Part 2 Kejutan Akira

819 123 15
                                    

"Nisa, Abi nelpon sedari tadi kok gak diangkat sih?" Ujar Abi diujung sana sedikit kesal.

"Nisa kan nge-Lab Abi, lagi mulai sibuk-sibuknya ini, kan sudah masuk tahun kedua," Annisa mencoba menawarkan sebuah alasan paling masuk akal. Padahal sedari tadi ia di Apartemen. Ia seakan paham di hari Sabtu seperti ini Abi-nya seperti biasa meneleponnya.

"Jangan bohong sama Abi, ini kan Sabtu, masa ada kuliah," Abi menyadari ada yang ganjil dari alasan Annisa barusan.

"Enggak Abi, ngapain Nisa bohong, kan sesuai saran Abi, Nisa harus cepet lulus jadi Dokter Hewan. Biar nanti bisa bantu Abi." Annisa langsung kepada keinginan Abi-nya tentang kuliah kedokteran hewan yang ia jalani. "Lagian kalau lama lulusnya nanti Annisa betah di Jepang loh, gak pulang ke Indonesia, dapat orang Jepang."

"Eh, kok begitu, awas kamu kaya kakakmu, jangan bikin Abi malu kalau ketemu keluarga besar Abi, kita punya Nasab (Garis keturunan) yang harus dijaga Nisa" Abi mulai meninggi nada suaranya jika teringat pembangkangan yang dilakukan anak laki-lakinya.

Annisa lebih milih terdiam jika Abi sudah menaikan volume. Ia tidak bisa membayangkan jika Abi tahu bahwa sebenarnya ia telah melakukan apa yang paling di benci Abi-nya.

"Nisa cepat-cepat lah kamu menyelesaikan kuliah mu, biar kau tidak lupa ada darah Alatas yang mengalir di tubuhmu," Ujar Abi lagi. "Kemaren Abi ketemu sahabat Abi, kamu masih ingatkan, Abi Assegaf, anaknya yang dulu sering main sama kamu waktu kecil, sekarang sudah besar, tampan pula,"

Annisa paham akan kearah mana pembicaraan ini berikutnya.

"Abi, Annisa dapet email dari Professor disuruh Kembali ke lab, ada yang salah dengan percobaan Nisa." Annisa mencoba melarikan diri dari terror perjodohan Abi-nya.

"Annisa, jangan pergi dulu, Abi belum selesai bercerita, Nisa...Nisa," Abi mencoba menahan hubungan komunikasi dengan Annisa sebentar lagi.

"Nanti dilanjut lagi yah Abi, Annisa buru-buru Kembali ke Lab." Ujar Annisa

"Ya sudah, nanti malam Abi telpon lagi." Abi menyerah. "Nisa ingat yah seorang Syarifah (Keturunan Arab Ba'alawy, garis keturunan Nabi Muhammad SAW) saja tidak boleh menikah dengan keturunan non-ba'alawy, apalagi sama yang bukan keturunan Arab. Ingat pesan Abi ini."

"Iyah Abi, Nissa paham, hampir setiap kali Abi telpon selalu ngingetin hal itu, InsyaAllah yah Abi, kalau Nisa gak Khilaf," Ujar Annisa sambil kemudian tertawa kecil. Cukup jelas bagi Abi mendengar tawa itu.

"Heh, Anak Abi, awas aja kalau berani, ya sudah sana, turutin kemauan professor mu itu, bilang sekalian suruh cepat-cepat meluluskan mu. Biar otakmu tidak keracunan nikah sama orang Jepang." Ujar Abi.

"Iya Abi, Nissa tahu Abi," Ujar Annisa memilih mengiyakan apa yang di sampaikan Abi

Selepas berakhirnya sambungan telpon dengan abi-nya. Nissa termenung sejenang ditempat ia duduk saat ini.

"Sepertinya akan sangat berat meyakinkan Akira pada Abi," Ujar Annisa pasrah "bukan hanya semata keyakinan akan agama semata, akira mungkin bisa masuk Islam namun bukan itu masalah besar yang akan di hadapi Akira," lanjut Annisa

Annisa menatap foto dirinya bersama teman-teman labnya di atas meja disudut kamar apartemennya. Di foto itu ada Akira. Annisa memang tidak pernah memiliki foto berdua saja dengan Akira. Ia acuhkan teman-temannya yang lain dalam foto tersebut. Kelopak matanya hanya fokus pada sosok Akira. Ia tidak habis pikir mengapa ia memilih terjebak pada situasi serba penuh pertimbangan seperti ini.

"Cultural differences should not separate us from each other,"

(Perbedaan budaya seharusnya tidak memisahkan kita satu sama lain)

Akira dan Annisa (Tamat)Where stories live. Discover now