MB 31 | Merasa Ali berubah

13.6K 1.2K 94
                                    

14:30 wib
Bestcamp
------------------

"Kemaren gua liat suster keramas" ucap Joni tiba-tiba. Membuat beberapa teman lain'nya melongo ke arahnya

"Serius jon?" tanya Faiz penasaran, seolah mewakili apa yang ingin teman-teman lainnya tanyakan juga

"Iya serius" dusta Joni

"Terus terus gimana?"

"Gua suruh ganti shampo, terus gua trendingin jadi duta shampo lain aw"

Ali yang kesal dengan jawaban Joni segera mentoyornya, dan beberapa teman lain'nyapun memukulnya gemash.

"Anjerr sakit goblok" protes Joni

"Lu tolol, kita udah serius malah ngomong gitu. Ketemu beneran mampus lu" saut Ali kesal

"Kayanya yang paling sensitif sama gua, itu elu deh Li. Gua tau lu pasti lagi pms kan?"

"Gua cowok njing!"

"Pms, persahabatan manis tanpa status. Hahahaha!"

"Gak nyambung goblok, kaga ada T nya?"

"Jeh gua tambahin aja biar sama kaya status lu sama Prilly, deket kek sahabat tapi gak ada status HAHAHA"

Yang lain'nya pun ikut menertawakan Ali. Apa yang Joni katakan benar, masa dekat tapi tak punya status? Ibarat beli es cingcau tanpa cingcau'nya, kan terasa ada yang kurang juga.

"Gua trauma, kalau gua nembak lagi takut di tolak. Udah tiga puluh kali gua di tolak" gumam Ali frustasi sambil meleguk alkohol yang berada di hadapan'nya

"Hahaha udahlah Li, kaya gak ada cewek lain aja. Lu kaya orang goblok kalau begitumah, gua kenalin sama si manda anak biologi di sekolah gua beuh body'nya kaya dewi persik" usul Jonu

"Ogah!"

"Daripada di tolak mulu sama si Prilly, gua tau kali lu playboy mantan lu pada cakep. Cuman si Prilly aja yang so jual mahal"

"Dia kaya gitu ada alesan'nya!" saut Abdul yang tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Ali

"Apa alesan'nya? pasti karna dia lagi pedekate aja sama yang lain. Cewek kan gitu, alesan nolak karna terlalu baik padahal aslinya dia punya gebetan haha"

"Lu gak akan paham!"

"Gaya lu Dul, nih minum dulu" Joni menyodorkan minuman alkohol pada Abdul, dan tentu saja Abdul menolak

"Gua gak maen begituan!"

Joni hanya mengedus saja, sementara Ali sedang memikirkan apa yang di katakan Joni. Ada benarnya juga,
Apa sebaiknya Ali melupakan Prilly?dan mencari lagi wanita lain?

Ali berfikir apa yang di katakan Joni ada benarnya juga. Ia merasa curiga kalau Prilly memang dekat dengan yang lain. Tapi siapa? Selama ini Ali tak pernah melihat pria manapun yang dekat dengan gadis itu, selain dirinya------

"Atau jangan-jangan dia cuman mainin perasaan gua?"

***

Setelah selesai masalah minggu lalu, Prilly merasa lega karna ia dan Riri tak lagi di ganggu arwah Lastri.
Gadis itu berharap semoga tak menghadapi masalah serumit itu lagi.

Prihal soal Ali? Semenjak Ali membantunya, keduanya semakin dekat. Bahkan Prilly sudah memantapkan hatinya jika Ali mengatakan cintanya kembali, ia akan menerima'nya.

"Kak gak jalan sama kak Ali? ini kan hari minggu?" tanya Riri ketika mendapati kakaknya yang sedang melamun di kursi santai tepatnya di pinggir kolam renang

"Hemm kak Ali'nya kayanya sibuk Ri, kamu gak main sama temenmu? Katanya mau kerja kelompok sekalian main?"

"Nanti temen aku kesini kak, gapapa kan main disini?"

"Iya gapapa ri"

Riri kembali ke ruang tamu, sementara Prilly meraih ponselnya dan mencoba menelfon Ali.

Cukup lama Ali tak mengangkatnya, namun Gadis itu mau bersabar menunggu respon dari Ali.

Akhirnya di angkat, setelah beberapa detik lamanya.

"Hallo ali?"

"Hm ada apa Prill?"

"Kamu sibuk gak?"

"Kenapa emang?"

"Jalan-jalan yuk? aku bete di rumah li"

"Sorry prill gua gak bisa"

Prilly merasa aneh dengan Ali yang menolaknya seperti itu, ia merasa sikap Ali berubah.

"Em kamu sibuk ya li? Kalau gitu aku ke tempat kamu aja deh, aku kaya bete gitu dirumah. Riri ngerjain kelompok sama temen'nya"

"Guakan bilang gak bisa. Gua ada urusan" Bentaknya kasar

"Emangnya urusan apa? maaf kalau aku lancang"

"Gak semuanya tentang lu, gua juga punya kehidupan! Gua dari kemaren-kemaren sering kesana ngajak main selama liburan. Ya kalau sekarang gua ada waktu buat urusan gua kan bisa?"

"Oh iya bisa kok Li. Tapi kamu kan gak perlu bentak aku kaya gitu"

Prilly segera mematikan sambungan telfonnya. tak terasa airmatanya menetes. Ia tidak pernah melihat Ali sebegitu berbeda dari biasanya.

Prilly merasa Ali berbeda, padahal tadinya tidak ada kesalahan gadis itu yang membuatnya kecewa.

Ali Azari: Marah? Maaf.

Enggak.

Ali Azari: Gua tau lu marah. Gua harus apa? Guakan udah bilang kalau gua ada urusan. Masa gua harus slalu sama lu terus sih prill? Apa lu gak bisa ngertiin gua?

Iya Li. Maaf ya, yaudah gapapa kamu selesai'in aja dulu urusan kamu

Prilly menghela nafasnya gusar. Kali ini ia harus menerima tolakan Ali. Apa yang Ali katakan benar, tentu saja Ali punya urusan lain yang tidak seharusnya ia ganggu seperti itu.

"Ehem" Lala seketika datang dan duduk di samping Prilly

"Lala? kamu ngapain kesini?" Dengan cepat Prilly mengusap airmatanya kasar

"Sebel sama Riri, aku gak di ajakin main"

Prilly hanya tertawa kecil melihat Lala memasang wajah cemberut, Riri itu jika sudah bersama kawannya pasti Lala di lupakan.

Eh tunggu seperti ada yang berbeda dari Lala------

Lala kenapa tiba-tiba PAKAI HIJAB?

Lala ini ada-ada saja, sampai Prilly tertawa terbahak-bahak di buatnya.

Jadi ini yang di namakan Setan Hijrah? Ckck, Lala ini kelakuannya ada-ada saja. Membuat para readers geleng-geleng kepala di buatnya.

"Kenapa ketawa sih? emang lucu?"

"La kamu pake krudung?"

"Hehe iya, demi Abdul. Kan Abdul suka cewek berjilbab"

"Hahahahahaha kamu ini ada-ada saja, Abdul kan manusia. Gak mungkin juga mau sama kamu?"

"Biarin aja, lama-lama juga dia mau sama aku. Eh gimana aku cantik gak pake jilbab gini?"

"Lumayan, tapi kalau pake jilbab itu bajunya jangan pendek gitu La. Pake baju panjang"

"Oh kaya gamis gitu ya Prill?nanti kita ke mall ya pliss, sekarang deh kalau bisa. Ayoooo ke mall"

"Hemmm"

Prilly mengangguk mengiyahkan, kebetulan juga Prilly merasa suntuk di rumah. Lebih baik pergi ke mall walaupun bersama Lala dan pastinya harus menjaga-jaga agar tak terlihat aneh di hadapan oranglain.

"Yaudah aku ganti baju dulu bentar ya"

"Oke"

MATA BATIN ✓Where stories live. Discover now