Terlalu mudah, untuk kalian

4.7K 454 51
                                    

Aku tak bisa menahan ekspresiku, melihat Hinata mengangguk, sudah ku duga ini akan terjadi. Sudah ku duga Hinata akan memaafkan mereka semudah itu.

Meski kesal, aku memahami Hinata, karna inilah aku mencintainya. Tapi, jika di lihat saat ini, sifatnya jadi agak sedikit menyebalkan.

"Hinata, bisa kau kembali ke dalam? Ada beberapa hal yang harus ku urus." setelah menenangkan diri, aku meminta Orochimaru membawa Hinata dari ruangan ini.

Aku berjalan, tak menghiraukan Sakura yang masih terduduk di lantai.

"Sasuke, kami tau Uchiha adalah pilar paling besar negara ini. Tapi yang kau lakukan kali ini sudah sangat keterlaluan." Minato membuka mulut, tepat saat bokongku menyentuh sofa.

Aku menatap orang-orang itu satu-persatu dengan penuh kebencian.

"Jika saja kalian mendidik anak-anak kalian dengan baik." Aku memberi sedikit jeda agar mereka makin merasa terintimidasi.

"Kalian tau Uchiha adalah pilar utama negara ini, keputusan Uchiha lah untuk mengganti tiga pilar lainnya. Tapi, apa kalian tau perbuatan calon pengganti kalian ini?" tanyaku, yang di sambut raut wajah cemas para orang tua.

"Sakura, kekasihku, calon pewaris pilar di bidang kesehatan. Tidur dengan Naruto, pewaris pilar perdagangan. Dan Garaa, pewaris pilar militer. Baru-baru ini aku mengetahui bahwa, mungkin tangannya tak sengaja merusak kampas rem motor ku hingga aku mengalami kecelakaan." aku menatap Garaa yang tangan kanannya di gips, juga Naruto, salah satu kakinya juga harus di gips.

"Harusnya aku mematahkan keduanya, toh kalian cukup kaya untuk mengobatinya." ucapku acuh.

"Tapi kau tidak benar-benar cacat, bagaimana bisa kau melakukan ini pada anak-anak kami? Dan menjadikan Sakura pemuas napsu anak buahmu? Ini terlalu kejam." ibu Sakura berseru, air matanya menetes. Sekejab ia lari ke arah anaknya, dan memeluk anaknya yang masih menangis itu.

"Apa itu salahku? Harusnya kalian bersikap baik saat aku pura-pura tidak tau. Bukannya seperti anjing yang menggigit majikannya. Dan jangan lupa, kalian telah menyakiti wanitaku." Aku bergegas pergi dari sana sebelum aku mulai marah kembali.

"Kenapa kau lebih memilih pelacur sepertinya?" Sakura berteriak dan itu menyulut kembali api dalam hati ku. Aku tak tau bagaimana, tapi kini tanganku telah berada di leher Sakura. Mencekiknya sekuat tenaga.

"Tidaaaak... Ku mohon lepaskan anakku Uchiha-sama, ku mohon." aku mendengar suara ibu Sakura samar-samar. Tapi tak ku hiraukan, melihat wajah yang ku benci kesulitan bernapas membuat hatiku senang.

"Sasuke-kun, hentikan." tubuhku membeku saat seseorang memelukku dari belakang, refleks aku melepas cekikanku pada leher Sakura.

"Hinata, Hime, kenapa kau di sini?"

"Jangan kotori tanganmu demi diriku, ku mohon." ucapnya.

Tanganku masih mengepal, ingin rasa hati menuntaskan mencekik wanita itu. Tapi bagai bara yang di siram air, kemarahanku langsung padam tak tersisa saat Hinata mengecup bibirku cepat dan tersenyum manis. "Cepatlah, kita masih harus mengadakan acara pernikahan."

Aku tersenyum dan merangkul pundaknya, membawanya pergi dari sana.

"Ngomong-ngomong, ucapkan selamat tinggal pada posisi pilar kalian." aku berbalik sebentar untuk mengatakan hal itu.

.

Aku menyusupkan jemariku pada helaian rambut Hinata yang lembut dan wangi. Sedangkan Hinata sendiri bersandar pada bahuku, terlihat memikirkan sesuatu.

"Hime, apa yang kau pikirkan?"

Hinata menggeleng, tapi tak lama ia bertanya. "Tangan Garaa, dan kaki Naruto? Aku, benci dengan apa yang ku pikirkan." katanya pelan.

Unperfect Donde viven las historias. Descúbrelo ahora