Aku iri, padamu.

5.6K 462 57
                                    

Pagi hari di bulan mei, harusnya wangi bunga sakura yang tumbuh sepanjang jalan bisa menghibur hatiku, tapi aku terlalu sedih untuk menikmati keindahan bunga-bunga ini.

Harusnya aku berangkat ke kampus satu atau dua jam lagi, tapi ku rasa di manapun lebih baik dari pada di rumah.

Jangan banyak berharap, rumahku tidaklah sehangat rumah keluarga pada umumnya, aku adalah anak seorang pelacur. Dan, yah tentu saja kehadiranku di dunia ini adalah sebuah kesalahan, tak ada satupun pelacur yang ingin memiliki seorang anak.

Dan pada akhirnya suatu hari nanti aku akan mengikuti jejak ibuku.

Aku kuliah di salah satu universitas  besar di Tokyo. Cih, kenapa seorang calon pelacur kuliah segala? Ini adalah syarat yang ku ajukan pada ibuku, jika aku bisa lulus sebelum empat tahun, maka aku akan langsung menjadi pelacur yang hanya melayani klien VIP.

Yang jam kerjanya hanya satu hingga dua malam dalam seminggu, dan bebas memilih klien yang di inginkan.

Lalu, kalian pasti berpikir ibu ku adalah orang yang sangat baik, masih membiarkan aku menikmati pendidikan hingga jenjang yang tinggi, tentu saja tidak. Ibu ku membiarkanku karna donatur terbesar kampusku adalah pelanggan ibuku.

Namanya Jiraiya, bahkan ibuku pernah datang ke kampus sambil menempel pada kakek itu, hingga seluruh kampus tau siapa aku.

Yah, itu tidak terlalu berpengaruh sih, toh sebelumnya aku memang tidak punya teman.

Ada sih, satu.

.

"Key!" aku berseru pada seorang pemuda yang membaca buku di atas kursi rodanya.

Namanya Sasuke, Sasuke Uchiha, satu angkatan denganku, juga, cinta pertamaku. Ia adalah satu-satunya alasan yang membuatku ingin kuliah lebih lama, jika bisa.

Aku melihatnya pertama kali saat menginjakkan kaki ku di kampus ini, bagiku ia adalah lelaki yang sempurna. Bukan, bukan soal fisiknya.

Meski ia jelas tampan, dengan kulit putihnya, alis yang melengkung sempurna, hidung yang mancung, bibir yang berwarna merah, dan rahang yang bagai di pahat oleh dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meski ia jelas tampan, dengan kulit putihnya, alis yang melengkung sempurna, hidung yang mancung, bibir yang berwarna merah, dan rahang yang bagai di pahat oleh dewa.

Tapi, lebih ke bagaimana ia selalu tak pernah menyerah akan hidupnya, aku tau ia pasti sadar akan cemoohan yang di lontarkan orang-orang di balik punggungnya, tapi tak sekalipun itu membuatnya terpuruk.

Pernah satu kali seseorang mengatainya cacat, dan beberapa hari kemudian ia mendapat nilai tertinggi dalam kuis yang di adakan dadakan. Ia selalu membalas orang-orang yang merendahkannya dengan cara yang keren.

"Kau datang lebih pagi?" tanya ku basa-basi. Aku dan Sasuke memang berteman, atau setidaknya, aku yang mengklaim dirinya sebagai temanku, tapi kami tetap tidak sedekat itu.

Aku melindungi dirinya agar tidak di cap sebagai teman seorang pelacur, dan aku melindungi diriku sendiri agar tak semakin jatuh cinta padanya.

"Seperti yang kau lihat." jawabnya singkat, ia memang selalu begitu.

Unperfect Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang