| 7

1K 133 49
                                    

Happy Reading!

Yoongi sudah persis seperti pesakitan, patah, retak dan pasrah terlindas ruang dan waktu. Duduk di sudut kafe kepunyaannya, sudut dimana hanya ia yang boleh tempati.
Pojok ruangan dengan sisi kanan menghadap dinding kaca.

Sudut itu pula saksi bisu kegundahan Yoongi sejak kepulangannya dari Kuba.
Di kafe ini Yoongi mendekor ulang, dan semua tergantikan dengan gaya dan suasana khas negara Karibia. Dekorasi dan interior vintage, aksesoris etnik.

Yoongi pikir, dengan begini ia bisa mengenang kembali kebahagiaannya bersama Taehyung. Apalagi sejak notifikasi dari aplikasi Line, sebuah pesan singkat dari kontak bernama Taehyung.

Saat itu pula, dirinya merasa seperti diantara dimensi sekarang dan nanti. Linglung, bingung, juga senang bercampur aduk dalam lambungnya. Menggelegak tumpah ruah. Tentu saja ia senang, tapi juga sedih.

Senang karena akhirnya ia mendapat pesan yang artinya Taehyung tak benar-benar pergi meninggalkannya, sedih karena tahu walaupun bulan Desember sudah di depan mata tak berarti pertemuan itu akan segera terlaksana.

Seminggu sejak pesan itu datang padanya, Yoongi tak kunjung memberi balasan. Ia bingung, ragu juga bimbang. Ia tak tahu harus membalas apa, ia takut ia tidak bisa bertahan dengan hubungan jarak jauh seperti ini.

Rasa bahagianya serasa tertelan oleh dominasi rasa khawatir. Seseorang datang dan mengganti gelas kopi nya yang telah kosong dengan gelas kopi lainnya. Berdiri disampingnya dan menepuk-nepuk punggung Yoongi pelan seperti memberi kekuatan atas kekalutannya.

"Cinta itu rumit, kau berani mengenal cinta maka harus siap dengan resikonya." sambil tersenyum walau Yoongi hanya melihatnya sekilas.

Yoongi tahu ia tengah di ledek oleh Seokjin, sahabatnya sekaligus bartender di kafe nya.
Tapi ia memilih bungkam dari pada menyahuti dan berakhir dia yang akan kembali di ledek habis-habisan.

"Lupakan saja dia, lebih baik pacaran saja denganku.."

Belum sempat Seokjin melanjutkan kalimatnya Yoongi lebih dulu memotongnya.

"Bicara sekali lagi, tidak ada bonus akhir tahun!" Yoongi memicing mencoba mengintimidasi.

Tapi memang dasarnya Seokjin usil, pemuda jangkung itu hanya cengengesan.

Setelahnya Yoongi kembali termenung dengan tangan menopang dagu. Dengan earphone menyumpal telinganya, cara agar ia tak mendengar gombalan Seokjin pada pelanggan-pengunjung yang datang.

Yoongi mungkin tidak sadar, tapi ada seseorang di pelataran kafe sedang memperhatikannya dengan sorot mata penuh kerinduan. Tapi langkahnya hanya sampai disitu, seseorang itu berbalik lalu pergi bersama angin dingin bulan November yang berhembus dingin.

"Seperti bulan, kita harus melewati kehampaan untuk menuju purnama selanjutnya"

~

Hati nya bergejolak, antara membalas pesan Taehyung atau hanya memandangnya dengan wajah sendu.
Tapi ia juga merasa pesan itu tak butuh jawaban, yah Yoongi pikir begitu.

Taehyung cukup banyak membawa dampak dan hal-hal baru untuk hidup Yoongi.
Dulu, Yoongi bukan seseorang yang menggemari barisan bait puisi dan tumpukan buku sastra. Ia hanya,
pemuda biasa yang menyukai fotografi.
Yah fotografi itulah yang membawanya menjelajahi banyak negara dan fotografi lah yang membawanya ke negara Kuba, dan bertemu Taehyung. Cintanya.

Memikirkan semua itu membuat sesuatu dalam dirinya berdesir hangat, juga nyeri.
Sekali lagi, Yoongi benci jarak.

Kini Yoongi tengah duduk dipinggiran kasur, dipangkuan nya ada sebuah buku notes, berwarna hitam.
Lembarannya dibiarkan begitu saja terbuka, menampilkan deretan kalimat tertulis tangan.

Yoongi malu menyebut mereka adalah puisi, dia tidak pandai merangkai kata. Tapi itu semua adalah curahan isi hatinya, itu semua ada kerinduannya, itu semua adalah teman Yoongi, sesuatu yang tak lagi bisa ia ungkapkan melalui bibir atau mata.

Untuk, Taehyung.

Perpisahan adalah kepastian yang mengekor pada pertemuan dan kepergian adalah apa yang pasti—sekali atau selamanya.

Apa kamu tahu?

Kata pergi tidak terikat pada kata benci dan kata cinta bukan antonim daripadanya.
Artinya, kau bisa pergi kemanapun yang kamu mau tapi hatimu tahu; apa yang kamu rasa tentang sesuatu—tentang aku.

Pergi dan bertualanglah. Sekali-kali agar kamu tahu bahwa apa-apa yang kamu cari sebenarnya sudah ada dalam pelukanmu sendiri. Kehilangan mengajarkan aku arti dari tiap-tiap benda yang aku genggam(salah satunya, rasa-rasa yang aku bungkus padamu setiap malam)

Jangan pernah hilang, Taehyung.

Kamu akan menemukan dirimu dipinggir jalan, salah satunya membawamu kembali padaku. Kita tahu, perasaan tidak bisa membaca waktu. Ia dituntun oleh sesuatu–yang nanti terasa panas
di dadamu; rindu.

Di sini, aku membiarkan diriku tenggelam bersama kenangan dan pertanyaan-pertanyaan: di manakah sebenarnya rindu bersemayam? Jika kenangan mengambil masa lalu dan rindu mengambil hari ini, apakah yang ada di masa depan? Seberapa jauh kamu sudah melangkah?

Tapi aku tidak pernah bertanya, “apakah kamu masih mengingat aku?”. Karena aku tahu betul jarak tidak melemahkan rasa, dia menguatkan cinta.

Tentu kamu mencintai aku dan aku mencintaimu. Hal-hal lain daripada itu adalah apa-apa yang tidak perlu.

Pergilah, Tae. Pergi yang jauh. Lalu kembalilah membawa cinta yang lebih besar dari sebelumnya, lebih kuat, lebih hebat.

Cinta yang sudah dibakar jarak, ditempa rindu, cinta yang penasaran: di manakah letak rumah?

Di bibir, di dada, di kepala

atau di udara.

Dalam suasana senyap di kamar yang temaram, Yoongi berbisik pada dirinya, cinta dan rindunya..

"Dia pergi dan tulisanmu menjadikannya abadi."

ENCOUNTER | TaeGi [END]Where stories live. Discover now