12. Cemburu

162 23 32
                                    

Baju hitam, celana hitam dan topi hitam. Dengan pakaian serba hitam dan setengah wajah tertutup topi, Hana dibuat penasaran pada sosok pria yang duduk cafe seberang sana. Belum lagi dia menduduki kursi yang biasanya Soonyoung tempati.

Pria itu duduk dari jam yang sama seperti Soonyoung menempati kursi itu. Jam 12 siang. Tidak mungkin Soonyoung berubah bentuk. Jika dilihat dari tubuhnya, tentu itu bukan Soonyoung. Tubuh pria itu terlihat lebih kecil tapi berisi. Pipinya juga tidak terlihat jelas, tidak seperti pipi tembam milik Soonyoung.

Wajah yang tertutup topi itu, menambah kesan misteriusnya. Membuat Hana ingin sekali membukanya. Bukan karena tertarik. Hanya ingin tau saja. Lagipula hatinya sudah berhasil dimasuki Soonyoung. Dia sukses membuatnya nyaman walau terkadang Hana masih meragukan perasaannya sendiri. Tapi sekarang Hana sedang berusaha membuka diri untuk tidak meragukannya lagi.

Kembali pada pria bertopi itu. Ada satu alasan yang membuat Hana penasaran. Pada matanya. Meskipun tertutup topi, tapi Hana seakan merasa tatapan intimidasi di mata pria itu. Menyeramkan. Tapi itu yang dirasakan Hana. Padahal mata pria itu sungguh tidak terlihat olehnya. Semenyeramkan itu kah auranya. Sungguh..

"Pacarku ini nakal ternyata. Lagi ketahuan selingkuh."

Hana tersentak ketika ada seseorang yang mengajaknya bicara. "Ih!" Dipukulnya pelan pundak orang yang mengagetkannya itu. "Datang selalu tiba-tiba. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Untung jantungku masih kuat." Hana langsung menutupi bibirnya. Kenapa jadi kebiasaan mengomel begini?? Rengek Hana.

"Angin sedang kencang di luar, tentu saja kamu tidak merasakannya. Kan di dalam toko. Kalau hujan memang tidak ada, tapi sebentar lagi pasti akan ada hujan salju. Sama seperti hatiku. Bersalju karena kamu ketahuan selingkuh." Manyunnya. Selingkuh? Memandangi pria lain bisa dikatakan selingkuh?

"Aku tidak selingkuh."

"Bohong." Soonyoung memanyunkan bibirnya. Lalu menggerakan bibir manyun itu ke arah pria yang sejak tadi Hana pandangi. "Aku daritadi memergokimu melihat ke arahnya. Kenapa suka ya? Dia terlihat keren ya karena pakaian hitam-hitam misterius itu?"

Kalau lagi cemburu begini Soonyoung jadi makin menggemaskan. Ingin sekali dia mencubitnya, tapi Hana tidak lakukan. Jika dicubit, justru Soonyoung akan minta tambah. Aneh memang. "Aniya. Aku tidak suka dengannya. Itu kan tempat kamu biasa duduk, tiba-tiba diduduki orang lain, aku kan jadi penasaran."

"Bohong." Lagi-lagi dia mengerutkan wajah. Hana jadi bingung harus melakukan apa pada Soonyoung. Mengatakan yang jujur juga tidak percaya. Untung aku sayang. Hana jadi malu mengatakan itu pada dirinya sendiri.

"Bagaimana aku suka pada orang lain, jika aku saja sudah lebih dulu jatuh cinta padamu." Terpaksa Hana mengatakan itu agar Soonyoung tidak lagi ngambek padanya. Kalau lama-lama manyun, takut Soonyoung jadi meminta yang aneh-aneh. Nanti ada kencan kedua yang berujung modus lagi.

Soonyoung langsung mengembangkan senyumnya. Cengiran itu tampak lebar di wajah menggemaskannya. "Kamu manis sekali. Sini-sini ku peluk-peluk."

"Kamu tidak makan?" Hana mengalihkan pembicaraan itu secepat mungkin. Mundur sedikit agar Soonyoung kesulitan mendekatinya karena terhalang etalase kaca.

"Setiap mau manja, selalu saja ganti topik. Nanti aku makan, kalau kamu makan juga." Sayangnya harapan Soonyoung untuk makan bersama Hana kali ini gagal karena gadis itu sudah makan duluan tadi. Kali ini tidak makan roti. Dia sempat membuat sarapan, dan sisa sarapannya dia bawa untuk makan siang. Jadinya Soonyoung pun kembali memajukan bibirnya.

Hana menyentuh wajah Soonyoung. Karena tidak bisa membiarkan pria itu lama-lama mengerutkan wajahnya, nanti permanen lagi. "Jangan manyun terus. Lain kali kita makan sama-sama. Atau nanti malam kamu mau makan di rumah aku? Aku akan masakan. Tapi masak ramyeon saja." Cengir Hana.

I Choose You [COMPLETED]Onde histórias criam vida. Descubra agora