Yours

2.8K 170 110
                                    

- Last Chapter -

Granger menurunkan Silvanna di ruang tamu unit apartemennya setelah menggendong gadis itu dari lokasi syuting di taman apartemen. Untungnya, selama perjalanan ke unit apartemennya Granger hanya bertemu dengan segelintir orang. Jadi ia tak perlu terlalu malu saat menggendong Silvanna. Beda halnya dengan Silvanna, ia merasa malunya sudah sampai ke ubun-ubun.

"Kamu ngapain, sih? Malu tau diliatin orang dari tadi!" protes Silvanna saat Granger menurunkannya.

"Biarin!" tantang Granger. "Kamu tambah berat, sih?"

"Berat gimana? Perasaan kamu doang kali!"

"Serius."

"Kebanyakan cewek sih lo. Jadi nggak inget berat badan gue segimana!" sahut Silvanna.

"Aku udah nggak pernah mainin cewek lagi, ya," sahut Granger. "Yang waktu itu Selena, cewek bar yang suka sama aku. Claude udah jelasin semuanya, kan?"

Silvanna mengangkat alis. "Dan setelah itu kita bikin rencana buat ngerjain kamu!" kata Silvanna tanpa merasa berdosa.

"Jadi rencana tadi itu kamu yang buat?" tanya Granger.

Silvanna hanya tertawa karena terlalu malas untuk meladeni. Ia malah memandangi sekitar unit apartemen itu. "Orchid 2, mau nggak mau gue rindu sama tempat ini!" sahut Silvanna lalu terduduk di sofa.

"Rindu tempatnya apa yang punya?" tanya Granger iseng.

"Tempatnya, lah. Soalnya banyak kenangan di sini."

"Kenangan sama aku, kan?"

Silvanna mendengus. Tak bisa dipungkiri, tempat itu memang istimewa untuk Silvanna terlebih untuk awal hubungannya dengan Granger. Ia menoleh ke belakang lalu beranjak menuju dapur.

Silvanna mengelus kitchen set yang menjadi saksi bisu kenangannya dengan Granger. Di sini, biasanya Silvanna membuatkan makanan untuk makan mereka berdua. Mereka duduk dan makan bersama di meja makan, lalu mencuci piring dan peralatan masak setelahnya. Kenangan itu yang membuat Silvanna senyum-senyum sendiri.

Matanya kembali beralih pada kamar yang dulu ditempatinya. Ia membuka kamar itu dan memasukinya. Terlihat polos, tidak ada sisa barang-barangnya di sana, kecuali satu bingkai foto Granger yang tak terusik dari tempatnya.

"Kalau aku kangen kamu, aku tidur di kamar ini," ucap Granger yang tiba-tiba masuk kamar itu.

Silvanna menoleh lalu tersenyum, "Begitu banyak kenangan kita di sini, Gran. Tiap inci ruangan di sini, punya memori tersendiri tentang kita. Itu yang bikin aku merindukan tempat ini."

Granger mendekat lalu mengelus pipi Silvanna. "Itu yang aku rasakan sejak kamu ninggalin tempat ini," ungkapnya pelan namun serius. Tatapannya tajam tanpa kedip ke mata keabuan Silvanna. "Aku mau tunjukkin sesuatu." Granger mundur selangkah, membalikkan badan dan melepas kaos lengan panjangnya.

Terpampang besar di punggung Granger sebuah tato berinisial huruf S. "Aku udah samarkan tato huruf L yang ada di leher aku."

Benar saja, Silvanna bisa melihat tato yang semula terukir huruf L, kini berubah bentuk menjadi persegi. Intinya, huruf L itu sudah tiada lagi.

"Ini bukti kecil keseriusan aku sama kamu, Silv. Cinta aku sekarang sama kamu lebih besar dari yang sebelumnya."

Silvanna berkaca-kaca, ia mendekat lalu menelusuri tato itu dengan jari-jarinya. Sebenarnya, Granger tak perlu menyakiti diri sendiri untuk membuat tato sebesar itu. Ia cukup membuktikan cintanya pada Silvanna dengan sikapnya saja.

RoommateWhere stories live. Discover now