6. Enam

5 3 0
                                    

Enam

Sudah satu bulan Gion menjabat sebagai wakil ketua OSIS menggantikan posisi Gavin yang berpasangan dengan Misellya sang ketua. Dan sekarang Gion sedang melaksanakan tugasnya seperti sebelum-sebelumnya, tapi terus saja Gion mengekori Misel kemana pun gadis itu pergi dengan alibi 'saat pekerjaan dilakukan bersama itu lebih efisien'

Berjalan tanpa berkata apapun membuat gadis itu mencebik dan berkali-kali menatapnya tajam

Gion hanya diam sepanjang berjalan walau sebenarnya dia tersenyum dalam hati. Jantungnya sedang berbunga-bunga. Jika sedang tidak bersama gadis itu mungkin Gion tak akan mengendurkan senyumnya. Mengingat bagaimana perjuangannya menemukan gadis itu. Lalu sekarang mereka berjalan bersisian. Betapa menggemaskannya  gadis itu saat menatapnya dingin

Masih sama, Gion kerkekeh dalam hati

Namun disisi lain, Misel mengumpat Gion yang terus saja mengikutinya sesekali memberikan tatapan tajam. Tapi cowok itu seakan tak peduli dan acuh

Gak ada kerjaan apa

Misel menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Gion

"Lo ke lantai satu, biar gue yang lantai dua. Ngikutin gue terus. Heran gue." Ucap Misel geram, lalu pergi kearah kelas yang gaduh berharap setelah keluar kelas Misel tak menjumpai Gion. Dia risih jika terus diikuti, apalagi sejak tadi dia menjadi pusat perhatian para siswi yang menggumam tak jelas lalu salah tingkah saat melihat Gion. Wajar kalau banyak siswi yang baper, pasalnya Gion juga ganteng. Misel pun juga tidak akan menolak pesonanya

"Hey! Jangan berisik ini bukan pasar!" Ucapnya tegas saat berada diambang pintu

Sontak semua atensi tertuju ke arahnya dan semua langsung diam

Lalu salah satu siswa menyahuti,"Nggak ada gurunya juga, jamkos!"

"Ya seenggaknya jangan keras-keras, sampe luar kedengeran ganggu kelas yang lain."

"Yaudah sih gak usah ngegas!" Ucap cowok itu ketus

"Gue gak ngegas, cuma ngingetin!"

"Yaudah sana pergi, ngapain masih disini!" Usirnya, "Mau nunjukin kekuasaan?"
siswa yang ada dalam kelas memperhatikan mereka berdua

Misel geram. Tangannya sudah mengepal jika tidak ingat ini di sekolah pasti sudah babak belur mulut tuh cowok

Cowok itu terkekeh, "Sok sok an kuat, padahal gak bisa apa-apa. Marah -marah gak jelas kaya orang gila. Sekalian aja kerumah sakit jiwa biar sama kayak ibunya, gila!"

Deg!

Cowok itu tertawa nyaring membuat wajah Misel memerah menahan marah. Tangannya mengepal kuat dengan rahang yang juga mengeras. Misel terima jika dia yang dihina tapi tidak dengan mamanya, bahkan mamanya tidak ada sangkut pautnya. Misel menatap cowok itu tajam, ingin sekali melayangkan bogeman mentah ke wajah cowok itu tapi Misel urungkan

"Kenapa ngepalin tangan, mau ngehajar gue?. Emang bener kan. Ibunya gila, pasti anaknya juga gila!."

Sabar.. Misel.. sabar.

Sebisa mungkin Misel tidak meluapkan kemarahannya sekarang. Semua siswa disekolah ini juga mungkin sudah tau kalau mamanya Misel mengalami gangguan mental. Bukan misel malu dengan keadaan mamanya sekarang. Namun hal itu tidak perlu diperjelas lagi, apalagi dihadapan siswa lainnya

"Ketua OSIS gak guna!"

****

30 April 2020

Maaf terlalu pendek😁

Jangan lupa vote dan komen

Salam,

Winda

Rakitan Rasa [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang