[16] Perihal Memaafkan

3.8K 473 24
                                    

Bismillah, assalamualaikum

Happy reading❤

___

"Sebab bagian tersulit dari patah hati adalah perihal memaafkan."

☆☆☆

Pagi ini Pak Andra meminta perwakilan empat orang dari kantor untuk pergi ke salah satu workshop di Jakarta. Dan kali ini yang terpilih mewakili Heaven Publisher adalah Ghazi, Yudha, Lita, dan Razita. Harapan Pak Andra dengan mengikuti acara seperti ini pegawainya bisa lebih tahu bagaimana cara penerbit lain membranding produk mereka dan sejauh mana Haeven Publisher sudah berkembang.

Selesai melakukan registrasi ulang mereka berempat masuk. Awalnya Razita kira ruangan ini akan penuh dengan kursi-kursi berjajar rapi menghadap ke satu sisi seperti seminar pada umumnya. Ternyata dugaannya salah besar. Sofa-sofa diletakkan saling berhadapan membentuk lingkaran berkelompok. Daripada mengusung tema formal workshop kali ini konsepnya sedikit lebih santai dan tetap friendly. Menarik.

"Ingat baik-baik materinya! Kalau perlu dicatat biar kita nggak sia-sia jauh-jauh kesini!" Pinta Ghazi serius. Lebih tepatnya ke arah Yudha yang selalu cengengesan dimanapun dan kapanpun.

"Siap!" Yudha mengambil kursi di sebelah Ghazi. Lalu sebelahnya Lita kemudian Razita.

"Biasanya kalau workshop gini ada games kan?" Tanya Razita antusias. Sebab, dulu ketika ia mengikuti workshop bagian terseru adalah gamesnya yang kadang terlihat sepele tapi melatih kekompakan, kecerdasan, dan ketangkasan.

"Pastilah. Orang disitu kuncinya biar nggak bosen. Game kan bisa jadi praktik materi juga sebenernya," sahut Ghazi sambil memakai ID Card-nya.

Perhelatan acara dipandu langsung oleh salah satu CEO penerbit mayor yang kebetulan bergerak di genre islami juga. Beliau memaparkan begitu banyak materi mulai dari bagaimana cara memilih naskah yang berpotensi disukai pasar dan tidak membosankan, stategi promosi, marketing, dan lainnya. Materi yang diberikan juga sangat unik dan berbobot.

Sampai tibalah saat pembentukan kelompok yang sudah terpilih melalui undian nomor. Nantinya kelompok ini akan membuat suatu proyek kemudian diipresentasikan untuk dinilai apa kelebihan dan kekurangannya. Heaven Publisher kebetulan berpasangan dengan salah satu penerbit indie juga di Bandung yang bernama Cahayabooks.

"Ghazi!" panggil seorang pria dari penerbit sebelah saat mereka berkumpul. "Woi apa kabar, bro!" ujarnya seperti sudah sangat akrab.

Berbeda dari pria itu Ghazi justru memasang tatapan tajam seolah dia tidak ingin melihat kehadirannya di sini. Yudha sudah memberi kode yang meminta Ghazi untuk tenang, agar tidak terpancing emosi. Namun, sepertinya hal itu tidak mempan.

"Setelah sekian lama gak ketemu akhirnya kita satu kelompok lagi." Pria itu maju beberapa langkah ke depan Ghazi. "Selamat bergabung Bro! semoga kita bisa jadi partner yang baik!" pria itu mengulurkan tangannya.

Ghazi membiarkan tangannya menganggur. "Sayangnya gue muak lihat wajah lo!" tukasnya kemudian berlalu keluar ruangan. Baik Yudha, Razita, dan Lita langsung mengejar Ghazi keluar.

"Gas, lo apa-apaan sih kok main pergi giitu aja!" Cegah Yudha memblokir jalan Ghazi.

Ghazi menatap Yudha tegas. "Lo tahu dia siapa kan?!"

Yudha mengangguk. "Iya gue tahu lo kesel sama dia, tapi masak lo gak bisa tahan sama kelakukan dia sehari aja? seenggaknya tunjukkin profesionalitas lo lah!" ujarnya penuh harap.

Cahaya Di atas Cinta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang