🌾DC - 11

8K 463 5
                                    

"Pusing kepalaku, nggak bisa ngerjain soal matematika!" Naya terus mengumpat, hanya karena ujian hari kedua ini mata pelajarannya adalah matematika.

Disty, Lea, maupun Kesha dan juga anak yang lain hanya bisa menghela napas kasar mendengar umpatan Naya yang duduk tak jauh dari mereka.

"Semoga dimudahkan dalam mengerjakan ujian, soalnya yang gampang-gampang gitu," Kesha menatap Naya, sembari memberi semangat buat Naya agar tidak putus asa mengerjakan ujian.

"Mau aku tuh, soalnya sama kayak punya kalian, biar bisa saling komunikasi alias contekan," balas Naya asal tanpa dosa. Mana ada ujian nasional sama persis, terkadang ada yang sama hanya saja letak nomornya yang berbeda. Bahkan, ada juga yang hampir mirip.

"Aish, ada-ada aja kamu. Soalnya pasti acak, intinya apa yang kamu pelajari seingat kamu nanti kami bantu, pakai kode etik kayak biasanya ya," ucap Lea.

Kesha, Disty hanya terkekeh menanggapi apa yang barusan Lea katakan, tapi tidak untuk Naya yang tampak cemberut karena soal yang diberikan acak hanya ada sedikit soal yang sama dengan milik temannya.

***
Mata Arga menyipit, memastikan dengan apa yang dia lihat sekarang. Memastikan apa dia pernah bertemu dengan orang itu, atau tidak. Ternyata, perempuan itu adalah Arumi yang kini dia sedang duduk berdua bersama putranya, Dio.

Arga berjalan santai menghampiri keduanya, yang duduk di kursi taman bermain yang tak jauh dari rumah sakit dia bekerja sekarang. Jam istirahat yang cukup lama, dia gunakan untuk mencari udara segar dengan berjalan-jalan di taman.

Berakhir bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak menampakkan dirinya.

"Assalamualaikum, lama tidak bertemu sama kalian," sapa Arga lirih.

Arumi lantas menoleh, mendapati ada Arga yang berdiri tak jauh darinya. Dia membenahi posisi duduknya, dan sedikit merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Dio sempat terdiam beberapa saat, mungkin dia sedikit lupa dengan Arga yang selama ini jarang bertemu dengannya.

"Waalaikumsalam, gimana kabar kamu, Ga?" tanya Arumi.

"Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri?"

"Baik juga. Dio ini Om Arga, sapa dulu, nak."

"Halo, Om ganteng," sapa anak itu dengan senangnya.

Arga tersenyum, lalu mengacak gemas rambut Dio membuat anak itu tertawa menampilkan deretan gigi yang terlihat rapi. Dio turun dari pangkuan Arumi, memilih duduk di samping Arumi, menatap Arga meminta Arga untuk ikut bergabung dengan keduanya.

"Sepertinya, kamu terlihat bahagia saat ini," ucap Arga dengan senyum tipisnya.

Arumi menoleh dengan cepat, lalu mengulum senyum. "Ah, biasa aja, Ga. Lagian, semua udah berlalu, lebih baik aku nggak memikirkan masalah itu lagi, yang terpenting saat ini fokus pada Dio."

Arga mengangguk paham. "Oh, iya. Kalian udah lama di sini? Hari mulai sore," ucap Arga.

Arumi menggeleng, dia akan pulang jika Dio yang meminta pulang duluan padanya.

"Semoga aja, semuanya baik-baik aja, aku pergi sekarang ya? Maaf, nggak bisa lama-lama, masih ada urusan," setelah berucap seperti itu, dan melihat arloji di pergelangan tangannya. Arga lantas berdiri dari duduknya, berpamitan pergi karena dia ada urusan yang harus segera dia urus.

Dokter CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang