KATHALA || 09. SEA

14 5 1
                                    

Dear laut
"Ombak mu semakin ganas ya?
Karangmu juga semakin terasah tajam.

Tapi kapan aku bisa kembali menyentuhmu yang terasa menyenangkan?
Segitukah bencikah kau padaku,
wahai laut?"

-Coral-

___ __ ____

"KARPET DI GELAR YANG BAGUS!!"

"IYA, INI BRY LAGI GELAR!!"

"UJUNGNYA LIHAT BRY! UDAH BUTA YA?!" ujar Alfariel melihat karpet yang di gelar Bryan di atas pasir pantai.

"ANGIN YANG SALAH, BUKAN BRY!"

"BRY, A! BUNDA SURUH AMBIL KELAPA AJA SAMA PAPA!"

Sahutan yang berbasis teriakan di pagi hari telah menyambut hari murung Papa, karena Papa juga butuh ketenangan, yah walupun ia seorang devil dan devil juga butuh perlu ketenangan.

Dilain tempat para ciwi-ciwi tengah sibuk di dapur, seperti Bunda dan Kara menyiapkan susu coklat dan marshmello, Mischa yang memanaskan ayam dan ikan tadi malam menggunakan jarinya juga Coral dan Gracie yang dari tadi bolak-balik di dapur, karena sekarang tak bisa lagi dikatakan makan pagi akibat mereka bangun kesiangan.

Beberapa menit Alfariel dan Bryan akur mengambil buah kelapa, Bryan yang memanjat untuk mengambil, Alfariel yang bertugas menangkap buah kelapa dari atas, hasil petikan Bryan dan Papa yang mengawasi mereka, dengan muka lebih seram dari pada pengawas UN.
Tapi itu hanya berlaku sementara sesaat sebelum Papa meninggalkan mereka karena ingin mengambil keranjang untuk buah kelapa lagi.
 
"LU LIHAT-LIHAT LAH GUE DI BAWAH!" Sewot Alfariel tertindas kelapa petikan Bryan.

"KAN LU SETAN, MANA BISA GUE LIHAT LU!"

"MATI AJA LU KE NERAKA!"

"MAKSUDNYA TEMPAT LU YA?!" Bryan memunculkan smirknya merasa menang, membuat Alfariel geram.

Dilain tempat, tepat disamping perkebunan.
"Khi ...." Zaldy menepuk pelan pundak Immanuel yang tengah menyikat helikopter Papa di bagian sayap kanan.

"Kenapa?" Immanuel menoleh melihat Zaldy yang tampak risau. "Zaldy lapar?" Tanyanya lagi.

"Bukan sih, Zaldy khawatir sama Bang Bry dan A digeplak Papa karena dari tadi asik teriak," ucapnya kasihan sekaligus khawatir.

"Huh, mereka juga nggak mau dengar kalau dibilangin, udah cepetan Zal biar kita aja yang gelarin karpet sama tata makanan."

"Hem, iya Khi, tempat teduh ya."

Immanuel tersenyum menyenangkan, "Iya nanti Akhi bawain kipas baterai juga Biar Zaldy nggak kepanasan," Immanuel masih tersenyum lembut.

"GILA LU! SAKIT BODO!" Teriak Alfariel lagi benar-benar murka. Ikut memanjat pohon lalu menangkap kaki Bryan dan menariknya hingga jatuh.

Bryan yang jelas tidak terima dengan perilaku biadab Alfariel juga benar-benar murka, tampak sudah kekuatan api mengelilingi tubuhnya.

Alfariel yang tahu Bryan ingin bermain menggunakan kekuatannya menaikkan alis menantang, turun dari pohon dengan elegan menampakkan smirk yang meluluh lentakkan semangat hidup orang.

"Mau main lu?" Tanyanya sangat lembut, menggulung lengan bajunya menampakkan urat hijau yang timbul dari kedua lengannya akibat keseringan olahraga.

Bryan juga menggulung celana training, tidak dengan lengan baju karena ia memakai baju tanpa lengan yang sedari tadi mencuratkan serabut hitam, bulu ketiaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KathalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang