12. Gemoy

143 26 0
                                    

Memang hari Selasa itu hari sial

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang hari Selasa itu hari sial. Ingat dulu Salma disuruh ngambil bola sama Eric? Sekarang dia sial lagi.

"Kenapa kamu nggak pake sabuk? Jangan pakai alasan lupa atau hilang semacamnya."

Salma sekarang tengah menunduk di depan gerbang sekolah. Guru BK nya, Bu Karin, sedang menatapnya dengan tatapan sinis. Lagi pms apa gimana nih?

"Maaf bu, tadi saya hampir terlambat jadi lupa pakai sabukㅡ"

"Aah! Lupa semua! Kalian itu masih muda kok pelupa? Saya yang sudah tua bisa jadi lebih tajam ingatannya dari kalian!"

Salma diam-diam memutar bola matanya malas. Sial, kenapa dia bisa lupa kalau hari ini gerbang di jaga Bu Karin? Kenapa dia dengan bodohnya meninggalkan sabuk yang udah jelas tergeletak diatas kasur? Kenapa dia bodoh sekalii???

"Ck. Yaudah, hukuman kalian adalah bersihin lapangan upacara. Masing-masing anak memungut setidaknya 100 sampah. Saya tidak mau mengawasi kejujuran kalian karena itu tugas Tuhan. Sekian, tasnya letakkan di lorong dan cepat bekerja."

~> ■ <~

"Panas bangeeeeet!" Salma mengerang protes. Selain sial, hari selasa itu selalu panas menurut Salma. Mana nanti dia ada pelajaran olahraga, jadi tambah panas.

Di dalam kantong plastik putih yang sudah diberi label "Salma Azalea D / MIPA 2" kini terisi kira-kira 50 potong sampah. Setengah lagi, Salma bisa ke kantin untuk minum.

"Gila gila, bisa meleleh gue kalo gini mulu..." Salma mendudukkan diri diatas rumput lapangan upacara. Ia menyeka keringat dengan lengan cardigannya.

Pengen minum...

Salma sangat menginginkan susu coklat sekarang ini. Apalagi tadi pagi cuman makan roti dan gak minum. Seret kerongkongannya.

"Eh, buset, dingin!" Salma terlonjak tatkala merasakan dingin menempel di pipinya. Ia reflek menyentuh pipinya, merasakan sebuah kotak yang basah karena embun.

Salma melihat ke atas, tepatnya ke arah lelaki yang menempelkan kotak dingin itu ke pipinya.

"Halo, Salma!"

Netra Salma menyipit karena matahari. Siapa gerangan pangeran berkotak susu coklat ini?

Menyadari kesulitan Salma untuk melihat, pemuda itu memilih mensejajarkan dirinya dengan si gadis.

"Inget gue, kan?" Ujarnya diikuti senyuman lebar. Salma memutar otak, pemuda itu tampak familiar.

Siapa ya? Kok kayaknya pernah ketemu sih?

Dear, Salman.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang