02

468 42 4
                                    

Gadis itu berdiri bersandar pada salah satu tembok di sisi kota yang cukup ramai. Setelah keluar dari lubang hitam itu, kini ia berada di Bumi alam semesta lain. Namun entah mengapa, alam semesta ini tidak terasa asing baginya.

Waktu yang berada di pergelangan tangannya itu terus berjalan tanpa ia tahu apa maksudnya. Ia menatap jam itu dengan sangat datar. 20 hari 5 jam 43 menit 2 detik. Itulah yang tertulis dan semakin berkurang.

Hembusan nafas panjang kini keluar dari mulut gadis itu. Lelah. Namun ada rasa kagum dirinya pada dunia. 15 tahun lebih terkurung pada tempat yang sama benar-benar sebuah hal yang gila. Ia bersyukur karena dirinya tidak menjadi gila di sana.

Sepasang telinganya menangkap sebuah suara. Atau lebih tepatnya adalah sebuah teriakan minta tolong dari beberapa orang. Ia pun menoleh dan berhasil mendapatkan gerombolan orang tidak jauh dari posisinya sekarang.

Ia pun menhampiri kerumunan orang itu dan membuka sedikit jalan agar ia bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Seorang wanita paruh baya kini terbaring menahan rasa sakit yang amat sangat.

Namun, dibandingkan hal itu, gadis itu lebih terfokuskan pada jam yang ia lihat di pipi sang wanita paruh baya itu. Jam yang sama yang seperti yang ia punya. Sebenarnya tidak hanya wanita itu saja, semua orang di sana memiliki jam itu. Bahkan mereka mempunyai dua jenis jam. Kehidupan dan cinta.

Tetapi ada yang berbeda. Waktu yang tertulis pada jam wanita itu hanya tinggal hitungan detik saja. Gadis itu mematung dengan apa yang terjadi. Ia tetap mematung di sana sementara orang lain sibuk menghubungi ambulance.

3 detik.

2 detik.

1 detik.

Waktunya kini habis dan menghilang begitu saja. Namun disaat yang bersamaan, wanita paruh baya itu berhenti bergerak. Sebuah ambulance kini tiba dan beberapa petugasnya langsung memeriksa wanita itu. Namun sayang, wanita itu telah tiada.

Seluruh tubuh gadis itu gemetar hebat. Sekarang ia mengerti dengan apa yang ia alami dan apa yang akan ia alami. Terlebih jika waktunya terlah habis. Ia pun mengangkat tangannya yang gemetar dan menatap pergelangan tangannya.

Waktu pada jam itu terus terhitung mundur. Dan itu membuatnya ketakutan. Ia pun menggenggam kedua telinganya dan berlari dari tempat itu. Ia pun berhenti di sebuah taman yang tidak jauh dari tempat itu.

Tangannya masih gemetar hebat. Air matanya kini mulai lolos dari pertahanan kelopak mataya. Ia Kembali melihat tangannya dan menggenggamnya dengan tangannya yang lain. Ia menangis sejadi-jadinya.

"Tidak! Tidak mungkin!! Tidak!!"

************************

Cayna kini sedang mengetik beberapa halaman di komputernya dan mengeprint laporan itu. Salah seorang temannya kini mengajaknya untuk pergi ke ruang rapat bersama. Hari-hari di kantor Cayna semakin sibuk saja.

Rapat pun dimulai. Divisi yang Cayna pegang kini yang melakukan presentasinya. Dan itu berarti dirinya lah yang melakukan presentasi itu. Setelah dua jam presentasi, akhirnya rapat berakhir.

Cayna kini membungkukkan tubuhnya seiring para petinggi perusahaan keluar dari ruangan itu. Semua teman-temannya bahkan ada yang duduk dengan terburu-buru. Cayna hanya bisa tertawa ringan melihat tingkah teman-temannya yang sudah ia kenal bertahun-tahun itu.

"Akhirnya sudah waktu makan siang!!!" ucap salah seorangnya.

"Hei, Cayna! Ayo makan siang bersama!" ajak yang lainnya.

"Maaf, mungkin lain kali. Aku harus mengurus sesuatu di dekat sini,"

"Baiklah! Kalau begitu kita duluan,"

Semua temannya kini sudah keluar dan meninggalkan dirinya sendiri. Selesai membereskan berkas, ia pun kembali ke meja kerjanya. Pandangannya sekilas mendapatkan bayangan foto yang terpasang di dekat monitor komputernya.

Beberapa foto berada di sana. Foto dirinya dengan keluarganya, foto dirinya dengan teman-temannya, dan juga foto bersama dengan pemuda yang kini ada di hatinya. Ia tersenyum sejenak sebelum akhirnya Kembali fokus dengan pekerjaannya.

Jalanan kota saat waktu makan siang memang sangatlah ramai. Semua orang berlalu lalang menuju dan dari restoran dekat kantor mereka. Namun tidak dengan Cayna. Ia terpaksa melewatkan waktu makan siangnya karena ada urusan.

Urusannya memang sudah selesai dan ia kini berjalan kembali ke kantor. Mungkin ia akan mampir ke minimarket dekat kantor untuk membeli beberapa roti. Namun langkahnya terhenti saat ia mendapat bayangan seseorang yang kini duduk gelisah di taman.

Ia pun menghampiri gadis itu. Sebenarnya ia sedikit ragu untuk menyapa gadis itu. Namun ia akhirnya memberanikan dirinya. Sesaat setelah Cayna menyentuh Pundak gadis itu. Sang gadis pingsan dan membuat Cayna cukup panik.

"Hei! Kau kenapa? Sadarlah!" ucapnya seraya mencoba menyadarkan gadis itu.

****************

Cayna kini sedang duduk di bangku koridor rumah sakit menunggu hasil pemeriksaan orang asing yang baru saja ia temukan di jalan. Ia memang sudah meminta izin pada atasannya karena akan datang terlambat. Untung saja atasannya baik hati dan mengizinkan Cayna untuk menunggu orang itu.

Pemandangan rumah sakit tentu saja mengingatkan dirinya pada teman-temannya di alam semesta lain. Dan kini, ia semakin merindukan mereka. Sebentar lagi ia akan libur, apa ia minta tolong pada Lucky saja akan hal ini? Toh dia juga sudah tahu apa yang terjadi sebenarnya.

Seorang dokter kini mendatanginya bersama gadis itu. Ya! Gadis yang ditolongnya kini sudah sadarkan diri. Cayna menatap sang dokter dan tersenyum seraya membungkukkan tubuhnya memberi hormat.

"Sebenarnya apa yang terjadi, dok?"

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Itu hanya serangan panik biasa,"

"Serangan panik?" ulang Cayna tidak percaya.

Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada gadis itu? Sang dokter pun izin meninggalkan kedua gadis itu. Sedangkan kini Cayna berbicara pelan pada gadis itu. Namun gadis itu diam tidak menjawab.

"Apa kau ingat namamu siapa?" tanya Cayna tiba-tiba.

Gadis itu menatap Cayna dengan sangat tajam. Sepertinya gadis itu terkejut. Apa Cayna sudah salah memberikan sebuah pertanyaan? Untuk sesaat, ia mengutuk dirinya sendiri atas pertanyaan yang sudah ia ajukan.

"Tidak! Aku tidak ingat siapa namaku, - "

Gadis itu memang tidak berbohong. Namanya adalah salah satu hal yang ia lupakan dari masa lalunya. Sepertinya ia harus kembali mengetahui namanya segera mengingat bahwa jati dirinya yang amat penting.

" - Tapi mungkin kau bisa memanggilku Iora," ucap gadis itu seraya melihat ke arah Cayna.

Namun di saat itu pula gadis itu termenung. Ia melihat jam milik Cayna, tetapi hanya jam cintanya saja. Dan itu sudah habis. Sepertinya ia sudah bertemu dengan pasangannya. Tanpa sadar, ia melamun hingga Cayna menyadarkannya.

"Aku harus kembali ke kantorku. Kau ku tinggal sendiri tidak apa-apa, kan'?"

Gadis itu mengangguk. Cayna melambaikan tangannya. Begitu pula dengan Iora. Namun tidak lama kemudian, gadis itu kembali melihat jamnya. Matanya terbelalak begitu ia sadar bahwa jamnya berhenti sejenak kembali bergerak seiring menghilangnya Cayna.

Fate in TimeWhere stories live. Discover now