23. MASIH SANGGUP BERJUANG?

54 14 30
                                    

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu
Biar cinta datang karena telah terbiasa

Dewa 19 - Risalah hati cover by Hanin Dhiya

***

23. MASIH SANGGUP BERJUANG?

Emily menutup bukunya, lalu menghela napas panjang. Sudah satu jam lebih ia berkutat dengan semua buku-bukunya. Tugas yang diberikan tidak main-main, terbukti dengan puluhan nomor soal yang diberikan.

Emily termenung dengan kedua tangan yang menopang dagunya. Hati dan logikanya saling berperang dalam keputusan untuk ia berjuang. Lagi dan lagi, hatinya yang menang. Dan ia memutuskan untuk berjuang untuk terakhir kalinya. Dan jika semua sia-sia, ia akan berhenti saat itu juga.

Emily mencoba untuk meyakinkan hatinya, lalu mengirim pesan pada Aksa.

Emily : Aksa, besok aku bawain bekal buat kamu ya :)

***

Emily meletakkan kotak makannya di atas meja Aksa. Gadis itu tersenyum manis, tapi hanya dibalas tatapan datar dari Aksa.

"Sesuai yang aku bilang semalam, aku bawain bekal buat kamu. Dimakan ya, Aksa," ucap Emily dengan keceriaan seperti biasanya. Ya, setelah ia pikir-pikir, mungkin lebih baik ia kembali ceria seperti dulu. Siapa tahu dengan ia seperti itu, hatinya akan kembali kuat.

"Gue nggak pernah setuju dengan apa yang lo bilang semalam." Aksa berdiri dari duduknya, tapi langsung ditahan oleh Emily.

"Makan dulu, Aksa!"

Aksa berdecak kesal, lalu menepis tangan Emily. "Lo nggak berhak untuk atur gue!" Aksa langsung melenggang pergi begitu saja dari dalam kelas, meninggalkan Emily yang mengepalkan tangannya, mencoba untuk tidak menangis.

***

"Ry?" panggil Emily saat melihat Ryra yang sedang membaca buku di perpustakaan.

Emily lebih memilih ke perpustakaan dari pada harus ke kantin. Ia hanya ingin sendiri saat ini.

Ryra mendongak, lalu tersenyum tipis. "Kenapa?"

"Tumben lo ke perpus, biasanya juga malas."

"Emang salah?"

"Ya, enggak sih. Cuma aneh aja."

Ryra terkekeh. "Orang ke perpus lo bilang aneh. Berarti lo aneh juga, kan?"

Emily berdecak kesal, lalu berjalan menuju rak demi rak untuk mencari buku yang menarik untuk ia baca. Setelah dapat, Emily duduk di samping Ryra.

"Gimana soal Aksa?" tanya Ryra tiba-tiba.

"Ya, gitu deh, lebih buruk," jawab Emily. "Eh, tapi lo tumben nanya duluan."

Ryra mengedikkan bahunya. "Karena gue dengar rumor kalau Aksa jadian sama Zera, jadi gue tanya aja sama lo tentang tuh cowok. Dan ternyata malah makin buruk." Ryra tertawa di akhir ucapannya.

Emily mendengus kesal, lalu mulai membuka satu demi satu lembaran buku.

Tawa Ryra memudar saat melihat sesuatu di leher Emily. "Em, lo pakai kalung?"

"Hah?" Emily memegang lehernya, lalu mengangguk pelan. "Iya, tapi bukan kalung gue. Kalung yang pernah gue tunjukkan ke lo itu. Sengaja gue masukin dalam seragam supaya nggak terlalu kelihatan."

Ryra mengangguk kaku. "Pemiliknya siapa emang?"

Emily terdiam. Jika ia memberitahu bahwa pemiliknya adalah salah satu dari dua orang yang mengawasi rumahnya, pasti Ryra akan khawatir. Terlebih lagi lukanya belum benar-benar sembuh.

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang