17. Menggoda

1K 50 0
                                    

Alif melangkahkan kaki di belakang kakaknya, Adnan. Bibirnya mengerucut dan tatapannya sinis.

Mengingat hal tadi, remaja itu merasa tidak adil. Bagaimana tidak? Pria dewasa itu menghalanginya yang mencoba mencium Alita, sementara dirinya sendiri mencium gadis itu seperti orang yang tidak memiliki dosa. Ditambah lagi, Adnan menjewer telinganya, membuatnya merasa malu di depan Alita.

“Tumben kamu pake parfum, Dek,” kata Adnan tanpa menghentikan langkah dan tanpa menoleh.

Alif menghentikan langkahnya spontan. “Emang kecium, ya?” tanyanya sambil mengendus-endus kemeja lengan pendek yang dikenakannya.

Mendengar itu, Adnan terkekeh pelan dan langsung menghentikan langkah lalu membalikan badan menghadap Alif. “Iya lah. Pasti kamu sedang mencoba menarik perhatian Al, benar kan?” Adnan melipat kedua tangannya di depan perut dan menyandarkan tubuh di samping mobil pribadinya, lebih tepatnya pada pintu kanan mobil tersebut.

Alif melanjutkan langkahnya mendekati mobil lalu membuka pintu dan berhenti di sana. “Jujur, iya,” katanya kemudian ia masuk dan segera duduk, disusul Adnan yang juga masuk ke mobil dan duduk di bangku kemudi.

Kedua tangan kekar Adnan berkutik pada benda berbentuk bundar dan matanya tertuju pada jalan, akan tetapi tidak dengan pikirannya. Mendengar jawaban dari Alif, ia sedikit merasa khawatir. Bisa jadi adiknya yang bisa dikatagorikan 'brondong manis' itu mampu menaklukan Alita?

Adnan melirik sekilas Alif, namun sialnya adiknya itu memergokinya.

“Kenapa, Mas? Apa ada yang salah sama Alif?” Remaja itu menatap Adnan dengan kening yang mengerut.

“Nggak ada,” jawabnya menoleh sekilas lalu fokus kembali pada jalan.

Rasa khawatirnya meningkat setelah melihat Alif yang ternyata tampan dengan wajah 'baby face' yang ia miliki, kulit putih, bertubuh kurus dan tinggi. Adnan pernah melihat salah satu personil 'boy band' asal Korea yang mengiklankan kopi Indonesia, yang ia sendiri tidak tahu namanya dan tidak pernah ingin mencari tahu, namun adik bungsunya itu ada kemiripan dengan pria Korea yang menyikatkan gigi kuda nil di iklan kopi tersebut. Bahkan, Alif lebih tampan dari aktor itu.

Adnan mengembuskan napas berat saat ia menyadari iris kuning kecoklatan yang dimiliki Alif. Mungkin saja iris yang dimiliki Alif secara alami itu bisa menjadi daya tarik tersendiri. Dan bagaimana kalau Alita termasuk gadis yang mengagumi pria-pria yang memiliki wajah cantik seperti Alif?

Adnan akan mengutuk dirinya sendiri kalau ia tidak mendapatkan cinta Alita dan malah Alif yang mendapatkannya.

“Mas.”

“Mas Adnan,” panggilnya lagi.

“Ya?” sahutnya setalah tersadar dari lamunan.

Alif menatap datar, membuat Adnan mengangkat bahu dan mengangkat kedua alisnya tanda tak mengerti. “Sekolahnya kelewat, Mas.”

Seketika itu Adnan menghentikan mobilnya hingga kepala Alif terbentur dashboard mobilnya.

“Astaga, Mas.” Alif mengusap-usap keningnya sambil menatap kesal Adnan.

“Ups... Sorry,” ucap Adnan dengan wajah tanpa dosa, Alif memutar bola matanya. Kemudian Adnan memutar laju arah mobilnya dan berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

Alif melepas sabuk pengaman lalu menoleh ke samping kanannya. “Mas ngelamunin apa sih sampe gak fokus gitu?” tanyanya dengan wajah kesal.

“Bocah gak perlu tau urusan orang dewasa.”

Mendengar jawaban Adnan, Alif mengembuskan napas kasar lalu membuka pintu dan turun dari mobil sedan milik kakak tertuanya itu.

“Assalamu'alaikum,” ucap Alif sambil menutup kasar pintu mobil.

Harta Tahta AlitaWhere stories live. Discover now