1. Penantian

57 12 2
                                    

Dan aku akan terus menunggu dalam keadaan hanya kamu yang tahu berapa lama lagi aku harus menunggu.
-Norman Pasaribu

-Norman Pasaribu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23:34 WIB.

Aroma Bvlgari menyeruak penciumanku.

Aku berpaling untuk menatapnya lekat-lekat.
Office suite dari The Executive berwarna putih tampak sempurna melekat di tubuhnya yang kekar. Bingkai kacamata tipis berpadu sempurna dengan mata sipit nya tak lupa dengan bibir pink penuh nya yang tercetak sangat kontras diwajahnya yang putih. Perpaduan yang indah bukan?

Aku ingin memeluknya, sungguh.

"Kau membuatku grogi dengan tatapanmu seperti itu." Katanya tiba-tiba.

Sangat menyebalkan. Merusak lamunan indahku atas dirinya.

"Tidak usah terlalu percaya diri." Jawabku ketus.

"Hehe, kau terlihat cantik hari ini." Dia terkekeh, menampilkan deretan gigi putih yang rapi.

"Dan kau baru menyadarinya."

Tiba-tiba dia memalingkan muka dari jalan ramai didepannya hanya untuk menatapku sejenak. Aku melihat dia memutar kemudi untuk menepikan mobilnya menuju sebuah trotoar yang sepi.

"Cha.."

"Kenapa kau berhenti?" Tanyaku cepat.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu."

Aku tidak tahu apa yang sedang merasuki pikiranku saat ini, tiba-tiba aku memeluknya dan sudah berada dalam pelukannya yang sangat nyaman.

Hangat.

"Kau? Ba..ik-baik saja kan?" Tanya nya sambil berusaha mendongakkan wajah mungilku dalam dekapannya.

Aku sedang tidak ingin ditanya. Oh sungguh, aku merindukan pelukan ini.

"Cha? Are you ok?" Dia terdengar khawatir sekarang.

Aku menyadari mataku sudah mengeluarkan cairan bening di ujung kelopaknya. Aku tidak ingin menangis saat ini. Tapi pernahkah kau sangat merindukan seseorang dan berakhir dalam dekapannya?

Ini sungguh indah dan aku menangis.

"A..ku.." Tak kuduga, suara serakku muncul di sela isakan tangis bombayku ini.

"God sake, you crying!" Dia setengah berteriak dan mendekapku lebih erat dan mencium puncak kepalaku.

"It's ok, you with me now." Dia menggumamkan sesuatu sambil terus mencium puncak kepalaku. Tak lama kemudian, dia mencoba mendongakkan kepalaku dan mengusap sisa air mata di pipiku.

"Kau baik-baik saja? Jika kau ada masalah, kenapa tidak menelfonku lebih dahulu?"

Aku terbungkam.

Aku tidak mungkin menelfonnya, dia berada di jauh terpisah di kota seberang hanya untuk mengadukan masalahku.

"Aku tidak apa-apa." Jawabku singkat.

"Kau selalu saja begitu, tidak apa-apa tapi kau membuang deras air matamu." Kicaunya sebal.

"Apa ini tentang kekasihmu?" Tanyanya lagi.

"Tidak."

Hei, aku baru teringat sesuatu. Kekasihku. Apa kabar dia?

"OH AKU TAHU! Kau merindukanku, mengapa tidak terpikir dari awal? Dan kau tidak bilang." Serunya tiba-tiba.

Aku hanya menyunggingkan senyum tipis mendengar kata-katanya.

"Jika kau merindukanku, kau ting.."

Aku menghilangkan jarak diantara kami. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan saat ini, tetapi oh my God! Aku menciumnya. Sadar apa yang aku lakukan, bibir tebalnya yang sangat seksi itu membalas ciumanku.

Tanpa ampun.

Nafas kami sudah terengah-engah saat melepaskan bibir yang telah berpagut mesra.
Dia menatapku lekat-lekat.

Aku melihat tangannya kembali merengkuh wajahku yang mungil, dan membawa bibirku menuju bibirnya.

Lagi.

Dia mencumbuku dengan sangat lihai, bagaimana lidahnya sukses mengobrak-abrik mulutku, mengecap setiap inchi mulutku. Tangannya kirinya merangkul pinggangku yang ramping, dan tanganku telah ganas menjambak pelan rambutnya.

Ups. Satu erangan lolos dari mulutku.

Melihat responku, aku merasakan tangannya kanannya sudah berada di puncak payudaraku.

Membelainya lembut.

Sadar dengan apa yang dia lakukan, aku menepis tangannya dan segera mengakhiri sesi panas ini.

"Cukup!" Kataku sedikit membentak.

Aku melihat dia mengambil tisu dan mengusap bibirnya untuk membersihkan sisa lipstikku yang menempel di bibirnya.

"Maafkan aku.." Dia memohon.

Aku sedang tidak ingin menjawabnya. Dia kembali menyalakan mobilnya.

"Cha?" Panggilnya kemudian.

Aku menoleh.

"Kau tahu? Aku telah menantikan ciuman itu selama bertahun-tahun."

Dia tersenyum tipis dan segera melajukan mobilnya menuju keramaian.

Gimanaaaa? Lanjut ga nih? Jangan lupa vote dan komen yaaa! Masih newbie tulis menulis nih!🥺🥺 Vote dan komen kalian sangat berarti buatkuu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimanaaaa? Lanjut ga nih? Jangan lupa vote dan komen yaaa! Masih newbie tulis menulis nih!🥺🥺
Vote dan komen kalian sangat berarti buatkuu!

After Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang