Bab 6. Hak milik

49 19 16
                                    

Jika hatinya sudah jadi milikmu seutuhnya, untuk apa masih kamu tanyakan perihal status padanya?
//

Aku berlari sekuat tenaga ketika turun dari mobil mamah, bel sudah terdengar disetiap penjuru sekolah. Aku telat! Padahal hari ini ada ulangan matematika! dan aku belum belajar sama sekali!

Semesta, tolong Elsa.

Aku sampai di depan kelas pukul 7 lewat 10 menit. Sebelum masuk, aku melihat bagaimana kondisi kelas terlebih dahulu. Apakah sudah ada guru atau belum. Ketika kurasa aman, aku pun mulai melangkahkan kakiku masuk kedalam kelas.

"Kirana Belleza!"

GAWAT!

Aku menoleh dengan menahan gemetar disekujur tubuhku. Semoga aku tidak kena marah, semoga aku tidak kena marah. Hanya itu kata yang terus aku ulangi dalam hati saat ini.

"I-iya, ada apa bu?" Aku mencoba menahan ketegangan ku, berbicara setenang mungkin. Namun tidak bisa!

"Kamu telat?" Bu Bety bertanya dengan sorot mata yang tajam seperti ingin memakan ku hidup-hidup. Aku semakin ciut, meneguk ludah pun susah untuk dilakukan.

"Iya bu, tapi hanya 10 menit."

"Telat 10 menit, lari keliling lapangan 10 kali!" Bu Bety meneriaki ku, aku tidak berani membantah. Yang bisa aku lakukan hanya mengangguk pasrah.

"Baik bu,"

Aku berjalan menuju lapangan, menarik napasku dalam-dalam lalu menghembuskan nya. Berusaha tegar menghadapi cobaan hidup yang tengah Tuhan berikan.

Baru 5 putaran, napasku sudah setengah-setengah. Apalagi belum ada pemanasan sebelumnya, huh! Kenapa aku harus bangun kesiangan?

"5 Putaran lagi El," Aku berujar sangat pelan. Menyemangati diriku sendiri, karena setelah ini aku akan segera membeli minuman dingin.

"Kurang 3 putaran lagi, ayo Elsa bisa!" lagi lagi aku berusaha menyemangati diriku.

Ketika putaran ketiga hampir aku selesaikan, tiba-tiba saja aku mendengar suara langkah disebelahku. Bukan, lebih tepatnya ia juga berlari mengikuti aku.

Aku menoleh, dan mendapati Bumi sedang ikut berlari disebelahku.

Apa Bumi juga telat?

Aku berhenti, Bumi juga berhenti. "Kenapa berhenti El?" Tanya Bumi.

"Kamu kenapa lari juga Bum?" Aku balik bertanya.

"Aku dihukum. Jadi ayo selesaikan hukuman kita!" Bumi kemudian lanjut berlari, ia menarik tanganku. Em, mungkin lebih tepatnya Bumi menggenggam tanganku. Kami berlari bersama mengelilingi lapangan sampai 2 putaran itu habis dilakukan.

"Huh huh huh!" Napasku tersenggal, aku sedang duduk ditepi lapangan. Sedangkan Bumi? sepertinya dia pergi ke kantin.

Aku mengelap keringat yang menetes di pelipis ku, sungguh melelahkan harus lari pagi-pagi begini apalagi dengan baju seragam. Tidak bisa menyerap keringat, gerah. Lengkap sudah.

"Ini, minum dulu El." Bumi datang dan duduk disebelahku, membawakan air mineral tapi tidak dingin. Ia menyuruhku untuk segera minum, sebelum dehidrasi, katanya.

Aku sebenarnya kecewa, kenapa tidak dibawakan air mineral yang dingin sih? Tapi protes nya masih ku urungkan, karena aku sangat haus.

Setelah ku minum airnya sampai sisa setengah, aku baru bertanya pada Bumi.

"Bumi, kenapa kamu gak beli yang dingin?"

Bumi menggeleng, "Habis olahraga mau minum yang dingin? mending tidak usah minum sekalian Elsa." Setelah itu Bumi pergi lagi.

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang