2. Cry [ Revisi ]

68K 4.5K 188
                                    


Manda menyipitkan matanya. Kepalanya terasa sangat pusing, badannya terasa sakit. Matanya melirik jam yang menempel pada dinding kamar tersebut dan ternyata sudah pukul 4 sore.

Lalu matanya menoleh ke samping. Di mana Manda dapat melihat jelas wajah Arka yang tertidur. Manda menarik selimutnya untuk menutupi tubuh polosnya. Seketika air matanya kembali menetes saat mengingat kembali bahwa Arka telah mengambil mahkotanya dengan paksa. Apa yang ia jaga selama 17 tahun ini sekarang sudah hilang.

Suara tangisan tersebut ternyata mengganggu tidur Arka. Padahal Manda menahannya dengan menggigit selimut agar suara tangisan itu tidak terdengar, namun nyatanya tidak.

Arka membuka matanya perlahan. Ia langsung terkejut saat melihat Manda ada di sini, satu ranjang dengannya.

“Ngapain lo?” Manda belum menjawab. Ia masih menangis.

Arka mengingat kembali apa yang terjadi. Melihat keadaan dirinya dan juga Manda saat ini membuat Arka menjambak rambutnya dan mengusap wajahnya dengan kasar.

“Ar-Arka kamu...”

“Sekarang lo pergi.”

“Tapi...”

“PERGI!” teriak Arka membuat Manda terlonjak kaget.

Manda langsung mengambil seragamnya yang tercecer di lantai. Ia memakainya dengan cepat dan keluar dari sana dengan tangisan yang belum reda, apalagi ia juga merasakan sakit di bagian bawahnya. Untung saja Arka tidak merobek pakaiannya, jika robek Manda harus memakai apa untuk pulang.

Wajah Arka terlihat gusar. “Darah?” Arka melihat seprei yang berwarna putih itu sudah terdapat bercak darah.

“Kenapa gue ini? Bego! Bego! Bego!” Arka memukul kepalanya.

“Arrrgghhh,” Arka menjambak rambutnya frustrasi.

***

Manda baru saja tiba di rumahnya pukul 5 sore tanpa membawa tas karena tas miliknya masih di sekolah. Tapi tadi Manda menerima pesan dari Nayla bahwa tas miliknya sudah ia antarkan ke rumahnya.

Manda menggigit bibir bawahnya, ia bingung bagaimana akan menjelaskan pada orang tuanya. Ia menghapus air matanya terlebih dahulu, merapikan seragamnya yang sedikit berantakkan lalu menghela napas. Dengan ragu tangannya terangkat untuk mengetuk pintu.

Tidak butuh waktu lama pintu terbuka dan menampilkan wanita paruh baya.

“Ya ampun, Manda! Kamu dari mana aja?” Kurnia memeluk tubuh mungil Manda. Terlihat raut wajah khawatir pada wajah Kurnia.

Manda menggaruk tengkuknya. “Em, tadi Manda ke rumah sakit, Bun, nganterin adek kelas yang sakit,” bohong Manda. Manda tidak bisa jujur sekarang, ia takut Kurnia akan kecewa dengannya jika tahu yang sebenarnya.

“Oh, kenapa nggak ngabarin sih! Kan Bunda khawatir kalau terjadi apa-apa sama kamu. Tapi kamu kok nggak bawa tas? Tadi Nayla sama Tasya yang nganterin ke sini.”

Manda tersenyum kikuk. “Tadi nggak tahu aku kalau di rumah sakit sampai sore.” Kurnia mengangguk percaya membuat Manda menghela napas lega akhirnya Kurnia tidak curiga. Sebenarnya Manda tidak tega jika harus berbohong dengan Kurnia, namun ia juga tidak mengatakan yang sebenarnya pada Kurnia.

Kurnia merasa aneh dengan Manda, seperti ada yang ditutup-tutupi. Namun dengan cepat Kurnia menepis pikirannya, ia percaya Manda tidak berbohong. "Yaudah yuk masuk,”

Manda langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah selesai, Manda turun ke bawah untuk makan malam bersama keluarganya. Sebenarnya Manda tidak lapar, namun Kurnia memaksanya untuk makan. Mau tidak mau Manda menurut.

BECAUSE A REASON [ Revisi ] ✔Where stories live. Discover now