Dinner

417 54 2
                                    

Aku sedang dalam perjalanan pulang dengan Pak Zhong di sebelahku. Setelah 10 menit perjalanan dari kantor kami berdua hanya membukam mulut kami. Hanya ada suara alunan musik yang terdengar dari radio mobil milik Pak Zhong.

Lampu lalu lintas menyala merah. Pak zhong memberhentikan mobilnya dan menoleh untuk melihatku. Ia hanya menatapku dan mengalihkan pandangannya tanpa mengucapkan satu kata pun.

Aku melihat ke arah jendela luar sambil menyanyikan lagu yang mengalun dengan suara yang sangat kecil. Pandanganku menangkap jalanan yang asing bagiku. Ini bukan jalan ke arah rumahku.

Memangnya Pak Zhong tau rumah ku ada dimana? Hey Jieun bodoh, harusnya tadi kau bilang alamat rumahmu. Aku menoleh dan menatap Pak Zhong dari samping.

"Pak maaf rumah saya nggak lewat sini."

"Memang siapa yang bilang kita akan langsung pulang?"

"Eh?"

"Saya lapar, kita harus pergi untuk makan dulu."

"Ah iya pak, Oiya terima kasih banyak untuk makan siangnya tadi."

Pak Zhong hanya menganggukkan kepalanya dan kembali melajukan mobilnya membelah jalanan Kota Jakarta yang padat. Mobil milik Pak zhong berhenti di salah satu restoran China berbintang lima di Jakarta.

Kami berdua keluar dari mobil dan Pak Zhong memasuki restoran itu. Aku yang berjalan di belakangnya berhenti sejenak karena terkagum melihat dekorasi yang terkesan sangat elegan. Lampu yang menerangi ruangan ini berwarna sedikit cerah kekuningan memberikan suasana yang membuat diri tenang.

Aku tersadar dari lamunanku saat tiba-tiba Pak Zhong berbalik dan berdiri di hadapanku. Matanya yang berwarna coklat itu menatap tepat di retina mataku.

"Jangan berhenti di tengah, kau menghalangi orang yang ingin berjalan," ucapnya sambil mengambil tanganku yang tak terbalut perban untuk digenggam dan menuntunku memasuki restoran.

Aku masih belum bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Tanganku yang digenggam erat membuat jantungku seperti ingin keluar dari tempatnya. Pak Zhong terus menarikku hingga kami tiba di depan meja.

Ia melepaskan genggamannya dan duduk tanpa mengucapkan satu kata pun. Bagaimana bisa dia membungkam mulutnya saat satu orang di depannya sedang bernapas tidak normal karena perlakuannya yang manis?

Heol, aku tidak mengerti apa yang ada di pikirannya.

"Kau mau berdiri saja seperti itu?" tanya Pak Zhong tanpa mengalihkan pandangannya dari buku menu yang ia pegang.

Aku lantas langsung duduk dan ikut memilih menu apa yang inginku makan. Saat melihat harga yang tertera aku sedikit kaget karena harganya yang sangat mahal. Maaf aku memang tidak pernah memakan makanan seperti ini, keluarga ku memang berkecukupan tetapi membuang uang sebesar ini hanya untuk sekali makan bukankah itu mubazir?

Ya benar, aku memang orang yang sangat realistis.

"Pesan apapun yang kamu mau, biar aku yang membayarnya," ucap Pak Zhong.

Aku akhirnya memesan makanan yang sama dengan Pak Zhong. Ya karena aku bingung harus memesan apa. Kami berdua kembali terdiam saat pelayan pergi meninggalkan kami berdua.

Aku hanya mengamati keadaan di sekitarku dan beralih menatap Pak Zhong yang sibuk dengan layar tabnya. Aku tak mengerti apa yang sedang dikerjakannya. Ia terkadang sedikit mengerutkan dahinya mencoba untuk berfikir dan jemarinya menari mengetik sesuatu.

"Kenapa?"

"E-eh?"

Pak Zhong mendongakkan kepalanya untuk menatapku, "kau terus menatapku."

"Ah," aku menggaruk tengkuk ku yang tak tak gatal, "Tak ada apa-apa pak."

Kami kembali bungkam sampai pelayan mengantarkan pesanan milik kami. Pak Zhong menutup layar tabnya dan mulai memakan makanannya.

"Jadi dimana rumahmu?" tanya Pak Zhong disela-sela makannya.

"Di apartemen puzzle piece pak, di dekat kampus."

"Kau tinggal sendiri?"

"Iya, saya anak tunggal dan orang tua saya mengurus bisnisnya di Kanada."

Pak Zhong tampak menganggukkan kepalanya, "Saya juga tinggal sendirian, orang tua saya tinggal di China dan saya mempunyai kakak perempuan. Hanya saja ia tidak tinggal bersama saya."

"Sudah berkeluarga Kakak bapak?"

"Belum, ia masih mencari jodohnya," ucap Pak Zhong sambil terkekeh.

Seketika aku terdiam melihat Pak Zhong yang biasanya bersikap dingin tiba-tiba terlihat sangat manis saat tertawa. Tanpa sadar bibirku menyungingkan lengkungan tipis. Entah mengapa, tetapi aku suka melihatnya tertawa seperti itu.

Tunggu, apa yang baru saja aku pikirkan?
Dasar Jieun bodoh.

Kami berdua kembali makan dengan keadaan hening. Hanya suara dentingan piring yang bertabrakan dengan sendok. Kami berdua menyelesaikan makan dengan waktu yang bersamaan. Pak Zhong terlihat membuka lagi buku menu yang diserahkan oleh pelayanan untuk memesan dessert.

"Kamu tak ingin makanan penutup? Apa yang sedang ingin kau makan?"

"Ehm," aku mengerutkan dahi berpikir, "eskrim boleh pak?"

Lagi-lagi Pak Zhong terkekeh, "tentu saja, kau menggemaskan sekali seperti anak kecil."

Pipiku memanas karena mendengar penuturan dari Pak Zhong. Cukup lama aku terdiam karena salah tingkah, aku mencoba untuk menetralkan semuanya dan memakan dessertku.

Setelah selesai Pak Zhong kembali memanggil pelayanan untuk meminta bill-nya. Pak Zhong hanya melihat sekilas dan langsung mengeluarkan black card dari dalam dompetnya.

Aku tercengang, memang tidak salah apa yang dikatakan oleh Mark. Pak Zhong memang orang yang benar-benar kaya. Ah tidak-tidak, seperti apa aku harus memanggilnya?

Sultan?!

🐬🐬🐬

Pak Zhong memarkirkan mobilnya di depan apartemen tempatku tinggal. Malam sudah mulai larut karena cukup lama tadi aku berada di restoran itu. Aku pun segera melepas seatbelt-ku dan menghadap ke arah Pak Zhong.

"Terima kasih atas makan malam dan sudah mengantarku pulang pak."

"Tak masalah, kau tinggal di lantai berapa?"

"Di lantai 7 pak. Ah iya, bapak ingin mampir dulu?"

Pak Zhong menggeleng, "tak baik mengizinkan laki-laki untuk mampir saat sudah larut seperti ini. Jangan pernah ajak laki-laki manapun, mengerti?"

"Ah, iya pak."

"Bagus," ucap Pak Zhong lalu tangannya terulur mengusak rambutku.

Aku mematung karena perlakuan tiba-tiba dari Pak Zhong. Setelah tersadar aku segera menunduk sedikit dan keluar dari mobil milik Pak Zhong.

"Terima kasih pak, selamat malam."

Pak Zhong hanya tersenyum kecil di balik kemudinya dan menancap gas meninggalkan pekarangan apartemenku.

Aku menghela napas dan berjalan untuk memasuki apartemenku. Rasanya tubuhku sangat lelah. Hari ini terlalu banyak kejutan dari perubahan sikap Pak Zhong kepadaku.

Saat sampai di depan pintu apartemenku, tanganku bergerak untuk memencet password tapi ku urungkan karena tiba-tiba ponselku yang terdapat di saku bergetar bertanda pesan masuk.

Bergegas aku mengambilnya dan sedikit terkejut karena tau siapa yang mengirimkannya. Sebuah pesan singkat yang sukses membuat bibir merahku tersenyum tipis malam ini.

Line

Pak Zhong chonloo
Slmt mlm
Semoga tdr mu nyenyak.

tbc.

Zhong ChenleWhere stories live. Discover now