dear 1 hour rainy (weather series)

1 1 0
                                    

Hanya satu jam bersama mu dalam derasnya hujan, bagaikan ribuan warna pelangi mengisi hatiku..
-Rainee

..

Bulan Desember bulan di mana buliran air jatuh tanpa henti, meninggalkan genangan juga kenangan yang ada saat hujan terjadi. Tak banyak yang ingin ku ceritakan hanya sepotong kisah indah yang ku ukir bersamanya dalam derasnya hujan yang menimpa.

-December19

Aku berlari melawan derasnya hujan, salah ku memang padahal aku tau beberapa hari ini hujan terus melanda namun dengan cerobohnya aku masih saja lupa membawa payung, untunglah saat hujan datang aku dekat dengan sebuah taman yang tidak begitu jauh dari rumah.

Di taman itu aku melihat sebuah tempat berteduh, langsung saja aku berlari kesana sebelum semua buku pelajaran ku basah di timbun air hujan.

Oh ya, namaku Rainee mahasiswa di salah satu universitas seni yang ada di kota Bandung, aku mahasiswa angkatan pertama yang ada di jurusan seni musik.

"Harus nya tadi aku gak lupa bawa payung, Huft! Nyebelin coba aja ada yang ngingetin, efek jomblo sih ini," ucapku menggerutu sendiri saat sudah sampai di tempat berteduh yang ada di taman.

"Asisten *doddle kan juga bisa ngingetin Mba," Aku tersentak mendengar tiba-tiba suara berat itu membalas ucapanku tadi, sontak saja aku menoleh kearah datangnya suara itu.

Aku mendapati seorang pria berwajah tampan, bermata coklat terang yang tengah duduk berhadapan dengan Kanvas lukis, siapa? Seorang seniman? Mungkin saja, tapi jika dilihat dari fisiknya orang itu tampak hanya beberapa tahun lebih tua dariku, parasnya juga rupawan, ah! Kenapa aku membicarakan soal wajah!

Aku menatap pria itu dengan tatapan bingung, alih-alih menoleh saat di tatap seperti itu pria bermata indah itu malah fokus pada lukisannya, dengan ragu aku mendekat penasaran dengan apa yang sedang dilukisnya.

"Mba nya kepo ya?" tanyanya tiba-tiba membuatku sekali lagi tersentak akibat pertanyaan yang terlalu mendadak itu.

Aku berusaha mengalihkan pandanganku agar terlihat seolah tidak peduli, namun ternyata yang kulakukan sia-sia dan malah membuat nya terkekeh.

"Kalau penasaran boleh liat kok, tapi jangan naksir sama yang lukis," Sungguh! Saat ini aku terdiam membeku dengan ucapannya barusan, yang benar saja! Apa ada laki-laki seperti dia?

"Gak minat saya juga Mas," kata ku seraya memasang wajah tidak tertarik.

Aku tidak ingin mengakuinya tapi aku benar-benar penasaran dengan apa yang pria itu lukis, aku berjalan mendekati pria itu lagi lebih tepatnya kanvas yang ia gunakan untuk melukis, sungguh saat aku melihat lukisannya untuk pertama kali rasanya aku benar-benar takjub, lukisan bernuansa hitam putih yang menggambarkan indah taman yang ada di hadapanku dengan suasana hujan yang terkesan dingin, tapi entah kenapa rasanya benar-benar sepi juga hampa, padahal lukisan nya sangat indah bila dipandang mata.

"Maaf tapi-" belum sempat aku menyelesaikan kalimat ku, pria itu langsung saja memotongnya.

"Jelek ya?" Tanyanya sontak saja membuatku langsung menggeleng kan kepala, lukisan itu indah, benar-benar indah hanya saja jika kamu melihat dengan seksama lukisan itu terasa hampa.

"Gak kok, bagus banget malah tapi entah kenapa rasanya hampa," ucapku seraya menatap taman penuh bunga yang ada di hadapanku.

"Kamu bisa rasain?" Tanya nya membuatku langsung menoleh dan mengangguk, meski tidak begitu paham dengan seni lukis namun entah kenapa aku bisa merasakan rasa kesepian yang ada dalam lukisan itu.

Pria bermata coklat terang itu menatap lukisannya dengan wajah serius yang entah kenapa dapat membuatku tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

"Eh, maaf saya salah ngomong ya?" tanya ku takut bila ucapan ku tadi menyakiti hatinya, namun alih-alih marah atau kesal pria itu malah melayangkan senyum padaku.

Not Just A Love Story : Antologi CerpenTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon