🌾DC - 10

8.6K 490 30
                                    

"Ganteng sih, cuma kebanyakan nyinyir." —Millea Claudya.

.
.
.

Ujian nasional, sudah dimulai. Satu hari hanya satu pelajaran saja, kali ini membuat Lea tidak fokus dalam ujiannya. Kenapa hal itu bisa terjadi? Pikirannya sejak tadi, malah fokus sama Arga. Beberapa hari lalu dia telah mempermalukan dirinya sendiri di depan Abangnya Naya itu, namun pikirannya juga terbebani dengan masalah mie ayam yang belum sempat dia bayar.

Pastinya akan ditagih, kan hutang. Lea termenung sembari mengetuk-ngetuk bolpoinnya di meja. Naya yang menoleh sekilas, matanya melotot melihat Lea tampak seperti orang bodoh. Naya berjalan pelan ke arah meja Lea, membuat Lea tersadar dari pikirannya karena bisikan oleh Naya.

"Kamu kenapa Lea? Ini lagi ujian loh," tegur Naya lirih dengan tatapan penuh selidik pada temannya itu.

"Eh, maaf nggak fokus. Lagi kepikiran sesuatu nih," balas Lea asal seraya menatap Naya bingung, lalu kembali lagi mengerjakan ujiannya.

"Kalau ada apa-apa bilang aja, nggak perlu sungkan sama aku. Kalau aku bisa bantu pasti aku bantu," balas Naya akhirnya.

***
"Terima kasih ya, Mas. Sudah mau menyempatkan waktunya buat mengobati anak saya, udah langganan banget periksa di sini. Pasti cocoknya," ucap seorang wanita paruh baya menyalami Arga dengan senang.

Malah tatapan anaknya yang tidak enak mendapati ibunya terlalu genit dengan dokter yang mengobatinya tadi.

"Iya Bu, sama-sama. Semoga lekas sembuh buat Kevin, jangan lupa obatnya diminum sesuai anjuran yang saya tulis tadi," balas Arga dengan senyum tipis, buru-buru dia melepas tangannya dari Bu Siska yang menurutnya sangat tidak sopan.

Bagaimana tidak, sedari tadi terus menatapnya dengan mata genit. Arga juga tau kalau Kevin anaknya itu juga sepemikiran dengannya.

"Mi, jangan genit-genit sama doktelnya. Nanti Kevin bilangin ke papi!"

"Hush, anak kecil nggak boleh bilang gitu," tegur Bu Siska yang merasa malu kepergok oleh anaknya sendiri.

"Bukan anak kecil lagi Mami, kan udah disunat," balas Kevin tak mau kalah.

"Iya namanya masih kecil juga, kamu kan belum bisa bilang r. Bilang r aja belum bisa," balas Bu Siska tertawa, Kevin cemberut.

Arga hanya menahan tawa, seperti inilah kejadian yang selalu dia temui setiap harinya.

***

Arga menyempatkan diri untuk pergi ke supermarket, sepulang dari rumah sakit tadi. Hanya ada beberapa pasien yang dia tangani, membuatnya bisa cepat pulang dan beristirahat.

Begitu dia masuk ke dalam, matanya menangkap seseorang yang dia kenal. Lea, gadis itu tampak bingung dengan apa yang akan dia pilih. Arga berjalan mendekat, Lea tak menyadari itu dia terus sibuk memilih barang. Arga terus mengamati pergerakan dari gadis itu, hingga dia harus berdehem agak keras berharap Lea sadar akan kehadirannya.

Wajahnya semakin jutek, tak dipungkiri Lea belum sadar juga dengan kehadirannya. "Udah lama ya?" tanya Arga menatap lekat Lea di sampingnya.

Lea yang merasa ada suara seperti bertanya padanya langsung menoleh, matanya terbelalak karena terkejut lantas mengusap dadanya pelan. Arga malah tersenyum kecil melihat Lea yang terkejut karena kehadiran dirinya.

Dokter CintakuWhere stories live. Discover now