Part 3

25 7 2
                                    

~Happy reading gaes~

🎌🎌

"Kau ...?"

Rain berdiri, keduanya saling terdiam. Keheningan mulai menyelimuti, keduanya saling menatap satu sama lain, seakan waktu berhenti sebentar.

Tringgggringggg...

Ponsel Rain berdering, Rain mengalihkan  pandangannya ke layar ponsel.

"Iya, halo. Hem. Oke!"

Tut,

Rain mengela napas, ia kembali melihat ke depan bayangan cowok itu menghilang. Baru saja ia berhalusinasi. Rain mengusap wajahnya, terus ia menepuk-nepuk pipinya. Sadar woy! Tidak mungkin dia ke sini. Bangun Rain ini sudah siang menjelang sore.

Saat dirinya bertingkah aneh, rupanya ada orang yang menatapnya minat.

"Bos, cewek bos," ujar salah satu dari mereka.

"Itu cewek gila apa gimana?" tanyanya kepo, teman lainnya mensahut.

"Sebelum gila kita bersenang-senang dululah," usul si A.

Si Bos mengangguk, ia mendekat ke arah Rain, Rain tersentak saat tangan lelaki asing menyentuhnya.

"Hey cewek, sendirian ajah. Sama abang yuk," ajaknya berkenalan. Rain menggeser ke samping. Eh malah terhalang.

"Mau ke mana sih? buru-buru amat, kita gak gigit kok," ucapnya penuh muslihat.

"Minggir, atau saya teriak!"

"Widih, galak broh." Si bos tertawa.

"Neng cantik, kalau marah makin menarik deh, suerr Abang gak boong."

Rain menghindari semua sentuhan yang menurutnya tidak normal, ia melihat jalanan begitu sepi, ia terpojok.

Dengan berani, Rain mendorong lelaki yang dipanggil bos itu menjauh. Ia terhuyung ke samping. Saat itu juga Rain melarikan diri.

"KEJAR DIA, HIDUP ATAU MATI!"

"SIAP LAKSANAKAN!"

Rain berlari cepat, para preman itu mengejarnya, napasnya naik-turun. Semua jalan ia terjang. Dia seakan lupa tuk pulang, Rain menemukan sebuah pohon, ia bersembunyi dan mengatur napasnya.

"DIA LARI KE SANA! CEPAT TANGKAP!"

Rain mengintip di balik celah, para preman itu terus mengincarnya. Rain sudah lelah, ia sudah mencapai batasnya. Jantungnya berdetak kencang, seakan ingin meledak, Rain sesak napas.

Ia terbatuk, darah keluar dari mulutnya. Matanya ... berkaca-kaca. "Papa, Bunda. Rain sayang kalian."

Sebelum semuanya gelap, ia melihat sosoknya. Rain tersenyum ke arahnya, ia terjatuh di pelukan hangat. Rain tak sadarkan diri.

••••

"Udah lo beresin semuanya?" tanyanya datar.

"Ya sudah semua, lumayanlah buat pemanasan," ujar babunya santai.

"Betewe, mau kita apakan cewek ini?"

Lelaki itu menggendong Rain ala tuan putri, terus membawanya pergi.

Ketiga temannya melongo,

"Setdah, kita terkacang broh."

"Kalian nyadar gak sih, baru ajah dia bersimpati pada orang lain. Terutama ini cewek," ucapnya menerawang.

DerAngel [END]Where stories live. Discover now