🏵 DUA TIGA

650 54 0
                                    

28 September 2020

Renata POV

Kabar mengenai siapa sosok istri Abrar, sudah mulai terdengar hingga seantero kantor. Bahkan ulang tahun perusahaan masih tiga hari lagi namun berita sangat cepat menyebar.

Rasanya sangat malu bertemu dengan siapapun, meski Kutau suatu saat akan terjadi namun bagiku ini terlalu tiba-tiba.

Tiba-tiba seseorang menjadi ramah dan sedikit lebih hormat padaku, hingga aku yang terlihat kurang sibuk mengerjakan suatu hal karna mereka enggan meminta tolong padaku. Sungguh ini sangat tidak nyaman.

"Nih, aku liat cuman kamu yang ngk sibuk" kata Winda memberikan beberapa file diatas mejaku.

"Banyak banget win"

"Katanya minta kerjaan, ini aku bagi"

"Tapi ngk segepok begini, tapi makasih yaaa, kayaknya cuman kamu yang waras disini" bisikku pada Winda.

"Kamu pikir aku ngk deg-degan kasih kamu file sebanyak ini. Kalau pak Abrar tiba-tiba datang dan lihat semuanya, bisa-bisa aku langsung dipecat.., dia kan akhir-akhir ini sering kesini Re.., suami mu itu kurang kerjaan yaa?"

"Banyak kerjaan" jawab Abrar yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Winda.

"Ehhhh, bapak. Selamat siang pak." Kata Winda sebelum akhirnya pergi lebih tepatnya kabur sebelum diomelin.

"Ngapain kesini?" Bisikku pada Abrar.

"Keluar sebentar yukkk, lagian kayaknya kamu lagi nganggur"

"Kamu ngk liat berkas disini?"

"Kasih ke Winda aja dulu"

Setelah sedikit debat singkat akupun mengiyakan ajakan Abrar. Dengan pasrah aku mengikutinya tak tau kemana.

"Mau kemana sih?" Kata ku yang baru saja memasuki mobil.

"Boleh ngk kita ke rumah sakit sebentar ?. Rania masuk rumah sakit"

"..."

"Kalau kamu ngk mau juga ngk pp, awalnya memang aku mau ngajakin kamu makan siang diluar"

"Kamu kan bisa ke rumah sakit sendiri, aku bisa makan siang dengan Winda"

"Tapi aku udah janji sama istriku, untuk tidak menemui Rania. Kecuali jika dia mengizinkan"

Kulihat nama Rania sedang memanggil dilayar dvd mobil. Entah apa yang kulakukan aku tiba-tiba menerima panggilan tersebut.

"Hallo Abrar, kamu kapan kesini?"

"Hmnn, Rania kayaknya aku ngk bisa kesana"

"Hiks...hiks...Abrar..., Kak Aldo datang nemuin aku lagi..."

"..."

"Abrar.., kumohon kesini sebentar.., aku membutuhkanmu Abrar"

"..."

"Hiks..., Aku takut Abrar.. hiks..hiks"

"Maaf Rania, Dion akan kesana secepatnya" kata Abrar sebelum mematikan panggilannya.

Kulirik Abrar yang terlihat sedikit frustasi, katakan saja aku kejam. Aku hanya ingin melihat bagaimana Abrar menghadapi Rania. Hingga saat ini aku hanya diam memperhatikannya.

Abrar melajukan mobil menuju salah satu restoran yang tak jauh dari kantor, sedari tadi ia hanya diam. Kutau apa yang ada dipikirannya, meskipun berusaha menutupi tapi hati seorang istri pasti akan tau.

Sepasang Sajadah (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora