- 6 - 📞

666 108 4
                                    

Udara malam ini lumayan dingin. Angin berhembus cukup kencang sehingga membuat bulu kuduk Kinan berdiri. Udara dingin itu bukan dari AC kamarnya, melainkan dari luar jendela yang baru saja ia buka.


Kinan mengambil jaket berwarna biru dongker di lemarinya, lalu memakainya. Setelah itu, Ia kembali menuju jendela. Ia melihat ke arah bawah, suasana komplek terlihat sangat sepi, terasa seperti ada yang kurang.

Biasanya jam segini, masih banyak anak-anak komplek yang bermain di luar rumahnya. Tapi hari ini, kenapa tidak ada sama sekali?

Saat sedang asyik melihat-lihat pemandangan komplek yang sepi itu, tiba-tiba Monti—Kucingnya menghampirinya. Ia menggeliat manja di kaki Kinan. Sepertinya ia lapar, karena tadi sore belum diberi makan.

Kinan mengambil makanan kucingnya lalu memberikan pada Monti. Kucing itu langsung makan dengan lahapnya.

"Kak Fathur kapan balik ya, Mon?" tanyanya pada kucing yang sibuk makan itu, namun hanya dijawab erangan oleh sang kucing.

Kinan bertopang dagu di lantai. Tangan kanannya sibuk mengelus tubuh kucingnya yang sedang makan itu. 

Kinan sangat merindukan sang kakak. Banyak hal yang ingin ia ceritakan pada kakaknya. Biasanya disaat-saat sedih seperti ini, ia akan bercerita pada kakaknya, entah itu masalah percintaan, sahabat, ataupun sekolah.

Saat ini hatinya sedang galau, ia butuh seseorang yang bisa mengertinya. Dan hanya kakaknya yang dapat menghiburnya.

Tok tok tok

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya yang sedari tadi tidak tertutup. Kinan menoleh ke arah pintu, tampak seorang wanita tersenyum kepadanya.

"Turun yuk, makan dulu," ajak sang Mama.

Sebenarnya Kinan agak mager keluar kamar, namun berhubung ia juga lapar jadi tidak apa-apa deh.

Galau boleh, tapi jangan sampai mogok makan!

"Iya Ma, nanti aku nyusul. Tunggu Monti selesai makan dulu."

"Ya udah, Mama turun duluan, ya."

Kinan mengangguk.

Setelah menunggu makanan yang dimakan kucingnya habis, Kinan pun menggendongnya untuk ikut turun.

Sesampainya di lantai bawah, ia menurunkan kembali sang kucing. Kemudian, Kinan mencuci tangannya di wastafel terlebih dahulu, lalu menuju meja makan.

"Ma, kak Fathur kapan balik?" tanyanya pada sang Mama saat sedang menyendok nasi.

"Mama kurang tau deh, belum Mama tanya, emang kenapa?"

"Kangen..."

"Coba kamu telfon kakak kamu," saran sang Papa.

"Tapi nanti kak Fathur keganggu," ucap Kinan cemberut.

"Kayaknya gak mungkin kakak kamu masih mengerjakan tugas. Sudah jam segini," jelas Papah sambil melihat jam di tangan kirinya.

"Iya, telfon aja sayang, sesibuk apapun kakak kamu, dia juga gak akan marah kok kalo kamu telfon." Mama menambahkan.

Kinan tersenyum, "Oke Ma, Pa. Nanti aku coba telfon kak Fathur."

***

Sudah hampir sepuluh menit Kinan menghubungi sang kakak lewat panggilan WhatsApp, namun panggilannya tidak kunjung terhubung. Seperti sang kakak tak meyaktifkan sambungan internetnya.

Kinan mengdengus kesal. Meski sedikit terpaksa, akhirnya ia memilih menghubungi kakaknya via telfon. Setelah mencoba menghubungi, telfon pun tersambung.

Kucing | UN1TYWo Geschichten leben. Entdecke jetzt