14. Tidak enak hati

138 20 0
                                    

Saat yang ditunggu-tunggu: liburan ke Bandung!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat yang ditunggu-tunggu: liburan ke Bandung!

Salma dan Felix yang tadi berangkat bareng ke sekolahㅡiya, kumpulnya disekolahㅡsudah sampai dan sedang menunggu yang lain bersama Darren, Laura, Renjun, dan Aji.

"Esa sama Ardian jadi ngajak cewek mereka?" Tanya Salma ke siapa saja yang mendengar.

Darren mengangkat bahunya tanda tidak tau. "Kalo Dilan yang ngajak, Heejin pasti mau. Kalo Saleya... udah lama kaga ketemu gue."

Fyi, Darren ini semacam social butterfly gitu. Dia kenal sama semua orang. Jadi jangan heran kalau dia tau segala macam tentang gengnya dan cemiwiw mereka.

"Kita beneran naik bus lu, Lor?" Aji menatap Laura sangsi. Laura hanya mengangguk, malas menjawab karena masih setengah sadar. Sepertinya semalam habis marathon netflix.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk semua berkumpul. Ah, ralat, kurang Esa. Jangan-jangan dia gak ikut, dia kan anak baik-baik?

"Nah, itu dia!" Pekik Lia sambil menunjuk Esa yang baru datang diikuti oleh... seorang gadis?

"Saleya mau lu ajak?" Tanya Darren sambil menepuk pundak Esa. Saleya tersenyum. "Halo, Darren. Lama gak ketemu."

Salma memperhatikan gadis bermata sipit tersebut. Gila, visualnya next level banget. Sebanding sama Heejin yang sekarang nempel terus sama Ardian. Tapi kok... mirip seseorang ya?

Entah mengapa, wajahㅡterutama senyumanㅡSaleya terasa sangat familiar.

Pandangan Saleya menyapu seluruh teman-teman Esa, sampai ia terhenti di Salman yang berdiri dekat Felix. Ekspresinya berubah. Nampak terkejut dan sedikit marah.

Nggak ada angin nggak ada hujan, Saleya berbalik arah dan pergi. "Saleya!" Esa memanggil sang gadis, tapi tak kunjung digubris.

"Duh, Saleya," Esa mengejar taruni berkuncir tinggi tersebut. Untung saja belum jauh. Dari tempat Salma dkk berkumpul, dapat dilihat Esa dan Saleya sedang memperdebatkan sesuatu.

Salma jadi berpikir, apa kira-kira alasan mereka mengakhiri hubungan?

Ah, memang bukan urusan Salma sih, tapi ada saja rasa penasaran itu.

Oh iya, omong-omong, Salman dan Aletta tampak sedikit jauh. Mereka berangkat bersama, tapi tidak ditemani canda tawa seperti biasa. Keduanya diam dengan raut wajah tegang. Berantem kah?

Aletta memilih menemani Lia dan Salman berdiri diantara Felix dan Salma. Salma sedikit senang tentunya, Salman memilih berdiri disampingnya dibanding Aletta, tapi ia bisa merasakan tatapan tidak suka dari Aletta. Jadi tidak enak tentunya.

Esa dan Saleya kembali setelah beberapa saat, wajah Saleya tak secerah tadi. "Kenapa?" Suara Aji terdengar saat Esa berdiri disebelah pemuda berwajah tupai itu. Esa menggeleng sambil tersenyum. "Nanti juga tau."

"Oke, karena semua udah disini, ayo berangkat!"

"Yooo!"

~> ■ <~

Oke, suasana sangat canggung didalam bus. Biasanya yang bikin rame adalah insan berama Aletta dan Salman, tapi mereka sepertinya sedang berselisih.

Pemuda Rizky itu malah memilih duduk bersama Salma. Kaget? Iya, Salma juga. Felix tadi diusir suruh duduk sama Aletta. Felix menolak awalnya. Aletta galak euy, itu alasannya. Akhirnya, Felix duduk dengan Lia dan Aletta duduk dengan Echan.

Kasian, sesama jomblo. Eh?

Salma dan Salman malah canggung duduk sebelahan gini. Daritadi Salma gatel pengen nanya ada apa antara Aletta dan Salman. Mau tanya tapi takut menyinggung. Nanti malah makin canggung mereka.

"Lo... gak kepo sama gue?" Salman tiba-tiba membuka suara. Salma yang terkejut hanya bisa diam, menatap si adam penuh tanya.

Salman terkekeh. "Lo gak penasaran kenapa gue duduk sama lo?"

"Hehe... kepo sih, emang kenapa?" Akhirnya pertanyaan yang sedari tadi mengganggunya berhasil dilontarkan.

Salman menghela napas lelah. "Aletta nyatain perasaannya ke gue."

HAH???? Apa apa? Ulang plis!!!

"Hahaha... kaget ya? Gue juga kok. Selama ini gue gak pernah mikir Aletta bisa suka gue."

Salma bingung. Bentar bentar, ini antara Aletta yang pinter nyembunyiin perasaannya depan Salman ato Salman yang bego banget?

"Terus itu yang buat kalian jauhan gini?" Tanya Salma. Salman mengangguk. "Gue nolak dia secara terang-terangan, secara gue kan kaget, kayaknya dia gak terima deh."

"Gak terima gimana?"

"Ya, mungkin dia menyalahartikan perhatian gue ke dia. Mungkin dia ngira gue juga suka sama dia. Padahal gue selama ini cuman lihat dia sebagai temen deket doang."

Entah kenapa, hati Salma terasa sakit. Ia bisa merasakan apa yang dirasakan Aletta.

Sakit. Luar biasa sakit.

Bayangkan, selama ini kamu dekat dengan seseorang dan orang itu sangat sayang dan perhatian kepadamu. Tentu saja akhirnya baper?

Kasian banget Aletta.

Namun, bukankah ini kesempatan buat Salma?

Ah, entahlah. Sepertinya Salma tidak bisa melihat ini sebagai kesempatan. Ia... hanya merasa tidak enak hati mencari kesempatan dalam kesempitan kawan barunya.

Iya, hanya itu alasannya.

Iya, hanya itu alasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayolo Salma~

Endingnya kok gitu ya? Jangan-jangan...

Eh jangan spoiler dong wkwkwk. Oiya kali ini gak ada Dear, Salman note karena Salma kan lagi jalan-jalan obviously buku "diary"nya gak bakal dibawa.

Oke, sekian

ㅡ Yeojaneh19

Dear, Salman.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang