Bab 32. Pacaran

9 3 2
                                    

Gubrak!

"Anying!" Refleks Deka mengatakan itu.

Kami semua terkejut, sangat. Bagaimanapun yang digebrak itu meja kami yang sedang dipakai untuk makan. Memang tidak waras orang ini!

"Lo apa-apaan sih? Nyari masalah lagi?" Tantang Deka nyolot.

Orang itu Bumi. Yap, Bumiku.

Bumi menunjukkan senyum miring nya, kemudian menatap ku.

"Gue perlu ngomong sama orang ini."

"Gue gak izinin!" Tolak Fahri mentah-mentah.

Bumi tidak menghiraukan nya, ia masih tetap memandang lurus ke arahku. Aku yang ditatap seperti itu pun hanya bisa kicep.

"Kenapa?" Tanyaku akhirnya.

"Harusnya gue yang nanya gitu," ucapan Bumi membuatku bingung.

"Kenapa lo gak balas chat gue?" Tanya Bumi langsung ke intinya.

Plis!

"Lo cuma mau tanya ini? Penting banget ya?" Tanyaku menantang.

Mencoba memancing amarah Bumi, terserah mau bagaimana nanti.

"Penting buat gue. Buruan save nomor gue sekarang juga! Gue tungguin!"

Emang sinting si Bumi!

Semua siswa yang sedang makan di kantin sudah menjadikan ku dan Bumi sebagai pusat perhatian mereka. Selalu begini, dari awal aku masuk sekolah ini sudah menjadi pusat perhatian.

Tidak ada pilihan lain, daripada memperpanjang semuanya. Lebih baik aku yang mengalah.

Aku mengambil ponselku di saku rok, kemudian membuka aplikasi WhatsApp dan menyodorkannya pada Bumi.

"Yang mana nomor lo?" Tanya ku pura-pura tidak tahu.

Teman-teman ku hanya diam, tidak ada yang merespon.

"Ini kenapa banyak nomor yang gak dikenal chat lo?"

"Tapi lo termasuk kan?" Tanyaku, membuat Bumi jadi diam.

Ia menunjuk chatnya yang sudah ku baca, "ini udah lo baca? Kenapa gak disave?"

"Sibuk!"

Bumi langsung meraih ponselku, menyimpan nomornya sendiri didalamnya. Setelah itu dia segera mengembalikannya lagi padaku lalu pergi.

Aku melihat nama baru yang terpampang di ponselku. "Bumi"

"Aneh banget sih tuh orang, gak jelas!" Fiya mulai menggerutu sebal.

"Tau! Orang aneh!"

"Sama kayak lo!" Ucapku sambil menunjuk Deka.

-

Halte menjadi tempat tujuanku sekarang, Deka tidak bisa mengantar pulang karena ia ada keperluan. Ingin meminta tolong ke Fahri, tapi kan beda arah. Fiya sudah duluan karena ajakannya ku tolak. Berakhir lah aku disini.

Aku sudah SMS Mamah, meminta tolong untuk dijemput. Katanya sebentar lagi sampai.

"Nanti kita mampir makan dulu ya Bum?" Kudengar suara seseorang yang tidak jauh dari sini.

Aku mencarinya, menengok-nengok dan ternyata ia ada di depan gerbang.

"Iya Dar, ayo naik!"

Ternyata itu Bumi yang sedang bersama kak Dara. Mereka naik motor bersama. Terlihat cocok sekali.

Pikiran negatif mulai memenuhi pikiran ku. Menerka apa yang sebenarnya terjadi antara Dara dan Bumi. Apa mereka pacaran?

Lekas pulih, Bumiku (COMPLETE)Where stories live. Discover now