Pergi Ke rumah Eyang!

76 11 0
                                    

"Satibi lapar bi! Huaaaaa." Satibi mulai menangis sambil guling-guling karena ingin segera buka puasa.

Padahal waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi.

"Sabar ya, Bi. Dua jam lagi boleh buka kok," sahut Bi Syfah sambil tersenyum dan mengelus kepala Satibi.

"Satibi mau buka puasa!" Teriak Satibi sambil meraung-raung.

"Eh, malu sama Upin-Ipin kalau nangis gitu." Bi Syfah mulai kalang kabut ketika melihat Satibi tidak mau berhenti menangis.

"Eh, kita murojaah surah saja yuk! Katanya Ibi sudah hapal surah Al-Humazah ya?" Bi Syfah mulai mengalihkan perhatian Ibi.

"Ndak mau! Ibi mau makan! Ibi lapar huaaa!!" Teriak Satibi dengan semakin keras.

Paman Stev yang baru pulang dari masjid sehabis tadarus pun datang dengan wajah yang bingung.

"Ada apa ini?" Tanya Paman Stev sambil memeluk Satibi dan mulai menenangkannya.

"Dia mau buka jam segini. Sayang dua jam lagi, Kak," sahut Bi Syfah sambil membantu menenangkan Satibi.

"Ya sudah gapapa. Ibi mau buka yah? Mau buka pakai apa?" Tanya Paman Stev dengan lembut sambil menggendong dan membawa Satibi ke tempat tidur.

"Ibi mau hiks.. makan pokoknya! Ibi mau susu kotak rasa Miloooo!" Teriak Satibi yang masih meraung-raung.

"Ya sudah tunggu sebentar yah. Paman siapkan makanan dulu. Sekalian Paman ambilkan susunya. Tapi habis itu lanjut puasa ya?" Ujar Paman Stev dengan penuh kelembutan.

"Hiks.. ho'oh.. hiks.."

"Udah dong jangan menangis lagi ya," ucap Paman sambil berdiri.

Paman Stev langsung mengajak Bi Syfah untuk ke dapur.

"Jangan dipaksakan, kasihan." Paman Stev terlihat mengeluarkan sosis mentah dalam kulkas.

"Kali ini aja ya, Kak. Besok usahakan sampai jam 12," ujar Bi Syfah sambil mengambil alih sosisnya dan mulai mengolahnya.

"Iya. Semakin dewasa juga nanti dia paham sendiri kok," sahut Paman Stev sambil mengambil susu kotak dari dalam kulkas.

Setelah sepuluh menit, masakan pun jadi. Paman dan Bibi buru-buru menghampiri Satibi.

"Ya Ampun. Tuh kan, firasat aku bener. Dia kan orangnya gampang tidur. Pasti habis nangis langsung ngantuk," Bi Syfah terlihat menepuk keningnya dan tersenyum perlahan ketika melihat Satibi tengah tertidur pulas.

"Kalau taunya kamu tidur gini, mending tadi gak jadi dibikinin makanannya. Ini makanannya mau dimakan siapa dong?" Paman Stev terlihat bingung sambil melepaskan pecinya.

Saking buru-burunya menuruti kemauan Satibi, dia sampai lupa untuk melepaskan peci ataupun sorban yang terselempang di bahunya.

"Ini gimana makanannya?" Tanya Paman Stev sambil menatap Bi Syfah.

"Buat nanti saja kalau dia bangun. Sekarang simpan di lemari makanan dulu. Adek mau beres-beres baju buat nanti," ujar Bi Syfah sambil berjalan keluar dari kamar Satibi.

Paman Stev hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan mengembuskannya  dengan agak kasar. Ia mulai menyelimuti Satibi dan menghapus air mata gadis kecil itu.

"Semoga besar nanti kamu menjadi Hafidzah yang sholehah ya," ujar Paman Stev sambil menutup pintu kamar Satibi.

🕌

"Kita mau ke mana, Bi?" Tanya Satibi yang bingung ketika jam satu siang seperti ini sudah disuruh mandi.

"Kita mau ke rumah eyang. Ketemu Kakak Enggar. Lupa yah?" Tanya Bi Syfah sambil tersenyum dan mulai mengangkut barang-barangnya ke bagasi mobil.

Satibi Mengenal TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang