americano

1 0 0
                                    


Karna kamu bagaikan americano kamu pahit namun aku menyukainya

Suara kicauan burung yang terdengar, mentari pagi yang bersinar dengan terangnya, juga dirimu yang tampak sempurna dengan semua itu.

Namaku Amelia Deviandra, panggil saja Amel. Umur ku delapan belas tahun dan yang sedang ku pandang itu Ricano Devandra yang biasa ku panggil Rico. Teman masa kecil yang berhasil mencuri hati selama sepuluh tahun terakhir ini.

Meski begitu Rico mempunyai sifat sedingin es yang terkadang membuat ku sangat sulit mendekatinya, namun di sisi lain terkadang ia sangat manis menjagaku bagai malaikat pelindung.

...

"Co, pulang bareng dong!" Ucapku tiba-tiba ketika menghampiri Rico yang sedang merapihkan buku dan bersiap untuk pulang.

"Lama gue tinggal!" Begitulah Rico, meskipun perkataan nya menusuk hati namun kepedulian nya melelehkan hati.

Kini aku dan Rico duduk berhadap-hadapan di sebuah cafe, tentu bukan hanya kami berdua namun beberapa teman kami ikut bergabung ada Gina, Tasya, Rizal dan Akbar.

Weekend ini kami memutuskan untuk berkumpul sekedar bermain bersama dan saat ini kami tengah bermain truth or dare dengan aku yang terjebak dalam pilihannya.

"Kalau Amel dare aja deh, kalau truth apalagi yang coba yang perlu kita tahu." Sedikit menyebalkan memang, namun nyatanya aku memang adalah orang yang terbuka meski aku juga punya beberapa rahasia yang ku simpan sendiri.

"Dare nya Lo harus samperin cowok yang lagi duduk di sana, terus minta nomor telepon nya," ucap Gina memberikan tantangan untuk ku.

"Oke siapa takut!" Dengan berani aku bangkit dari duduk dan bersiap menghampiri laki-laki yang Gina maksud. Namun belum sempat aku melangkah pergelangan tangan ku digenggam oleh seseorang dan kalian tahu betapa terkejutnya aku saat mengetahui bahwa Rico lah yang menahanku.

"Harus banget ya dare nya itu?" Tanya Rico dengan nada tak suka yang membuat jantung ku seketika berdebar tidak karuan.

"Ciee Rico cemburu." Aku tersipu saat teman-teman ku berkata demikian. " Jangan Geer gue bukan cemburu, kasian masnya nanti sawan liat Lo." Memang Rico, selalu membuat ku jatuh setelah berhasil membuat ku terbang.

...

Hari-hari ku terus sama di pagi hari sampai datangnya malam, hanya sibuk memikirkannya sementara dia entahlah aku juga tidak bisa menebak apa yang dipikirkannya.

"Mel, Mel, Amel!!!" Teriakan yang memanggil namaku itu seketika langsung membubarkan lamunan ku.

"Apasih sya! Gue lagi halu pacaran sama Rico tahu!" Kesal ku pada Tasya. Tiba-tiba dari belakang Gina mengetuk kepala ku. "Kebanyakan halu jadi lupa kenyataan, tuh si Rico bonceng cewek! Mamam tuh halu." Aku terdiam mencoba mencerna apa yang baru saja Gina katakan.

Aku berlari keluar kelas. Dari balkon kelas dengan mata kepala ku sendiri aku melihat seorang gadis yang tengah berjalan berdampingan dengan Rico, sakit tak berdarah luka yang tak tampak namun menyakitkan ingin diri ini menangis namun hati sudah sibuk dengan rasa sakit hingga air mata enggan untuk jatuh.

...

Beberapa hari ini aku menjauhi Rico, aku mencoba melihat pada kenyataan dan nyatanya cinta yang bertepuk sebelah tangan itu hanya akan berakhir sia-sia, karna cinta itu antara dua hati bukan satu hati yang terus berharap.

"Amel! Ada Rico nih," teriak bunda dari lantai bawah, tumben Rico datang tanpa aku panggil ah! Sudah lah aku bahkan tidak mau peduli lagi.

"Suruh pulang aja Bun, amel gak mau ketemu Rico lagi!" Menunggu beberapa menit tidak ada jawaban dari bunda, lelah menunggu aku kembali menyelimuti diri dengan selimut kesayanganku.

"Mel, cepetan bangun sepuluh menit gue tunggu! Kalau lama gue tarik sama kasur-kasurnya!" Ancam Rico seraya menarik selimut yang ku pakai. Mau tidak mau aku turun dari kasur dan bersiap-siap turun ke bawah.

Aku hanya mengenakan kaos bergambar Americano dengan rok pendek di atas lutut tak lupa sneakers dan ransel kecil yang melengkapi penampilanku.

...

"Mel, Lo marah sama Gue?" Tanya Rico tiba-tiba di tengah macetnya jalanan pagi ini. "Gak." Aku memalingkan wajah enggan untuk melihatnya. "Gue yakin setelah kita sampai Lo gak akan marah lagi sama Gue."

Beberapa jam kemudian aku dan Rico sampai di sebuah taman hiburan, aku ingat taman hiburan ini adalah taman di mana aku dan Rico bermain sampai hilang dari pandangan orang tua kami, waktu itu aku menangis namun Rico dengan berani menuntun ku.

"Masih marah sama Gue?" Tanya Rico tiba-tiba seraya mengait jarinya dengan jari-jari ku."

"Sejak kapan Ricano Devandra jadi sweet gini?" Tanya ku seraya menatapnya dengan tatapan jahil. "Gak mau nih?" Tanta Rico membuat ku buru-buru mengeratkan genggaman tangan kami.

Rico mengajakku bermain beberapa wahana ekstrim yang belum pernah aku coba, waktu seakan berhenti entah kenapa tak ada lagi pikiran negatif akan Rico yang sedari kemarin terus menggangguku.

Dua jam sudah berlalu aku dan Rico sepakat untuk beristirahat di cafe yang ada di dalam taman. Aku memesan minuman kesukaan ku benar 'Americano' sementara Rico memesan cafe latte yang biasa di minumnya.

"Mel, kenapa sih Lo suka banget sama americano?" Tanya Rico tiba-tiba seraya menatapku penuh tanda tanya.

"Americano tuh kayak Lo pahit tapi gue suka."

...

Tak terasa langit semakin gelap, lampu-lampu mulai menyala dengan indahnya.

"Ci, gue mau nanya boleh?" Tanyaku pada Rico dibangku istirahat yang kami duduki. "Gue sama Tara gak ada hubungan apa-apa." Seketika aku menatap Rico penuh tanda tanya, padahal aku belum bertanya tapi sepertinya Rico sudah tau apa yang ingin aku tanyakan.

"Yuk, satu wahana lagi, habis itu kita pulang," ucap Rico yang sudah berdiri seraya mengulurkan tangannya. Aku meraih tangan Rico dan membiarkan nya menuntun ku ke tempat berikut nya.

Beberapa menit kemudian kami telah sampai di puncak 'ferris wheel' seketika aku gemetar saat tiba-tiba Ferris wheel berhenti di puncak.

"Amelia Deviandra, do you want to be the mother from my child in the future?" Aku yang tadinya memejamkan mata karena ketakutan perlahan membuka mataku.

Suara letupan kembang api mewarnai langit malam yang gelap juga menyamarkan suara detak jantung ku yang entah kenapa rasanya semakin kencang.

"Lo nembak gue?" Tanyaku memastikan. "Dih Geer, gue kan nanyanya 'lo mau gak jadi ibu dari anak-anak gue di masa depan bukan jadi pacar."

Begitulah Rico, sahabat masa kecil yang mewarnai hatiku, bagaikan americano yang pahit namun entah kenapa aku begitu menyukainya

Karna terkadang cinta hanya perlu waktu yang tepat untuk di sadari, percayalah cinta sejati tidak pernah mengenal kapan, di mana dan bagaimana, bukan mengenal kata 'i love you atau i Miss you' namun tentang sekuat dan seteguh apa kesabaran yang kita punya dan ingat lah seorang yang sabar adalah yang beruntung.
-NEKOFA05

-Americano
31-05-20

....

Halo semua, sebenarnya aku agak ragu sih buat upload ini dan kalau ada yang nanya kenapa aku udah gak update wattpad lagi? Jawaban nya karna aku lagi istirahat haha..

Ya pokonya singkatnya buat cerpen ini, aku buat waktu aku masih di sekolah ya ini cerpen pertama yang aku buat di sana dan saat cerpen ini mulai di baca dari satu orang sampai satu kelas aku ikut senang saat liat senyuman mereka jadi aku mau bagiin buat kalian juga hope you like it!

Yang awalnya friend zone jadi friend love coment dong hehe-,

See you in the next time
NEKOFA05~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 12, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Not Just A Love Story : Antologi CerpenWhere stories live. Discover now