KATHALA || 04. REPEAT

28 18 6
                                    

Aku selalu mencari alasan, untuk apa aku diciptakan. Aku berharap, sangat berharap. Salah satu alasannya,
Karena aku harus mencintai mu.

-Mischa-

___ ___ __


"Nanti pintunya di dobrak aja, terus teriak Happy birthday," usul Bryan awal dari surprise kak Kara.

"Jangan lah ketuk aja, nanti kak Kara terkejut, terus ucap Assalamualaikum," kontra Immanuel merasa tidak sopan, datang-datang langsung mendobrak pintu pake teriak-teriak lagi.

Bryan mendelik malas Immanuel tidak tanggung-tanggung berdecak. "Kita mau kasih surprise bukan mau bertamu Akhi."

"Jangan pikirin itu dulu, kita udah telat nih. Kalau A marah gimana?" lerai Coral, sebelum semakin  telat dan juga memberhentikan perang mulut yang akan terjadi.

"Minta maaf aja sama A nanti, pasti A maafin," ucap Zaldy kelewat polos jadi ke bego. Entah apa yang dipikirkan Zaldy. Berpikir bahwa Alfariel bukanlah devil, yang di dalam kamusnya tercetak besar kata maaf.

Bryan yang ingin menggeplak Zaldy yang keterlaluan polos jadi sama kayak Gracie, bego. Mengharuskan memakai tangan kiri, tangan kanannya memegang stir kemudi.

PLAAK

Zaldy mengusap-ngusap kepala, dengan bibir mengerucut.

Dalam hati sibuk mendumel 'nanti Zaldy ngadu Bunda, biar Bang Bry dihukum papa. Pokoknya Zaldy ngadu Bunda, Zal--' 

"Kita nggak hias apartemen kak Kara kan?" Gracie bertanya kepada kak Coral yang berada di sampingnya.

"Jadi balon Zaldy gimana?" Zaldy ikut bertanya dan juga melihat Coral.

"Nanti bisa di hamburin aja kalo balon Zaldy, kalo pernak pernik yang lain belum siap Gracie buat kan?"

"Belum kak Coral, gara-gara Bryan tu! enggak pernah bisa diem," Gracie merasa tidak ikut andil dalam surprise kak Kara gara-gara Bryan berbuat ulah.

"Kenapa gara-gara bang Bry?" Zaldy mengerutkan kening, berpikir siapa lagi yang dijahili Bryan. 'Akhi? Kayaknya nggak mungkin, kak Gracie? Harus pikir dua kali malahan seribu kali, dirinya sendiri? Dia enggak merasa apa-apa dari tadi, kak Coral? Iya, mungkin kak Coral tadi aja kak Coral sampai nangis.'

"Lu emang nggak nyadar yah?" Bryan mendelik malas adik bungsunya.

Lalu melirik Gracie lewat kaca spion depan entah kenapa selain Papa dan Alfariel, Gracie termasuk orang yang suka dijahili Bryan --tapi dalam definisi Zaldy itu bukan menjahili-"Woi Gracie pernak-pernik yang lu buat aja kayak sampah, masih mendingan lu nggak usah buat."

"Ha?! Apa, apa, apa. Coba lu ulang?! Nggak denger gue tadi?"

"Bry ..." tegur Immanuel penuh peringatan.

Coral dan Zaldy jika saat ini sudah tiba, dengan sepakat langsung melambaikan tangan pada kamera, tidak sanggup harus melerai kedua sejoli.

"S.A.M.P.A.H  pekak lagi si ogeb."

"OHH. TENANG BRY TENANG. SAMPAI APARTEMEN KAK KARA, HABIS LU!!"

"Bryan ..." Immanuel kembali menegur.

"Emang lu mau apain gue ha? Kenapa harus sampai di apartemen kak Kara?, kenapa enggak disini aja. Takut dilihat mereka?" sekarang senyum mesum dan smirk andalan Bryan sudah memenuhi wajahnya.

"MATI AJA L--"

"Eh tunggu, tunggu, tunggu. Kayak pernah lihat?" Zaldy menunjuk kearah seorang gadis yang berada di tepian jalan. Otomatis memberhentikan debat yang baru saja berjalan sebentar.

KathalaWhere stories live. Discover now