Kenyataan

446 46 10
                                    

Ari mondar-mandir di depan UGD, Aisyah sedang ditangani. Begitu pula dengan mama Aisyah, papanya dan Raffa. Juga keluarga Ari, semuanya tidak ada yang menyangka Aisyah masuk rumah sakit lagi.

"Maafin Ari tante." Ujar Ari.

"Ini bukan salahmu nak, ini takdir." Ujar mama Aisyah menyeka air matanya.

"Kita berdoa sama-sama ya?" Ujar papa Aisyah.

Ari mengangguk, pikirannya tidak karuan. Semua yang terjadi ini karena dirinya. Jika tidak bertengkar pasti tidak akan terjadi seperti ini. Tidak akan pernah.

Mereka semua sama-sama khawatir apalagi keluarga Aisyah. Ibunya tak henti-hentinya meneteskan air matanya. Rianna? Dia berusaha menenangkan Dina.

Ceklek!

Kurang lebih satu jam setengah dokter muda yang menangani Aisyah pun keluar dari UGD.

"Dok gimana keadaan anak saya?" Tanya Dina.

Dokter itu tersenyum.

"Untungnya nyawanya masih bisa tertolong."

Mereka menghembuskan nafasnya lega.

"Tapi, karena benturan yang terlalu keras di kepala Aisyah menyebabkan dia menjadi buta permanen."

Deg!

Bagai tersambar petir kebahagiaan yang di idam-idamkan berubah menjadi lautan kesedihan.

"Ya Allah Aisyah hiks ... " Ratap Dina.

"Din." Rianna memeluk tubuh Dina turut merasakan kesedihan sahabatnya.

Ari masih terdiam kaku ditempatnya, lidahnya kelu. Jadi ini maksud pembicaraan gadisnya kemarin?

"Maafin aku syah." Lirih Ari.

"Pasien akan segera dipindahkan ke ruang rawat inap. Saya permisi," Ujar dokter tersebut.

Raffa menangis tersedu-sedu adik kesayangannya buta?





Dua hari kemudian


Gadis itu sudah siuman hatinya terpukul, sekarang dunianya gelap. Ia tidak lagi bisa menatap orang-orang yang dicintainya. Raffa, orang tuanya, sahabatnya, dan Ari.

"PERGI RI! PERGI DARI HIDUP GUE! INI SEMUA GARA-GARA LO!"

"Syah-"

"PERGI!"

"A-aku min-ta maaf."

"MAAF NGGAK AKAN BISA BUAT GUE LIHAT LAGI. GUE UDAH BUTA RI!"

Gadis itu meraung-raung dengan hati tersayat Ari mendekap tubuh mungil itu, meskipun gadis itu memberontak ia tidak akan pergi dari sisi gadisnya.

"PERGI RI PERGI!"

"Jangan nyuruh aku buat pergi syah ... Aku nggak bisa." Lirih Ari.

Air matanya jatuh dan mengenai kepala Aisyah, tapi itu tidak akan berpengaruh apa-apa karena ini bukan cerita magic yang setetes air mata bisa menyembuhkan segalanya. Bukan.

"Lo udah bikin gue kayak gini Ri!" Gadis itu menangis, ia sedih. Ari mendekap gadisnya erat. Aisyah meratapi nasibnya yang buruk, ini memang bukanlah sepenuhnya salah Ari. Ini kecelakaan, tetapi andai saja ia tidak bertengkar endingnya tidak akan seperti ini.

"Aku minta maaf." Lirih Ari.

Dina sesenggukan dipelukan suaminya, bagaimanapun kehidupan anaknya akan jauh berbeda dari yang biasanya. Itu akan sangat menyakitkan untuk anaknya tercinta.

"MAAF NGGAK AKAN BISA BIKIN GUE KAYAK DULU LAGI! GUE SEKARANG BUTA!"

Ari semakin terpukul, panggil ia pria cengeng saat ini. Hatinya benar-benar hancur dan ini bukan hiperbola. Ari benar-benar menyesal, ia bodoh dan karena kebodohannya orang yang dia cintai harus menanggung semuanya.

"PERGI!"

"A-aku akan donorin mata aku buat kamu."

Deg!

Semua yang ada di ruangan tersebut terdiam seketika.

"Itu akan buat kamu bisa lihat lagi, aku akan nebus semua kesalahanku syah."

     ***
Hai👋
.

.

Hai👋
.
.
.
.
Hai👋

 Arsyah Story(PROSES REVISI) Where stories live. Discover now