Hamba Pseudologos, Putri

245 20 0
                                    

"Regan, Regan ...." Suara tangisan Venus semakin keras membuat Irvi semakin bingung.

Akhirnya dia menelepon Juna dan Juna datang menjemput Venus. "Venus kenapa?" Irvi hanya menggeleng. Juna menarik napas panjang dan memeluk Venus yang masih menutupi wajahnya dengan tangan.

Venus merasakan aroma parfum yang tidak asing, tanpa mendongak pun ia mengetahui aroma siapa itu. "Kak Juna?"

Juna mengelus rambut Venus. "Kamu kalau nangis ...."

"Venus memang jelek, Kak," geram Venus yang kemudian berdiri dan berlari.

Juna mengejarnya. "Venus, tunggu!"

Venus terus berlari kencang sambil menangis. Juna berlari mengejarnya. "Kakak enggak maksud gitu, Venus. Kakak enggak maksud gitu ...."

Regan yang melihat Venus berlari pun ikut mengejar Venus. Tapi Irvi memanggilnya. "Regan ini tas Venus. Dia tadi enggak bawa apa-apa. Cuma ponsel aja."

Saat Venus sudah berada di depan sekolah tiba-tiba ada mobil yang berhenti dan membekap Venus. Venus pingsan dan dimasukkan ke dalam mobil. Regan yang kalap pun mengambil motornya dan mengejar mobil itu. Irvi mencekal lengan Juna.

"Telepon polisi, Kak. Bilang Papa juga."

Irvi benar, di saat seperti ini mereka butuh bantuan, bukan hanya kalap dan mengejar tanpa perhitungan. Regan mengejar mobil itu dari jauh dan terlihat mobil itu masuk ke dalam rumah mewah. Regan berhenti dan mengawasi sekitarnya.

"Banyak banget penjaganya, kalau aku masuk begitu saja pasti akan kalah." Regan turun dari motor dan mulai menyusun rencana. Dia menelepon Irvi dan mengatakan apa yang sedang terjadi serta tempat Venus diculik.

Di dalam rumah itu, Kenzie sudah menunggu. Dia terkejut melihat Venus. "Begitu mirip. Apa memang benar kamu Putri Venus?"

Kenzie mengelilingi Venus, menyentuh dagunya, Kenzie berteriak kesakitan. Dia terdiam lalu tertawa. "Kamu memang Putri Venus. Bangunkan dia! Siram dengan air!"

Seember air disiramkan ke wajah Venus. Venus bangun dengan tersengal-sengal. "Kamu siapa?"

Kenzie berdiri dan berlutut. "Hamba, Pseudologos, Yang Mulia."

"Pseudologos?"

"Ya, Yang Mulia. Apakah Putri lupa, Putri yang memasukkan hamba ke penjara abadi lalu hamba berhasil melarikan diri? Jika Yang Mulia lupa izinkan hamba mengingatkan lagi."

Kenzie menyentuhkan jari telunjuknya ke tengah kening Venus. Venus menjerit kesakitan. "Apa yang kau lakukan?"

Kenzie mengamati wajah Venus lamat-lamat. "Membuatmu mengingat setiap jengkal rasa sakit yang kumiliki."

Kenzie menekan jarinya lebih dalam dan Venus menjerit semakin keras. Diadem di atas kepalanya bersinar dan membuat Kenzie terpental. Kenzie terbatuk-batuk namun Kenzie tidak menyerah, kali ini dia mengerahkan kekuatan semaksimal mungkin. Metus dan Bellona muncul di hadapan Kenzie.

"Rasa cintamu pada Putri Fraus membutakanmu, Pseudologos."

Kenzie tertawa. "Jadi benar di hadapanku ini adalah Putri Venus? Jika tidak, tidak mungkin kalian melindunginya. Kalian hanya berdua? Kalian meremehkan aku."

Sekelompok orang muncul. "Mereka demigods yang sudah bersumpah setia pada Putri Fraus. Putri yang disia-siakan."

Kenzie berteriak dan mengerahkan kekuatannya ke Venus. Segel yang melingkupi Venus pun pecah. "Putri Venus?" Bellona mendekat perlahan.

Venus membuka matanya. "Pseudologos, kau membuat ulah lagi denganku? Kau sudah bosan hidup? Kau berani menantangku? Kau berani tidak berlutut di hadapanku? Kau menantang langit?"

Time Travel : Diadem From The Roman Era (Diadem dari Zaman Romawi) SEGERA TERBITWhere stories live. Discover now