22 - Balas Budi

24.5K 1.2K 31
                                    

"Kalau gitu Om Nicho nginap ya."

Nicho menggeleng kuat. Mana bisa ia menginap satu kamar bersama gadis yang membuat birahinya naik.

"Yah, padahal Chava udah siap," keluh Chava.

"S-siap apa, Cha?" Nicho benar-benar dibuat gugup.

...

Chava beranjak menghampiri kopernya. Ia mengambil sesuatu dari dalam sana lalu kembali mendekati Nicho.

"Tara ... Chava siap bacain buku dongeng buat Om Nicho. Tadinya ini mau Chava hibah-in buat adek bayi, tapi gak apa-apa, Chava yakin Om Nicho lebih butuh supaya bisa bobo."

Nicho terpelongo. Tidak kah Chava melihat dirinya? Badan kekar, rahang tegas, jakun menonjol. Bisa-bisanya Chava menyamakannya dengan anak balita. Cerita dongeng mana mungkin mempan untuk laki-laki dewasa sepertinya.

"Om Nicho nginap ya ... ya ... ya ...." Chava menggelayuti lengan Nicho--menyandarkan kepalanya di pundak lebarnya.

"Chava yakin Om Nicho bakalan tidur  nyenyak." Chava beraih wajah Nicho. Memperhatikan wajah itu secara detail. "Om Nicho sudah berapa lama gak tidur?" Tanyanya khawatir melihat kantung mata Nicho yang cukup memprihatinkan.

"Dua hari."

"Sesulit itu buat tidur?" Nicho mengangguk.

"Fiks, Om Nicho harus tidur di sini"

Nicho segera berdiri. "Saya harus pulang."

Nicho tidak mungkin menuruti permintaan Chava. Ia tahu calon istri dadakannya tersebut bermaksud baik. Baru kali ini ada yang mempedulikan gangguan tidur yang dideritanya. Keluarganya saja sudah masa bodo, bahkan mungkin menganggapnya sebagai hal biasa.

Chava ikut berdiri, menahan tangan Nicho yang akan pergi.

"Chava ikut."

Nicho mengernyitkan keningnya.

"Kalau Om Nicho gak mau nginap di sini, Chava yang ikut Om Nicho pulang."

"Kamu mau diusir eyang?"

"Om Nicho mau dijodohin sama eyang?"

"Apa hubungannya?" heran Nicho.

"Chava sudah menerima ajakan Om Nicho untuk menikah. Om Nicho ingat permintaan Chava untuk membiarkan Chava ada di dekat Om, kan?"

Nicho tersenyum meremehkan. "Kamu mengharapkan balas budi?"

Chava mengangguk. "Itu lebih mudah dari pada jatuh cinta, kan?"

Dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celana, Nicho berjalan mendekati Chava. Satu tangan Nicho terulur untuk menlampirkan rambut Chava yang menjuntai ke balik daun telinga.

"Memang lebih mudah, tapi resikonya lebih besar," suara Nicho terdengar lebih deep.

Seperti ada sengatan di sekujur tubuh Chava ketika tangan Nicho turun--menelusuri punggungnya dengan mengusapnya secara peelahan.

"A--pa itu?" tanya Chava gugup.

"Sex," bisik Nicho tepat di telinga Chava. Bahkan hembusan nasasnya terasa menggelitik di kulitnya, membuatnya merasa tercekat.

Untuk apa Nicho menahannya. Chava sendiri yang membuka peluang. Lagi pula selama ini Chava yang sengaja menggodanya. Nicho juga ingin memastikan, apakah gadis itu benar-benar memiliki nyali atau akan menyerah.

"Balas budi yang menarik, bukan?"

Nicho semakin berani. Lengan baju Chava yang sudah sedikit melorot, sedikit diturunkan lagi. Untuk pertamakalinya Chava diperlakukan seperti ini. Bulu romanya meremang, padahal ia tidak sedang melihat hantu. Jantungnya juga berdebar lebih cepat dari biasanya, padahal ia tidak sedang lari marathon. Ini kah yang dirasakan Nicho setiap kali ia menggodanya?

"Bagaimana? Lanjut?" tanya Nicho.

Tanpa diduga Chava Chava mengalungkan tangannya di leher Nicho. "Tentu, ini menarik."

...

Tuh, nanggung banget kan. Itu cuma sepotong karena sisanya nanggung banget. Aku gamau PHP jadi tetep upload walaupun jam upload-nya gada ahlak😆.

I Love You Om Nicho #ILYON (Complete)Where stories live. Discover now