leave

358 53 2
                                    

Jam menunjukkan pukul 2 pagi. Aku terbangun dari tidurku karena ponselku yang terus berdering di atas nakas. Aku segera mengambilnya dan melihat nama yang tertera di layar ponsel.

Pak zhong chonloo is calling...

Mataku sepenuhnya terbuka. Apa yang dilakukannya di pagi buta seperti ini?
Aku pun segera menggeser tombol hijau itu dan menaruh ponsel di telingaku.

"Selamat malam pak."

"Malam Jieun, maaf mengganggu tidurmu."

"Tidak apa-apa pak. Ada apa ya?"

"Besok pagi jam 6 sudah harus di rumah saya ya, jangan terlambat. Selamat malam."

Tut

Aku menatap tak percaya layar ponselku. Ia mematikan panggilan dengan sepihak dan menyuruhku untuk ke rumahnya sepagi itu? Aku menghela napas dan sedikit mengacak rambutku frustasi.

Oh tidak, apakah memang tugas seorang sekretaris seperti ini?!

🐬🐬🐬

Aku sedang merapikan kerah kemejaku di depan cermin, memperhatikan wajahku yang terpantul di sana. Sekarang mataku sudah seperti panda karena terdapat lingkaran hitam. Setelah kejadian Pak Zhong menelepon, aku tidak bisa lagi menutup mataku dan akhirnya memutuskan untuk menonton drama.

Aku menghela napas berat dan mengambil tasku. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 6 pagi. Itu artinya aku harus segera pergi menuju rumah Pak Zhong.

Aku berdiri tepat di depan parkir apartemenku. Langit masih gelap, matahari masih malu untuk menampakkan sinarnya.
Aku merasakan tepukan pelan di bahu kiriku. Segera aku berbalik dan mendapati seorang laki-laki berbadan tegap dengan setelan bajunya berwarna hitam.

"Park Jieun?"

"Ah, iya saya. Ada apa ya pak?"

"Saya Johnny. Supir pribadi Tuan Zhong. Saya disuruh ke sini untuk menjemput kamu."

"Benarkah?"

Lelaki itu menganggukkan kepalanya dan menyuruhku untuk menaiki mobil milik Pak Zhong. Aku pun mengekor dan membuka pintu di kursi penumpang depan.

"Eh jangan duduk di sini," ucap Johnny.

Aku mengernyitkan dahi, "Loh kenapa?"

"Nanti aku bisa dimarahi oleh Tuan Zhong kalau dia tau kau duduk di sebelahku."

"Apa hubungannya pak?"

"Pokoknya kamu duduk di belakang saja, jangan di sini."

Aku pun akhirnya menurut karena terlalu malas untuk berdebat di pagi hari. Mobil mulai melaju membelah jalan yang masih sangat sepi.

Tak butuh waktu lama, akhirnya aku sampai di rumah Pak Zhong. Masih seperti beberapa hari lalu, aku di sambut ramah oleh Bibi Sua dan dipersilahkan untuk masuk ke dalam rumah Pak Zhong.

Sejujurnya aku tak terlalu suka mengunjungi rumah Pak Zhong. Kalian tau kan rumah miliknya seperti istana? Yup, kaki ku terasa sangat pegal karena harus berjalan untuk menuju satu ruangan ke ruangan lainnya. Itu membutuhkan waktu beberapa menit. Ya, memang seluas itu istana miliknya.

Zhong ChenleWhere stories live. Discover now