Ragu

1.2K 58 7
                                    

  "Kalau kau ragu seharusnya jangan bersamaku sejak awal. Aku tidak bisa menerima keraguan, karena sebuah hubungan butuh kepercayaan."

     °°°

"Ri, kita pulang?" Tanya Aisyah ketika Ari menghampiri dirinya ke kelasnya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi jadi Ari memilih menghampiri kekasihnya.

"Iya, yuk." Ucap Ari menggandeng tangan Aisyah. Ia mencoba untuk melepaskan diri dari rasa ragu. Bagaimanapun ia sudah bersama seseorang yang ia sayang. Lalu apa pantas Ari meragukannya.

"Hei, kenapa sih dari tadi diam aja?" Tanya Aisyah yang merasa aneh dengan sikap Ari. Biasanya kan Ari selalu manja, lah ini kebalikannya. Aisyah berada di sebelah Ari, ia menggenggam tangan Ari.

"Ngga kok, yuk panas kasihan kamu." Ucap Ari.

"Iya."

Sebenarnya Aisyah tau kalau Ari kepikiran masalah yang tadi, namun ia memilih diam sebelum Ari bertanya.

"Ri, aku mau pulang sendiri." Ucap Aisyah melepaskan jangan Ari dan bergegas mendahului kekasihnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Hatinya sakit mengetahui bahwa Ari meragukannya.

"Syah ... " Ari mengejar Aisyah dan mencekal pergelangan tangannya. Ari sedikit terkejut melihat kekasihnya menangis. Refleks, Ari memegang pipi Aisyah. Dihapusnya air mata yang kurang ajar itu, seenaknya mengalir di pipi kekasihnya.

"Aku nyakitin kamu?" Tanya Ari,

"Kamu ragu ya sama aku?" Tanya Aisyah. Pertanyaan dibalas pertanyaan. Aisyah mengelap pipinya kasar.

"Syah aku bukannya-"

"Ri, kalau kamu ragu harusnya kamu ngga bersamaku sejak awal, karena aku tidak bisa menerima keraguan. Aku butuh kepercayaan." Aisyah memotong ucapan Ari dan segera meninggalkan tempat itu.

Ari terdiam mematung di tempat. Ia telah menyakiti perasaan wanitanya.

"Itu baru awal, masih ada hari buruk yang harus kalian lalui." Seseorang tersenyum miring dari tempat persembunyian-nya.

***
"Syah ... Makan dulu yuk nak?" Ucap Dina. Aisyah masih malas-malasan di tempat tidur, berkali-kali ia mengecek handphone-nya, tetapi tak ada satu pesan pun dari Ari.

"Nanti deh ma." Ucap Aisyah.

"Ya udah, nanti kamu makan ya? Mama mau ke kantor papamu dulu," Ucap Dina.

Diciumnya kening Aisyah. Gadis itu tersenyum seketika, ini yang membuat dirinya merasa dicintai.

Gadis itu kembali termenung sepi, apakah cara mencintai yang ia punya salah? Apakah ia harus sama dalam mencintai dengan lainnya? Apakah semesta menetapkan satu cara untuk mencinta?

Berbagai pertanyaan apakah muncul di kepala Aisyah. Hingga gadis itu tak sadar meneteskan air mata.

"Ini kali pertama aku jatuh cinta, jika aku terluka apakah rasanya memang sesakit ini?" Aisyah bergumam.

Anggap saja dirinya lebay, tapi siapa yang peduli? Semua orang bisa berubah menjadi bodoh hanya karena cinta. Banyak hal-hal gila untuk mendapatkan cinta, entah itu selalu mengejar atau menunggu. Bisa juga dengan mengusik hubungan atau kau bersikap cuek dan masa bodo.

Aisyah mengambil seragam khusus yang ia jaga selama ini. Lalu ia mengambil jaket dan kunci motor. Tak lupa juga helm untuk melindungi kepalanya nanti.

Brum!

Gadis itu membelah jalanan, menuju sebuah tempat yang bisa ia jadikan kegiatan sore ini. Bukankah salah satu cara melupakan masalah adalah dengan mencari kesibukan?

"Datang juga akhirnya lo,"

"Iya dong,"

"Banyak yang mau gabung?"

"Banyak."

"Ya udah, kumpulin semuanya, kita latihan."

***

Syah ... Kamu dimana?

Aku di depan rumah kamu.

Kamu ngga ada di rumah ya?

Padahal aku mau minta maaf:(

Syah ...

Kamu dimana sih?

Kamu dimana?

Jangan bikin aku sama Raffa khawatir!

Syah

Berbagai pesan dari Ari memenuhi handphone Aisyah. Gadis itu baru membuka aplikasi hijau tersebut setelah kegiatannya usai. Gadis itu lalu mengambil kunci motornya setelah melirik jam yang sedang ia kenakan di pergelangan tangan.

19.00

"Gue duluan ya," Ucap Aisyah.

"Oke,"

"Hati-hati syah!"

"Iya."

Lalu kembali gadis itu membelah jalanan, ia berdoa semoga saja Ari sudah tak ada di rumahnya. Karena kalau masih, ia tidak akan tahu bagaimana reaksi kekasihnya itu. Tapi untuk apa peduli? Aisyah kan masih dalam mode ngambek.

Setelah beberapa menit akhirnya ia sampai di rumahnya. Ia memarkirkan motornya di tempat biasanya. Lalu mencopot helm-nya.

Ia menoleh ke arah teras dan disana Raffa dan Ari menatapnya tak suka.

"Dari mana aja?" Tanya Raffa, dirinya sedikit emosi karena adiknya tidak bilang-bilang ketika keluar rumah.

"Tempat latihan." Jawab Aisyah ketus.

"Kenapa pulang jam segini?" Tanya Raffa lagi.

"Bang, aku kan udah bilang aku dari latihan ... Selesainya emang jam segini." Ucap Aisyah.

"Lain kali kalau keluar itu bilang! Bikin orang khawatir ajs tau ngga!" Bentak Raffa.

"Udahlah bang, aku capek." Ucap Aisyah masuk kedalam rumah tanpa peduli tatapan marah dari Raffa dan tatapan membunuh dari Ari.

***
Hallo?

Apa kabar?

Yuk komen yuk😇

Silahkan vote kalau suka😊

Silahkan vote kalau suka😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
 Arsyah Story(PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang