itu tersenyum dengan menampilkan sederet giginya yang rapih. Kemudian menatap Ilyas dan Nur secara bergantian. Dan karena tingkahnya itu, Ilyas tak jadi mengucapkan sesuatu.

"Caca!!! Kamu mau Ustazah hukum?" ancam Nur yang kesal.

"Ih Ustazah! Apa-apa hukum, nggak seru ah." Detik itu juga Caca memasang wajah cemberut, lengkap dengan mulutnya yang manyun.

"Maaf deh," ujar Nur seraya membentuk huruf V di jari tengah dan jadi telunjuknya ke udara.

Caca merasa sangat bahagia sekali melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Kurang dari se sebulan lagi, kakak semata wayangnya itu akan menikah dengan pujaan hatinya. Rasanya ia sudah tak sabar menanti.

"Bang, kita kapan pulang ke Indonesia?" Caca mengalihkan pandangan menghadap Ilyas.

Ilyas yang semula tengah memperhatikan Nur secara diam-diam, mendengar adiknya bertanya langsung menggelengkan kepala seraya mengucapkan istigfar dengan pelan.

"Astagfirullahaladzim Abang, gadhul bashar Bang. Belom sah," sindir Caca.

Seketika terbesit dalam pikiran Caca wajah tampan Ammar. Sudah lama sekali dirinya tak bertemu dengan pangerannya itu. Benar kata Dilan, rindu memang berat.

Pangeran Impian✓Where stories live. Discover now