First

274 48 13
                                    

I L L U S I O N

F I R S T:

D e t i k  M e n u j u  T r a g e d i

D e t i k  M e n u j u  T r a g e d i

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TIK!

TIK!

TIK!

TIK!

Pukul 00.00 tepat. Tengah malam. Seorang gadis membuka pelan matanya, ia tidak juga tertidur. Ia bangkit dari kasur, berdiri menghadap cermin bulat besar dalam keremangan.

TIK!

TIK!

Lihatlah siapa yang ada di dalam cermin. Refleksi penampilan luarnya terlihat berantakan. Rambut hitam sebahunya, mata beriris cokelat tuanya yang sayu....

TIK!

Terra menghela napas. Jam dinding kamarnya masih terus berdetik, menandakan waktu terus berjalan. Ia telah beratus-ratus kilometer meninggalkan ibukota dan kembali ke kota masa kecilnya. Waktu dan jarak menepis segala kemustahilan itu. Ia bahkan tidak menyangka sudah berdiri di tempat dan jam yang berbeda saat ini.

Seminggu yang lalu, masih segar dalam ingatannya ketika pertama kali Bunda mengajukan usul untuk pindah padanya.

"Terra, Bunda pikir kita perlu pindah ke kota lain." Bunda mencomot brownies, tangan satunya menekan remote, mengganti saluran televisi.

"... ada banyak korban. Sampai saat ini pelaku ...."

Terra terdiam sangking terkejutnya. Ia beralih menatap Bunda yang juga memandangnya sembari asyik mengunyah kue buatannya sendiri.

"Ayah setuju-setuju aja." Bunda mengambil sebuah brownies lagi, "kamu gimana?"

Terra menunduk, pikirannya mulai bercabang kesana-kemari.

Kenapa pindah? Dan kenapa ia harus mempertanyakannya? Bukankah itu bagus? Bukankah itu artinya ia bisa mengawali sesuatu yang baru?

Tawa kecil Bunda membuat Terra mengerjap tersadar. "Serius sekali, sih," komentarnya geli.

"Terra, kamu boleh pikir-pikir dulu kok. Bunda kan cuma nanya." Mata Bunda kembali terfokus pada sekilas berita yang telah tayang. Terra ikut memperhatikan si pembawa acara dan berita yang sedang dibawakannya.

"...korban mengaku ia diteror melalui surat, beberapa tersangka yang diduga melakukan hal tersebut ...."

"Terra setuju."

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang