04. SCREAM

91 20 2
                                    


#WENDY

"Ambil sebanyak yang kita bisa, di rak A dan C"

Perintah Letnan Shinhye.

Aku segera membuka tas ransel yang cukup besar. Mengambil semua obat-obatan di gudang ini. Perlahan namun pasti. Memasukan semuanya ke dalam ransel. Gudang ini di bawah tanah. Gelap dan agak luas. Suho sudah memastikan dengan kamera pendeteksi panas. Mereka yang berpenyakit memiliki suhu badan kurang lebih 50 derajat. Mereka tidak ada di dalam sini.

Seulgi ada di bagian rak lain. Tidak jauh dari ku. Aku masih bisa melihat punggungnya. Seulgi juga mengambil obat-obatan dengan cepat. Letnan Shinhye berjaga di antara kami. Siaga dengan laras panjangnya. Kanan kiriku gelap mencekam. Sumber cahaya hanya berasal dari senter laras panjang Seulgi dan Letnan Shin hye. Aku sengaja mematikan.

Tidak lama. terdengar suara rintihan tepat di telinga kanan ku. Seperti anak kecil menangis. Terdengar sangat sedih. Apa mungkin ?. Tidak mungkin hanya khayalanku saja. Aku melihat Seulgi dan letnan Shinhye langsung siaga. Sepertinya mereka juga mendengar asal suara lirih itu. Yang mendengar menjadi sangat sedih. Seperti anak kecil yang ditinggal orang tuanya.

"Apapun yang kalian dengar ! fokus"

Letnan Shinhye berbisik dari radio. Ada yang tidak beres di gudang ini. Ada sesuatu entah apa. Suara tangisan itu masih terdengar. Semakin jelas. Terasa semakin dekat.

"hhhiiikhh, eeeemmh hiikh hiiikh"

Tangisannya sangat mengaggu. Hantu ? aku tidak takut. Mereka yang berpenyakit lebih menakutkan. Tapi suara itu terus menerus datang mendekat. Perasaan ku tidak enak. Aku mengambil laras panjang, Mengarahkannya ke arah suara itu berasal. Mencoba mendekati.

"Blue one, apa yang kau lakukan ?"

Suara radio letnan Shinhye aku abaikan. Aku terlalu penasaran dengan suara itu. Suara yang menggangu sedari tadi.

"Wendy-a ?, Wendy"

Seulgi memanggilku lewat radio. Aku tidak peduli. Rasa penasaranku membunuh rasa takutku. Jika suara itu memang butuh pertolongan. Alangkah lebih baik aku bisa menolongnya. Langkahku perlahan maju. Laras panjangku mantap kuarahkan ke sumber suara.

"ada seseorang"

Bisikku di radio. Memberi informasi tentap apa yang aku lihat. Orang ini tampak pucat. Rambutnya panjang. Dengas kaus compang camping. Memeluk lutut. Menangis. Aku tetap tidak berani bertanya. Hanya perlahan mendekat.

"Sh*t ! Keluar dari situ Blue One keluar. Semua keluar !"

**********

"KIAAAAAAAKKKKHHHHH"

Orang itu melompat tinggi ke-arahku. Kukunya panjang dan tajam menyergap. Sial lagi-lagi aku ceroboh. Aku terjatuh. Orang ini berada di atasku. Memegang kepalaku. Dengan kukunya yang tajam berwarna hitam. Orang ini salah satu dari mereka yang berpenyakit. Sial-sial ! Kecerobohanku. Apa aku akan mati di gudang ini ?. Ya Tuhan.

PPIEW – PPIEW – PPIEW – PIIEW

Darahnya mengenai mukaku. Kepalanya sudah tak terbentuk. Letnan Shinhye sekali lagi menyelamatkanku dengan laras panjangnya. Terlambat sedikit, aku hanya pulang dengan nama. Seulgi mendekat. Berlari kecil. Menarikku. Segera menolong dari kecerobohan sialku.

"Ndhoaaaakkkhhh aakkhhh akkkhhhh"

Letusan laras panjang itu membangunkan mereka yang berpenyakit. Berlari ke arah suara. Dengan tergesa kami berlari. Cepat naik ke atap. Ada 2 pilihan. Keluar dari gedung ini. Atau bergabung dengan mereka yang berpenyakit. Suara jeritan mereka semakin terdengar jelas. Saling sahut menyahut. Memberi tanda bahwa ada 3 anggota baru yang siap mereka rekrut.

FOR COLONY [VOL1-] CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang