25. Part 25

33.7K 2.6K 75
                                    

Maaf bgt lama ga update soalnya kesibukan di real benar2 menyita waktu ampe gak nemu waktu free utk menulis. Alhamdulillah bisa menulis lagi setelah semua tugas kul selesai dikerjakan. Semoga semuanya sehat2 selalu ya.

Menunggu Alea pulang rasanya begitu menyiksa bagi Sakha. Rasa rindu pada sang istri sudah menggebu-gebu. Namun pesan WhatsApp dan panggilan yang tak terjawab sampai beberapa kali membuatnya harus mengubur paksa harapannya. Kesal, kecewa, dan gregetan. Entah sibuk seperti apa yang membuat sang istri tak sempat membaca pesan-pesannya juga mengangkat teleponnya.

Riana sudah pamit pulang setelah Ezar tertidur pulas. Ia bersyukur sang ibu mertua begitu telaten mengurus putranya kala Alea tak ada di rumah. Sebenarnya ada Delia, asisten rumah tangga yang terkadang membantu Alea mengurus Ezar meski tugas utamanya bukan mengurus Ezar. Namun Sakha tak enak hati jika harus meminta Delia mengerjakan tugas yang bukan tanggung jawabnya.

Sakha melirik sang putra. Tak terasa putranya sudah berusia 7 bulan. Setiap hari ada saja tingkah lucu yang membuatnya tertawa dan terbayang akan keceriaan sang buah hati kala berada jauh dari rumah.

Alea semakin sibuk mengurus Ezar sekaligus aktif kembali di butik. Namun ibu muda itu tak lupa untuk menyiapkan MPASI sebelum berangkat ke butik dan masih aktif menyusui serta memerah ASI. Ezar juga sering diajak ke butik. Riana, Diandra, atau Bahkan Nara bergantian datang ke rumah untuk mengurus Ezar. Bayi lucu itu tengah menjadi idola para neneknya. Tidak bertemu beberapa hari saja rasanya seperti beberapa bulan.

Sakha melangkah menuju dapur, berniat untuk mengambil sebotol air dingin. Ia duduk sementara netranya tak bermuara ke arah mana pun. Air itu perlahan menghilangkan dahaga tapi tak mampu melenyapkan kekecewaan yang bercokol di dada. Sakha meneguk air itu sekali lagi.

"Aaaa...."

Teriakan yang melengking dari taman samping rumah membuyarkan lamunan Sakha. Ia kaget hingga tersedak. Sakha beristighfar lalu berlari menuju samping rumah.

Delia yang tengah menyiram tanaman melempar selang dan berbalik, bersiap untuk berlari. Di saat yang sama, Sakha juga tengah berlari. Tanpa sengaja keduanya bertabrakan tepat di depan pintu samping.

Keduanya sama-sama kaget. Delia mendongakkan kepalanya dan menatap sang majikan yang juga menatapnya tajam. Ada desiran yang menyapa hati sang gadis. Rasa kagum yang ia pendam sejak awal bekerja di rumah itu seolah kembali menghangat, percikkan sesuatu yang sebenarnya tak ia harapkan. Rasa kagum itu perlahan berkobar menjadi sesuatu yang lain. Gadis itu tak banyak mengenal pria tapi jelas ia bisa menilai, seperti apa sosok pria yang baik dan yang tidak. Sakha terlihat begitu sempurna di matanya. Ia selalu mengagumi sikap Sakha yang bertanggung jawab pada pekerjaan dan keluarga.

Sakha segera menjauhkan diri setelah menyadari ia dan Delia saling mematung dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan tanpa sengaja, kedua tangan Delia menekuk dan menempel di dada Sakha.

"Maaf...Pak," ucap Delia segera.

"Kenapa kamu teriak?" Sakha melihat air terus mengucur dari selang. Delia bahkan lupa mematikan keran.

Sakha mematikan keran. Delia semakin tak enak hati.

"Tadi saya melihat ular, Pak. Ular itu bergerak di antara tanaman."

Sakha mengamati sekeliling. Ia tak melihat ular atau binatang lain.

"Di mana ularnya? Saya nggak lihat apa-apa."

"Mungkin sudah pergi, Pak," balas Delia dengan jari-jari yang masih gemetar.

"Ya, sudah saya akan meneruskan menyiram. Kamu kerjakan pekerjaan lain." Sakha melirik Delia sepintas lalu kembali menyalakan keran.

Dear, Pak Dosen 2 (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang