Eighth

37 16 3
                                    

I L L U S I O N

E I G H T H :

D è j a V u

"TY," gadis yang namanya dipanggil itu melirik teman sebangkunya.

Terra menelan ludah. "Guru itu... orangnya gimana?"

Desty mengerutkan kening, mengingat-ingat. "Guru... sulit ditebak. Sebenernya, dia baik. Suka ngajarin kita banyak hal."

"Satu lagi. Ini yang paling penting. Kalo lo ketemu sama Guru...." Manik mata Desty berpindah menatap langit-langit kelas.

"Hati-hati sama apa yang lo bilang ke dia." Terra tidak ingat kapan terakhir kali ia setegang saat ini.

***

Nasib. Deva tidak paham lagi dengan dunia. Ia dan si kembar terjebak di luar pagar sekolah. Yap, mereka terlambat.

Satpam sekolah hanya bisa terkekeh prihatin. Pak Medi pun buru-buru kabur, lagipula ini bukan salahnya. Benar kan?

Desty mengguncang-guncangkan pagar sekolah. Pagar besi itu bergoyang hebat akibat ulahnya. "BUKA! BUKA!"

"Desty! Saya laporkan ke BK kamu, ya! Tunggu gurunya datang dulu! Baru dibuka!" Pak satpam melotot galak. Kemudian menceramahi murid-murid lain yang juga suka terlambat.

"Woi! Udah!" cegah Desta. Pemuda itu memicingkan mata, mencari celah. Sorot matanya berubah sendu. Matanya berkaca-kaca.

"Pak Satpam... saya, pulang dulu. Ayo, Ty. Va. Kita nggak bisa sekolah hari ini." Dirangkulnya sahabat-saudarinya itu, melangkah pergi. Pak Satpam berteriak memanggil-manggil.

"Woi! Gue mau sekolah! Hei! Desta!" Sia-sia, cengkeraman Desta lebih kuat. Cih, ada apa dengan saudara kembarnya yang aneh ini?

Sepuluh meter berjalan, Desta berhenti di balik tembok samping sekolah. "Lo mau ngapain?" todong Deva.

"Nah, sekarang tugas lo, Va." Desta menepukkan dada, menegaskan betapa jeniusnya dia. Desty dan Deva melongo tak mengerti.

"Itu, apa namanya. Ah! Manipulasi." Desty menjentikkan jari, langsung setuju.

"Nggak," Deva satu-satunya pihak yang menolak.

"Ayolah, Va. Sekaliii aja.... manipulasi Pak Satpam." Desta berusaha membujuk, mengedip-ngedipkan mata. "YA? YA?"

"I-lu-si, Desta. Bukan ma-ni-pu-la-si," koreksi Desty.

Desta acuh. Siapa peduli? Sama saja. Manipulasi dan ilusi.

"Cepat, Va!" desak Desty.

Kenapa dia harus melakukan itu? Kenapa.... Sebentar. Ini terasa tidak asing.

"Dèja vu," gumam Deva tiba-tiba.

Raut wajah Desty melunak. "Hah?"

"Hanya... perasaan. Gue rasa ini pernah terjadi sebelumnya." Desta dan Desty mengerutkan kening, mengingat-ingat. Masa? Kenapa mereka tidak mengingat apa pun?

Pagar sekolah berkeriut nyaring, dibuka perlahan. Terdengar suara pak satpam berbicara. Ketiganya bersembunyi di sudut dinding sekolah.

Siapa? Siapa? Pak Satpam? Guru BK?

Sesosok manusia muncul. Di luar dugaan mereka, bukan Pak Satpam apalagi guru BK tercinta, Miss Delya.

Netra cokelat tua menyipit memandang mereka. "Oh. Wow." Ia bersidekap.

IllusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang